(Sumber: Google)
Pengetahuan menjadi sebuah pola dari pengalaman setiap manusia dalam mengetahui suatu tindakan pada kehidupannya. Pengetahuan ini juga membantu manusia untuk menyelesaikan masalah yang terjadi kedepan dengan bumbu-bumbu pengalaman tersebut. Pengetahuan itu hadir dengan terbentuknya suatu “tahuan” atau seseorang tahu sesuatu saat ini dan setelah beberapa waktu berlalu tahuan itu akan menjadi “pengetahuan” karena terindikasikan oleh pengalaman di waktu yang lalu.
Aktivitas manusia di dunia ini terbagi menjadi dua waktu yang di cover dalam situasi alam yaitu siang dan malam. Aktivitas itu menjadi simbol suatu tindakan manusia dalam menjalani kehidupannya, baik terkait dengan segala kebutuhan, spritual dan kognisi yang terkandung di dalamnya. Namun apa yang menjadi integritas dalam tindakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas sampai bertuju pada kelelahan tubuh? Kemungkinan yang sering terjadi adalah beristirahat dan tidur, maka malam adalah waktu yang ditetapkan oleh hampir seluruh masyarakat di dunia untuk tidur dan beristirahat.
Dalam proses tidur yang menjadi jam istirahat untuk sementara waktu, mimpi dalam prosesnya memberi gambaran tersendiri terhadap imajinasi pada alam gaib. Namun perlu di sadari, dalam merespon mimpi yang di alami seperti kejadian-kejadian yang kadang kala tidak pernah kita rasakan di kehidupan. Tapi di balik itu semua, kejadian itu memiliki tafsiran sendiri bagi kelompok masyarakat. Seperti tafsiran yang di pahami oleh rakyat Aceh yang memberi pengetahuan tersendiri bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas di dunia. Sebagai pengetahuan, Snock Hugronje (1985) dalam buku Aceh di Mata Kolonialis Jilid II, menjelaskan bagaimana tafsiran alam mimpi dihimpun oleh rakyat Aceh sebagai pengetahuan yang diwariskan pada anak-anaknya.
Tafsir Mimpi Masyarakat Aceh
Dalam buku Snock Hugronje (1985: 46-47) memberikan gambaran terhadap salah satu sub-bab terkait “Takbir Mimpi” yang menjadi pengetahuan masyarakat dalam merespon mimpi-mimpi yang dialami saat tidur. Hugronje (1985) menjelaskan bahwa mimpi yang masuk dalam otak imajinasi manusia merupakan pesan-pesan dari Allah kepada hambanya. Namun, dalam penjelasannya juga, terdapat mimpi-mimpi yang dibawa oleh setan sehingga mimpi tersebut merupakan bentuk palsu.
Hugronje (1985) dalam memahami hal ini juga melihat pesan takbir mimpi yang secara komplek dijelaskan oleh seorang tokoh berketurunan Arab bernama Ibnu Sirin. Namun beliau melihat pada masyarakat Aceh terdapat pengetahuan mengenai mimpi atau orang yang mengetahui tentang Ta’bi (Interpretasi Mimpi). Orang ini dapat menerangkan makna mimpi yang dialami oleh orang lain yang telah menjalani mimpi tersebut. Sehingga secara sadar, tatanan terhadap ilmu tentang interpretasi mimpi ini menjadi tatanan yang di miliki oleh masyrakat setempat dalam memahami mimpi-mimpi yang dialaminya.
Dalam pengetahuan masyarakat Aceh terhadap pengajaran Ta’bi ini, tertuju pada mimpi orang bersangkutan atau mimpi orang lain; orang yang terlihat bugil dalam mimpi dipahami sebagai bentuk dari kesialan atau akan mendapatkan nasib sial dalam kehidupan. Namun yang nampak dalam mimpinya berambut atau bercambang sangat panjang akan mendapatkan keberuntungan.
Orang yang dalam mimpinya nampak bercukur, mandi atau buang hajat, mereka akan mendapatkan kerugian besar dalam kehidupannya. Orang yang dalam mimpinya nampak sedang mengalami kematian, mereka akan mendapatkan umur panjang. Namun bagi orang yang bermimpi berbaju putih atau gigi depannya tanggal, kematian sudah mendekat bagi dirinya, orang tuanya atau anaknya. Orang yang bermimpi kehilangan gigi graham dipahami akan terjadi kematian bagi saudara atau kerabat jauh.
Bermimpi rumah sendiri terbakar dipahami akan mendapatkan kekayaan. Orang yang bermimpi berjalan dalam lindungan payung atau menunggang kuda/gajah dipahami mendapatkan kemasyuran atau kebesaran duniawinya. Orang yang bermimpi ada kebakaran besar atau mimpi ular, mereka akan segera menikah. Bagi wanita hamil yang bermimpi dirinya memakai pakaian elok, maka dia akan mendapatkan anak perempuan, sedangkan merasa memakai topi akan melahirkan anak laki-laki. Yang bermimpi berada di atas kapal, terlibat konflik dengan makhluk halus (Sane) namun tidak akan cidera, makan nasi ketan merupakan isyarat dari kesuksesan yang akan dialami.
Penutup
Ada berbagai interpretasi mimpi yang sudah dijelaskan di atas melalui contoh kasus yang dialami oleh masyrakat Aceh pada zaman dulu. Contoh itu merupakan isi dari penjelasan dalam buku Snock Hugronje (1985) terkait dengan takbir mimpi yang di pahami oleh masyarakat Aceh. Namun perlu diperjelaskan kembali bahwa semua itu merupakan kehendak dari Allah SWT yang memberi isyarat bagi hambanya. Saya menyarankan bila mengalami mimpi serupa, mohonlah ampunan pada Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan isinya. Mungkin masih banyak lagi yang belum saya jelaskan di sini karena saya belum membaca lebih dalam terkait tafsiran mimpi pada ajaran islam. Ide dari tulisan ini bersumber dari buku Snock Hugronje (Aceh di mata kolonialis jilid II) yang terbit pada tahun 1985. Semoga tulisan ini menjadi pengetahuan bagi saya dan pembaca sekalian.