30 November 2016.
Hari pertama, saya bertemu dan melihat Datok Tan Sri Sanusi Juned mengupas sejarah Aceh, "Daod Bereu'eeh di Mata Tan Sri Sanusi Juned.
Sebelumnya, nama beliau saya baca dalam buku buku sejarah seperti buku Diaspora Aceh, karangan Antje Miscbah, Australia.
Dalam buku tersebut beliau mengatakan, "Orang Aceh tidak pernah bersatu, kecuali menghadapi musuh yang sama". Peryataan tersebut semakin membuat saya penasaran karena ada benarnya ketika melihat Aceh pasca MoU Helsinki.
Setelah bertemu, melihat dan mendegar kupasan sejarah perjuangan Tgk. Muhammad Daod Bereu'eh dalam perjuangan DI/ TII, saya menyimpulkan Datok Tan Sri Sanusi Juned lebih diaspora diantara diaspora Aceh lainya dalam perpektif sejarah. Diaspora top Aceh lainya adalah Dr. Yusra Habib Abdulgani, Skandinavia.
Dalam kesempatan seminar tsbt, beliau menceritakan suatu ketika bertemu calon mertuanya, Tgk. Muhammad Daod Bereu'eeh dihamparan sawahnya di Berenuen, Pidie. Sebagai anak muda beliau datang dari Malaysia. Kala itu, Abu bereu'eeh sedang Kuh Lung, kenangnya, padahal beliau ini Gubernur Militer Aceh. Ungkapnya.
Tgk. Muhammad Daod Bereu'eeh sangat sederhana dalam meladeni rakyatnya, ceritanya lagi.
Untuk itu, Datok Tan sri Sanusi Juned menantang sejawaran untuk menulis kembali sejarah rekam jejak hubungan Presiden Soekarno dengan Abu Bereu' eeh. Menurutnya ada fakta sejarah yang dihilangkan sejarawan.
Hari ini, Jumat, 9 Maret 2018, Datok Tan Sri Sanusi Juned menghadap Sang Khalid, putra Malaysia berdarah Aceh Besar ini meniti karir politik di Malaysia hingga menjadi Menteri Pembagunan pada masa Perdana Menteri Dr. Mahadtir Muhammad, Bapak pembagunan Malaysia.
Semoga khusnul khatimah TUAN GURU.