Jalan setapak membentang didepanku ◇
Ku hirup nafas panjang dan perlahan ◇
Aroma tanah basah yang begitu memikat ◇
Semerbak selepas hadirnya hujan kala itu ◇
Alam menyapaku ◆
Tapi ku enggan menyaut ◆
Hatiku masih kalut ◆
Masih seperti waktu itu ◆
Kursi taman terlihat basah ◇
Setelah ditinggali sang embun ◇
Lantas ku sapu dengan tanganku ◇
Dingin seperti hatiku kala itu ◇
Aku bergumam, berdosakah aku jika duduk disini sejenak?
Sembari berkicau dengan sepacang burung camar.
Ah, nampaknya mereka enggan mengajakku berbisik.
Aku merasa sangat diacuhkan.
Mereka terlihat tengah kasmaran.
Dan aku hanya menjadi penonton tak dibayar.
Sekaligus saksi kunci setengah bisu.
Tapi aku meyakinkan diri.
Mereka bisa kuajak bercengkrama. Suatu saat nanti yang pasti.
Hingga menunggu luka ini kembali pulih.
♥