Korps Marechaussee te Voet, atau yang disebut Marsose, merupakan pasukan elit berdarah dingin yang dibentuk pada masa kolonial Belanda sebagai tanggapan taktis terhadap perlawanan gerilya di Aceh.
Marosese juga diturunkan oleh Belanda untuk mencari dan membunuh Sisingamangaraja XII di Sumatra Utara, pada tahun 1907.
Peran Marsose di Aceh seperti infanteri (pasukan jalan kaki) yang mampu menguasai pegunungan dan hutan rimba.Strategi ini dinilai sangat cocok untuk melawan dan meengejar pejuang Aceh yang dianggap lihai dalam taktik gerilya.
Keunggulan yang ditawarkan pasukan Marosese adalah mereka akan lebih mampu mendeteksi musuh,karena mereka sendiri merupakan pribumi. Dengan kata lain,korps Marsose ini ditugaskan untuk membunuh saudara sebangsa mereka sendiri.
Kekejaman Marsose mulai terlihat saat terjadi penaklukan Benteng Koeta Reh pada tahun 1904,sebuah kejahatan genosida dibawah pimpinan Jenderal C.G.E van Daalen.Aksi tersebut dilakukan karena Pihak Marose frustasi dikarenakan mereka tidak berhasil menumpas pejuang Aceh,sehingga rakyat sipil menjadi korban.
Aksi Marsose tesebut semakin memuncak kemarahan rakyat Aceh dan melahirkan ribuan pejuang diseluruh pelosok Serambi Mekkah.Akhirnya Pada tahun 1930 pasukan Marsose resmi dibubarkan.
Penulis: Wandi Palma