Perilaku Buang Sampah Sembarangan di Kalangan Anak Sekolah

in steemit •  7 years ago 

Salah satu masalah kesehatan di sekolah adalah masalah sampah dan hingga saat ini menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Pengelolaan sampah perlu didukung oleh kesadaran yang tinggi dari warga sekolah yaitu masyarakat, anak didik dan pihak sekolah. Khususnya pihak sekolah mempunyai peran yang penting untuk menanamkan kesadaran pengelolaan sampah sejak dini pada anak didik. Demikian pentingnya pengelolaan sampah di sekolah, sehingga menjadi salah satu indikator dalam program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu indikator kedelapan “membuang sampah pada tempatnya”.

Jumlah sekolah di Indonesia saat ini lebih dari 250.000 sekolah baik sekolah negeri, sekolah swasta maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan. Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah anak usia sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan PHBS sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Dikarenakan sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orangtua siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain) (Proverawati & Rahmawati, 2016).

PHBS di sekolah adalah untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mamu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. PHBS juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes, 2007). Salah satu wujud kesehatan adalah perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya (Hidayat, 2009).

Dikaitkan dengan topik penelitian ini adalah perilaku membuang sampah sembarangan oleh siswa di sekolah. Sampah di lingkungan sekolah umumnya berwujud kertas, botol plastik, dan sampah bekas bungkus jajanan siswa. Menurut Proverawati & Rahmawati (2016) bahwa sampah berdasarkan asalnya digolongkan dalam dua bagian yaitu sampah organik (sampah basah) dan sampah an-organik (sampah kering). Selain itu sampah dihasilkan dari beberapa sumber utama antara lain rumah tangga, sampah domestik yaitu sampah berupa sisa makana, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik dan sebagainya.

Salah satu upaya promotif untuk merubah perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya dapat dilakukan melalui aplikasi promosi kesehatan di sekolah. Tujuannya untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui tiga kegiatan utama, yaitu 1) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat; 2) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah; dan upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan ini dikenal dengan istilah TRIAS UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) (Kholid, 2014). Bahar (2011) mempertegas bahwa untuk mendukung pencapaian PHBS diperlukan dukungan dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dalam pelaksanaannya menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif di samping juga upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas.

Upaya promotif lainnya adalah melalui aplikasi metode teman sebaya. Teman sebaya (peer group) merupakan suatu kelompok kecil yang anggotanya berusia relatif sama dan diantara mereka itu terjalin keakraban. Kelompok sebaya memberi remaja perasaan saling memiliki, pembuktian dan kesempatan untuk belajar perilaku yang dapat diterima. Rasa memiliki merupakan hal yang penting karena dikritik atau diabaikan oleh teman sebaya menimbulkan perasaan inferior, tidak adekuat dan tidak kompeten. Oleh karena itu remaja akan berperilaku dengan cara yang akan memperkuat keberadaan mereka di dalam kelompok (Potter & Perry, 2009).

Teori perubahan perilaku yang berkaitan dengan perilaku siswa membuang sampah sembarangan diacu dari teori perubahan perilaku menurut Glanz dkk (2008), yang menyatakan perilaku ditentukan oleh: 1) sikap yang mendorong perilaku (attitude toward the behavior) yaitu keyakinan dan konsekuensi serta evaluasi perilaku siswa membuang sampah; 2) norma subjektif (subjective norms) yaitu fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu saat satu atau lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka; 3) kontrol perilaku persepsian (perceive behavior control) sebagai persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku; dan 4) niat (intention) yaitu cerminan motivasi pihak sekolah dan tenaga kesehatan dari fasilitas kesehatan setempat untuk mempengaruhi perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya.

Anak usia sekolah khususnya sebagai masa pra remaja menuju remaja ditandai dengan perubahan dari anak-anak menuju remaja yang akan mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial dan fisik. Masa ini akan ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu baik dari segi fisik, psikis dan sosial yang mana pada masa ini keterkaitan terhadap teman sebaya sangat kuat. Keadaan seperti ini menjadikan mereka cenderung lebih memecahkan masalahnya dengan teman sebaya daripada dengan orang tua atau guru. Kedekatan antara satu dengan yang lain dapat menjadi peluang sebagai fasilitas untuk berbagi mengenai masalah perilaku hidup bersih dan sehat pada sasaran membuang sampah pada tempatnya yaitu melalui pendidikan teman sebaya (Hidayat, 2009).

Penelitian Adznan (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa SD Negeri Kedungmundu Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran teman sebaya responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik, praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) responden penelitian sebagian besar dalam kategori baik dan terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan PHBS anak.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur, permasalahan sampah masih menjadi satu permasalahan yang perlu penanganan serius. Lingkungan sekolah terlihat masih belum memenuhi syarat lingkungan yang sehat karena ditemukan banyak sampah yang pada umumnya berasal dari kertas bekas dan bungkus bekas wadah jajanan siswa serta sisa jajanan yang tidak habis dimakan. Siswa cenderung membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya. Pihak sekolah memang ada menyediakan tempat pembuangan sampah, namun masih sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayah sekolah. Petugas kebersihan/penjaga sekolah ada 2 orang yang juga bila dibandingkan dengan luas wilayah sekolah tidak sebanding, sehingga terkesan tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. Upaya promosi kesehatan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas terdekat ada beberapa dilakukan misalnya melalui program dokter cilik dan pembinaan UKS.

Hasil wawancara dengan petugas kebersihan diperoleh informasi bahwa siswa cenderung membuang sampah sembarangan dan bila ketahuan lalu ditegur mereka memungutnya dan membuang ke tempat sampah tetapi keesokan harinya bisa terulang kembali. Walaupun setiap hari diingatkan dan dinasehati, namun siswa tetap membuang sampah sembarangan, bahkan sering ditemukan sampah kertas dan bekas bungkus makanan di dalam laci meja. Hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa mereka membuang sampah sembarangan karena tempat sampah jauh dan malas membuangnya ke tempat sampah.

Hasil wawancara dengan guru diperleh informasi bahwa walaupun diberi sanksi dan hukuman namun tetap tidak memberi pengaruh yang berarti. Bahkan pemasangan slogan-slogan yang berisi anjuran untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampai sembarangan tidak memberi pengaruh berarti. Slogan-slogan yang ditempelkan atau digantung di lingkungan sekolah seolah tidak menarik minat siswa untuk memahaminya.
DSC_0178.JPG
Uraian latar belakang dan fenomena di lokasi penelitian dikaitkan dengan beberapa hasil penelitian yang relevan, menjadi alasan dilakukannya penelitian tentang “Efektifitas Metode Pendidikan Teman Sebaya terhadap Perilaku Membuang Sampah Sembarangan pada Siswa di MTs Negeri Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur.”

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!