Maria, sosok perempuan yang dikenal sebagai perempuan suci; ibu sang nabi. Namun, sang perawan ini hidup di pedalaman Brazil. Sejak usia belia, ia jatuh cinta kepada seorang ank lelaki yang sejurus menuju sekolah setiap pagi. Namun, Maria bertepuk sebelah tangan. Selain tidak dapat mengungkapkan perasaan, si anak lelaki yang bertetangga dengannya itu tidak sadar dengan gelombang Maria.
Perempuan yang memiliki nama suci seperti ibu nabi ini mengalami jatuh cinta pada usia belasan tahun. Pada hari pertama suatu semester, ia berjalan menuju sekolah dan mendapati seorang anak lelaki yang bertetangga dengannya menuju arah sekolah yang sama. Namun, mereka tidak pernah mengobrol. Anak lelaki itu membuat Maria merasakan getaran yang membuat wajahnya merah padam. Setiap berjalan menuju arah jalan ke sekolah, Maria seperti menjemput kebahagiaan.
Pada usia lima belas tahun, ia tidak hanya belajar soal mulut mesti dibuka saat berciuman. Ia juga belajar hal lain, yaitu masturbasi. Ia sering melakukannya sejak kecil ketika menunggu ibunya pulang. Hingga suatu hari kepergok ayahnya dan ditampar tanpa alasan. Sejak saat itu, Maria justru belajar sesuatu agar memegang alat vitalnya tidak boleh dilakukan di hadapan orang lain.
Ralf, seorang pelukis yang kemudian menjadi celah seorang Maria ke luar dari kehidupan bawah tanah; prostitusi. Di antara lalu-lintas kehidupan pelacuran, Maria menemukan cinta sejati dari seorang pelukis dalam waktu sekejap, hanya sebelas menit.
Kesejatian, entah bernama cinta atau kebenaran terkadang harus dicari dengan berbagai cara, meski ditempuh dengan jalan keheningan malam. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menemukannya, meski terkadang harus terjebak pada jalan yang sesat. Namun, seseorang yang memiliki nurani akan selalu diterangi meski berada pada labirin kehidupan yang rumit sekalipun.
Baca resensi buku "Sebelas Menit - Eleven Minutes" karya Paulo Coelho, pada tautan: http://raamfest.com/perempuan-suci-dalam-dunia-prostitusi/