Suyadi San
^
entah, sudah langkah keberapa
bidak-bidak ini kitamainkan,
tak juga ada yang menurut.
tapi rekam jejak kakikakimu
membuncah di telagaku.
aku pun mengurai sunyi demi sunyi
menuruti gebalau aliran darah
kudekap rindumu, berkali-kali.
"sabar, tahanlah kerinduan merindang," katamu.
jalan ini pun makin saja berkelok-kelok sunyi,
terantuk-rantuk pedal pedati,
membenam-benamkan kemudi
di antara bongkahan-bongkahan kayu
yang dihela ke kota.
^
kulihat kotamu terbalut mimpi,
padahal rinduku berbakul-bakul
menanak puisi di tanah pilih,
mengarak merpati menjulang lazuardi
: ah! tidak ada merpati, tidak ada.
cuma puisi.
"boleh mendung, tapi jangan sampai hujan.
jangan pula pernah merasa sepi!" hardikku.
Ohoi! detak kotamu pun mendebarkan hati,
riak batanghari menyerak-nyerak puisi
terpanggang matahari
"di dalam kata ada kotakota, swara, dan cinta," katamu. aha! malam pun merekam genangan kenangan,
kata berdoa buat kita di penjuru kota,
tapi aku tak bisa bebas dari penjara makna
Ia menjadi penguasa hingga aku terdampar
di negeri pucuk jambi sembilan lurah ini.
^
dimas! hujan menjebakku di batanghari,
padahal baru saja kusaksikan serpihan candi, menggelontorkan jejakjejak masa purba.
tapi di buritan ketek ini tak ada penghalang hujan.
tak ada terpal, lelehannya membalut sekujur kulitku. tolong hentikan hujan!
alahai, hujan ini mengajakku bernyanyi
bersama bibir batanghari di antara dawaidawai senja sebagai pelengkap harihari bersamamu.
ya, dan memang aku pun terdampar di langit senjamu,
di bawah deraian pedati kecemasan.
nyanyian gerimis itu pun membawa ke bibir mihrab menyatu dengan kidung kalam Ilaihi, gigil aku karenanya. Oh! Lantunan ayatayat itu mengajakku masuk
ke pintunya, menawar kehangatan di atas permadani
dan mendekapku lewat puisipuisi nafas surgawi.
^
entahlah, rekam jejak kakikakimu
membuncah di telagaku
mengulum sunyi demi sunyi,
menuruti gebalau aliran darah
kudekap rindumu, berkali-kali
dan senarai batanghari di tanah pilih
telah memilin sejumlah ilusi,
apalagi kita telah membangun aliansi
katakata di antara geriap waktu.
jambi, 2008