Seseorang bertanya pada saya "Apa yang kamu lakukan jika kamu mengalami kegagalan?" Saya tersenyum lalu menggenggam tangannya dan berkata, "Aku akan berdo'a pada Tuhanku agar hatiku dilapangkan, jiwaku mengikhlaskan, dan ragaku memaafkan." Lalu ia bertanya kembali, "seberapa sering kau gagal dalam hidupmu?" Aku pun tersenyum dan menjawab sambil masuk ke dalam kelas, "seperti minum obat." Lalu kami pun masuk mengikuti perkuliahan.
Sepenggal cerita di atas adalah hal lazim yang terjadi dalam hidup, bahwa tak selamanya apa yang kita inginkan akan menghasilkan sesuai dengan harapan kita. Cerita tersebut juga menyiratkan bahwa Gagal juga tentang hati dan jiwamu.
Kegagalan memberi kita banyak pelajaran hidup. Dari gagal, kita belajar tentang "bagaimana bangkit", dari kegagalan kita juga belajar tentang "memandang hidup dari kacamata lain", dan dari gagal kita juga belajar "ikhlas dan memaafkan". Bagaimana tidak? Dalam gagal, tidak ada yang bisa kita salahkan. Semua terjadi diluar nalar manusia. Apa yang kau fikir, bisa terbalik begitu saja. Apa yang kau do'akan pagi siang malam bisa saja tak menghasilkan apa-apa. Maka dari situlah jiwamu belajar. Belajar ikhlas dan memaafkan, lalu bangkit kembali. Bukankah kegagalan harus dibalas dengan pencapaian?
Gagal selalu berdampingan dengan kesuksesan. Dan sukses selalu berseblahan dengan kegagalan. Tanpa kegagalan, sukses hanyalah sebuah pencapaian yang mati, karena kita tak bisa belajar darinya.
Tidak ada manusia yang tak pernah gagal dalam hidupnya.
Berapa banyak masyarakat Indonesia, bahkan dunia mengalami kegagalan dalam berbagai hal, rumah tangga, pekerjaan, sekolah, karir, bahkan kegagalan tersebut berujung pada kegagalan hidup mereka yang tak meninggalkan kesan manis. Padahal disaat kegagalan menghampiri, hal pertama yang diuji adalah "syukur" hingga kita bisa lulus dari ujian-ujian dan kegagalan lainnya.
Bukalah kembali sejarah bagaimana seorang Bill Gates bisa menjadi orang terkaya? Bagaimana kisah JackMa pemilik AliBaba yang sekarang banyak diperbincangkan. Rela atau tidak, mereka telah membungkus kegagalan mereka dengan apik dan menjadi sejarah yang tak akan mereka lupakan.
Teman,
Jika saat ini kau mendapati dirimu gagal dalam hal kecil sekaipun, maka segeralah memaafkan dirimu dan orang-orang lain. datangilah "ruh" di dalam dirimu dan tanya, hati siapa yang mungkin pernah engkau sakiti? Jiwa siapa yang mungkin pernah tak memaafkanmu, dan hak siapa yang kau rebut.
Saat aku menulis blog ini, aku pun tengah gagal. Aku gagal menghadapi kenyataan, bahwa aku bukanlah Nabi Khaidir yang cerdas. Aku hanyalah manusia yang "terobsesi" terliaht cerdas. Saat ini, aku sedang berusaha menata hati, mengumpulkan puzzle hati yang kian berkeping untuk ku atur menjadi utuh kembali.
Yakinlah,
setelah mendung, pasti pelangi muncul,
dan setiap kegagalan, ada do'a yang melangit.
Yakinlah,
aku tak sedang menasihati orang,
sungguh, aku sedang menasihati diriku sendiri.
Dara Fitria Munzaki
@Munzakidara