Fenomena Rateb Seuribee di Bumi Barsela (Barat Selatan) Aceh

Kawasan Barsela (Barat -Selatan) Aceh dikenal karena memiliki sejumlah budaya yang begitu kental dengan nuansa Islaminya. Sebut saja Tari Saman, Seudati, Dabus,dll. Tarian-tarian liriknya berasal dari pesan-pesan kearifan lokal Aceh (hadist maja ) yang bila kita kaji lebih dalam pesan-pesan tersebut bersumber dari ajaran Islam. Jadi Islam dan budaya Aceh selalu bersinergi. Dewasa ini, sejumlah ulama Aceh yang berdomisili di Barat Selatan memperkenalkan Rateb Seuribee. Salah satu inisiator Rateb Seuribee adalah ulama Kharismatik Aceh Teungku (Abuya) Amran Waly yang merupakan salah satu putera dari Ulama Aceh Teungku (Abuya) Mudawaly Al-Khalidi.

Rateb Seuribee mendapat respon positif dikalangan masyarakat Barsela,Hal ini dapat dilihat pada waktu zikir tersebut diadakan, ratusan bahkan ribuan masyarakat selalu ikut meramaikannya. Bahkan di Kabupaten Aceh Barat yang saat ini dikomandoi oleh Bapak H.Ramli MS dan H. T.Banta, telah dialokasi dana yang jumlahnya mencapai ratusan juta agar rateub seribee bisa terlaksana dengan lancar. Pemkab Aceh Barat juga telah mengangkat sejumlah koordinator baik di tingkat kecamatan maupun tingkat desa. Kebijakan Bupati Aceh Barat ternyata juga diikuti oleh Pemerintah Kabupaten lainnya di kawasan Barsela. Dibalik semaraknya pelaksanaan Rateb Seuribee tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibadah tersebut mendapatkan pahala dari Sang Khalid:

1.Beretika dalam berzikir
Sejumlah hadist telah memerintahkan kita agar berzikir dengan keadaan tenang,suara lemah lembut dan tanpa mengeraskan suara karena Allah SWT maha mendengar segala permintaan hamba-Nya walaupun permintaan tersebut hanya tersimpan dalam lubuk hati mereka. Logikanya, dalam sebuah kerajaan saja, seorang hamba atau rakyat akan berkata lemah lembut ketika meminta dan memohon sesuatu kepada rajanya. Apalagi kalau yang diminta adalah sang pencipta hamba tersebut, akan sangat miris dan tidak beretika kalau si hamba meminta dengan tergesa dan suara yang keras. Bisa jadi Allah ,raja dari segala raja akan murka dengan ketidaksopanan hambanya dalam memohon dan berzikir kepada-Nya.

2.Memperhatikan bacaan zikir
Sering sekali kita mengikuti zikir dalam suatu pengajian yang dibaca sangat cepat sehingga terdengar bacaannya zikir tersebut sudah salah dari segi ilmu bahasa Arab. Bukankah satu huruf saja yang silap dibaca,akan memiliki makna yang berbeda? Oleh karena itu dalam zikir (Rateb Seuribee) ini,seorang Amir (Pemimpin) zikir hendaklah senantiasa mengingatkan jamaah zikirnya terlebih dahulu akan zikir dibaca dengan benar. Bahkan akan menjadi lebih afdhal, pemimpin menjelaskan makna satu persatu bacaan kepada jamaahnya termasuk bacaan tajwidnya sehingga mereka lebih berhati-hati dan merenungi setiap bacaan zikir yang mereka lakukan.

3.Berzikir bukan berarti tidak bekerja
Saat ini sudah berkembang isu-isu miring bagi mereka yang salah memaknai tentang pelaksanaan rateb seuribee di barsela. Malahan ada sebagian masyarakat yang beranggapan dengan adanya gaung rateb seuribee, telah membuat kita menjadi pasif dalam beraktivitas. Apalagi, pelaksanaan rateb seuribee tersebut juga didukung dengan adanya bantuan dana yang begitu besar dari pemerintah. Dalam hal ini, peran ulama dan umara sangat penting untuk mengklarifikasikan isu-isu miring tersebut dan memberikan pengarahan kepada masyarakat bahwa berzikir tanpa beraktivitas akan sia-sia karena keduanya haruslah dilakukan.Dengan kata lain,adanya keselarasan antara hablu minallah dan hablu minan nas.

Sebagai Penutup, penulis mendukung dilaksanakan rateb seuribee di bumi barsela bahkan di seluruh Aceh karena rateb (zikir) tersebut adalah hal yang mutlak harus kita lakukan selaku hamba-Nya. Namun dalam pelaksanaan rateb seuribee tersebut haruslah senantiasa memperhatikan setidaknya tiga unsur yang penulis sebutkan di atas sehingga rateb seuribee akan menjadi salah satu daya pikat dalam pelaksanaa wisata islami di bumi “Serambi Mekah” ,bumi kebanggaan kita bersama.

rateu seuribee.jpg