Seorang wanita berusia sekitar 35 tahun, sudah menikah, dan dikaruniai 4 putra, datang kepada saya dengan perasaan penuh kebimbangan. Wanita ini memiliki latar belakang keluarga yang cukup berada, dalam artian tinggal di perumahan yang cukup bagus. Dia dan suaminya sama'sama bekerja dengan karier yang bagus dan masing memiliki mobil mewah. Dalam keseharian, mereka samavsama bekerja. Bedanya, Sabtu dan Minggu sang istri tidak bekerja, sedangkan sang suami libur hanya pada hari Minggu saja. Dua bulan se' kali, sang suami biasa ditugaskan ke luar kota selama 2-3 hari. Wanita ini mengakui bahwa sudah 2 tahun terakhir ini dia menjalin relasi khusus dengan laki'laki lain. Orang biasanya
menyebut PIL (Pria Idaman Lain), meskipun wanita ini met ralat, "Pria idaman saya adalah suami saya sendiri. Saya sangat mencintai suami saya. Dia suami perfect buat saya, kecuali dalam satu hal, seks."
Wanita ini menyadari bahwa dia punya kebutuhan seks yang sering tidak dapat dipenuhi oleh suaminya. Masalah ini sudah pemah mereka bicarakan beberapa kali, tapi tidak mendatangv kan hasil yang diharapkan. Belakangan, masalah tersebut justru membuat sang suami merasa minder sehingga kemampuannya semakin menurun. I
Mereka telah konsultasi ke dokter untuk meningkatkan kemampuan sang suami, tapi belum memberikan hasil yang memuaskan. Secara psikologis, sang suami malah merasa ter lah mengecewakan istri yang begitu dia cintai. Kesedihan dan kekecewaan terhadap dirinya sendiri itulah yang menjadikan keadaan tidak semakin membaik. Memang, sesungguhnya me! reka berdua adalah pasangan yang saling mencintai dan sangat menjaga satu sama lain. Namun, satu hal yang menjadi masalah ' utama mereka: SEKS.
Menurut cerita wanita ini, untuk memperbaiki hubungan tersebut, mereka berdua sudah mencari bantuan ke mana, tapi tidak menunjukkan hasil berarti.
Saat saya menanyakan, "Apa yang ingin dicapai dalam sesi bersama saya ini?" Wanita ini tampak bimbang harus bagai' mana menyikapi masalahnya tersebut. Kemudian dia bercerita, bahwa setahun ini dia telah dan sedang menjalin hubungan dengan laki lain. Sang laki lain itu dia sebut sex accomplice. Jadi, mereka menjalin relasi khusus, tapi relasi itu memang hanya untuk memenuhi kebutuhan seks saja. Mereka betdua melakukan hubungan seks tanpa ada keinginan untuk menjalin hubungan lebih serius lagi, apalagi keinginan untuk saling memiliki. Artinya, saat situasi mengarah atau cenderung membawa relasi mereka ke arah yang lebih serius, mereka akan memilih berpisah.'Sebab, hal itu sudah tidak sesuai dengan komitmen awal.
Posted from my blog with SteemPress : http://desuto.epizy.com/2018/09/19/move-on-versi-desuto-part-1/