Sekilas Mengenai Akhir Perjalanan Daud Beureueh.

in sejarah •  7 years ago 

image

Abu Beureueh dan masa tahun 1970 an
Sebuah tim khusus bergerak ke Aceh pada 1 Mei 1978. Misi mereka adalah membawa ulama paling berpengaruh Aceh, Daud Beureueh, ke Jakarta. Tim itu dipimpin Letnan Satu Sjafrie Sjamsoeddin. Mereka tiba di rumah Daud tak lama seusai salat subuh. Menurut kesaksian Nur Ibrahimy, menantu Daud Beureueh kepada Tempo (2003), tim Sjafrie meminta kesediaan ayah mertuanya ikut ke Jakarta.

“Kami diperintahkan membawa Abu Daud ke Jakarta untuk menjadi saksi di Pengadilan Negeri Surabaya dalam perkara Haji Ismail yang dituding terlibat aksi Komando Jihad,” ujar salah seorang anggota tim. Ketika itu, Teungku Nyak Aisah, istri ketiga Daud Beureueh, sedang berada di rumah ketika suaminya bertemu tim khusus itu.

“Maaf, bukannya tidak bersedia, saya ini sudah uzur. Saya mau bersaksi di sini saja,” ujar Daud yang sudah jelang berusia 79 tahun dan sakit-sakitan. Karena misi harus terlaksana, tim khusus tentu berkeras. Menurut Nur Ibrahimy, mereka lalu memegangi kaki dan tangan Daud Beureueh. Dengan sigapnya, salah satu dari anggota tim menyuntikkan obat bius ke tubuh Daud.

Meski uzur, Daud berusaha melawan hingga jarum suntik pun patah. Nur Ibrahimy mengingat, “darah berceceran dan membasahi baju Abu Daud.” Namun, belakangan, Sjafrie menyangkal kesaksian Ibrahimy.

“Ya, kami yang menjemput beliau,” ujar Sjafrie yang pernah menjadi Wakil Menteri Pertahanan di era Kepresidenanan Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurutnya, tak ada kekerasan dan obat bius bekerja seperti yang diharapkan. Ada kekerasan atau tidak, nyatanya Daud pun berhasil dijauhkan dari massa-nya yang besar di Aceh.

Siapa tak kenal Daud Beureueh sang pendiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) dan dedengkot DI/TII Aceh. Ulama besar itu pun terbatasi ruang hidupnya, hanya di Jakarta saja. Ketika Daud diamankan ke Jakarta itu, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang sebetulnya tak direstui Daud, sedang berkobar di Aceh hingga dua dekade setelahnya.

Daud memang tidak setuju dengan GAM yang dibentuk Hasan Tiro. Bukan karena alasan tidak setuju perlawanan dan tujuan kemerdekaan, tetapi karena Hasan Tiro enggan menjadikan syariat Islam sebagai program utama. Bagi Daud, bukan hanya kemerdekaan yang harus menjadi prinsip dasar perjuangan, melainkan juga syariat Islam.

Kendati ada perbedaan dengan Hasan Tiro, akan tetapi Daud Beureueh tetap saja dianggap sebagai ancaman oleh Orde Baru karena terus mengkritik pemerintah. Kritiknya sangat keras, misalnya dalam kasus pembangunan PNG Arun, yang ia anggap tidak memberikan manfaat bagi Aceh selain hanya mengeruk kekayaan Aceh belaka.

Itulah yang membuat Daud dibawa ke Jakarta. Di sana, Daud diisolasi di sebuah rumah di Tomang. Walau pun sudah tua dan mulai sakit-sakitan, namun Orde Baru tidak peduli. Sama seperti perlakuan kepada Sukarno, Orde Baru membiarkan Daud terisolasi dan rumah pengucilan di Tomang pun terus diawasi.

Salinan dari tulisan mengenai Doeharto dan Islam.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://today.line.me/id/pc/article/74fa9992b90b0d1071f55abf3d8d376e5f053ed0008fef4fe27c0cf5ee8446aa