ACEH BERDUKA

in sejarah •  7 years ago 

ACEH BERDUKA DENGAN WAFATNYA PARA ULAMA

Adakah Kepedulian Pemerintah Terhadap Pendidikan dayah?

Kedapan pilihlah para pemimpin yang mengerti dan peduli pada Agama Islam... Bukan pemimpin yang hanya semata berideologi dan mengambil hukum pada Pancasila dan UUD 1945.

Ditengah-tengah bergejolaknya berbagai problemadi Aceh, baik di kalangan jajaran pemerintah maupun ditengah-tengah masyarakat, tiba-tiba Allah SWT mengambil kembali lampu penerang bagi umat, satu per satu Allah padamkan lampu tersebut untuk selama-lamanya. Aceh semakin gelap dari terang benderangnya ilmu pengetahuan yang akan berdampak terhadap timbulnya kezaliman serta timbulnya pemimpin yang tidak berilmu pengetahuan dan akan hilangnya moralitas umat manusia, juga bertmabahnya tindak kriminalitas, akan bermunculan faham-faham sesat, akan menambah parah serta maraknya kemaksiatan, yang akhirnya akan merusak nilai-nilai Islam.

Ulama adalah lampu penerang bagi umat Islam, Ulama adalah penerang bagi pemerintah dan masyarakat keseluruhan. Meninggalnya Ulama merupakan pertanda gelapnya alam, sehingga umat manusia akan berjalan dalam kegelapan hidup tiada yang menerangi dan membimbing, mereka berjalan dibumi tanpa dilandasi ilmu pengethuan yang berlandaskan ilmu pengetahuan yang berakibat timbulnya kekerasan, ketidakadilan, kriminalitas dan kenistaan agama.

Dalam catatan yang telah didata, ulama-ulama Aceh yang telah wafat mendahului kita untuk selama-lamanya mulai tahun 2011 sampai September 2012. Dalam catatan yang telah didata sebanyak 15 Ulama telah wafat terhitung dari tahun 2011 sampai September 2012, jumlah yang sangat banyak. Sangat menyedihkan, sudah sepatutnya kita berduka dan menangis, mengingat wafat ulama tidak ada yang bisa menggantinya dalam ilmu dan suri tauladan serta keikhlasan dalam membawa umat ke jalan yang diridhai oleh Allah yang Maha Kuasa. Bila mana ada penggantinya namun tiada sama dari sisi kuantitasnya. Apalagi minat dan kemaauan masyarakat terhadap pendidikan untuk terciptanya manusia menjadi ulama penerang umat semakin hari semakin merosot dan sanat minim. Ulama adalah pewaris daripada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, ulama adalah paku alam, apabila meninggalnya ulama berarti gelaplah alam, Rasulullah SAW telah mengingatkan kita,
“Sesungguhnya Allah tidak lah mencabut ilmu begitu saja dari diri para ulama, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan meninggalnya para ‘Alim ulama, sehingga jika tidak tersisa seorang pun ulama, maka umat akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin, jika mereka ditanya mereka menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat-menyesatkan”.

Demikianlah Rasulullah bersabda dalam hadist yang diriwatkan oleh Imam Bukhari.
Dayah merupakan tempat didiknya kader generasi menjadi ulama dan manusia berilmu agama yang telah eksis sejak zaman Kesultanan Aceh, kin semakin hari semakin kurangnya kesadaran terhadap pendidikan generasi pengganti para ulama, yang menjadi lampu penerang umat, penentang kebathilan, penegak keadilan. Begitu juga dengan pemerintah yang menganaktirikan pendidikan dayah dan lebih fokus pada pendidikan umum.Padahal pendidikan dayah merupakan warisan sejak zaman keusultanan Aceh. Dayah dianggap aneh, pendidikan dayah ditolak secara halus dan perlahan-lahan dengan berbagai cara dan sistem serta modusnya oleh orang-orang yang tidak mengerti ilmu agama dan tidak peduli terhadap agama, apalagi mereka yang pada aslinya sudah menentang agama Islam. Dayah dan isinya secara perlahan di kikis dari peredaran serta visi dan misinya. Sehingga meninggalnya para ulama tiada pegantinya yang kemudian akan menjadi pengwaris daripada Nabi dan Rasul Allah, penerang dan tempat bertanyanya umat dan pemutus hukum pada pemerintah.

Melihat kodisi Aceh hari ini, menangis kita, malu kita pada pendahulu kita, nenek kita, Syech Abdurra’uf Al-Fansury, ulama-ulama Aceh kita, sultan-sultan Aceh dahulu, kemaksiatan merajalela, moralitas Aceh semakin merosot, tempat-tempat kemaksiatan semakin bertambah, hukum ditegkkan bukan dengan hukum agama, Al Quran dan Hadist, Ulama tidak dijadikan seabagi tempat bertanya dan pemutus hukum/masalah, pendidikan dayah tidak diprioritaskan, apa tugas kita sebagi cucu dari nenek moyang bangsa Acehyang mulia, tempat pertama Islam berkembang se Asia Tenggara. Kebanyakaan kita bangga denga sebutan “Aceh Serambi Mekkah”, sumber pertma yang menyebarkan agama di Asia Tenggara tapi kita tidak bangga dengan perilaku dan budaya Aceh yang dulunya sangat kental dengan nuansa Islam. Hal ini nampask jelas dari perilaku kiat, generasi-generasi muda yang seenaknya saja melakukan kesalahan dalam agam. Hukum diatur dan diambil serta dijalankan belum sesuai sepenuhanya dengan nilai-nilai agama Islam.

Mungkin hal ini menjadi jawaban mengapa ulama diambil Allah kemabli dengan jumlah yang begitu banyak dalam selang waktu yang begitu dekat. Dengan wafatnya ulama-ulama di Aceh, yang menjadi persoalan dan permaslahan di Aceh semakin banyak, yang menjadi pertanyaan bisakah kita menyelesaikan persoalan itu dengan harapan para ulama selaku tauladan dan penerang bagi kita semua, atau Aceh ini akan menjadi Aceh yang bertolak belakang dengan sejarah Aceh, sejarah kerajaan-kerajaan Islam dia Aceh yang aslinya.FB_IMG_1515145086247.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kami ikut berduka cita juga dengan wafat segla ulama karismatik aceh.