Pendidikan Pesantren sebagai Alternatif persoalan mental generasi Bangsa ( Pesantren Education as an Alternative to the Mind Generation's mental problem)

in steemit •  7 years ago  (edited)

image

Beberapa tahun yang lalu ketika pasal 13 RUU Sisdiknas mengangkat kewajiban mengajarkan agama pada setiap anak didik muncullah
protes bergelombang dari berbagai kalangan.
Berbagai alasan dikemukakan dengan satu tujuan agar pasal tersebut tidak dicantumkan.

image

Gelombang protes dapat dimengerti apabila pasal tersebut mengandung pemaksaan menganjarkan agama tertentu kepada orang yang telah beragama.
Padahal pasal tersebut hanya menekankan pengajaran agama
pada pemeluknya sesuai agama masing-masing, Karena itu sangatlah layak. Tidak ada kemuskilan.

Muncul diskriminasi pendidikan agama dengan pendidikan umum pertama kali oleh penjajahan Belanda. Belanda memandang pendidikan yang berbasis pesantren (boarding school) sebagai ancaman kekuasaan penjajahan.

image

Kekawatiran Belanda adalah pesantren berbasis pada kekuatan masyarakat. Maksudnya adalah system pesantren memberdayakan peran masyarakat dalam membangun institusinya. Fleksibilitas dalam pembiayaan menjadikan pesantren dekat di hati masyarakat. Maka tidak mengherankan jika menghasilkan kader-kader militan. Pada gilirannya kader-kader tersebut menjadi pejuang mempertahankan kedaulatan bangsa dengan menentang penjajahan.

image

Diskriminatif atau pemisahan ruang gerak pendidikan agama dan pendidikan umum berjalan terus hingga zaman pemerintahan ORDE BARU dan bahkan hingga saat ini. Kita dapat lihat porsi pendidikan agama hanya dua jam mata pelajaran saja setiap pekannya. Minimnya alokasi waktu untuk pendidikan agama di sekolah formal menjadikan gagal dalam membentuk moral atau akhlakul karimah.

Pendidikan formal hanya mengedepankan pencapaian nilai kognitif saja. Lihat saja kasus UAN yang hanya mengakui tiga mata pelajaran sebagai standart kelulusan. Sedangkan moral, akhlak dan budi pekerti serta kecerdasan lainnya diabaikan, tidak difungsikan lagi. Sangat pantas jika hasil moral pendidikan formal adalah moral yang bobrok. Kenakalan, perkelahian, pembunuhan dan pemerkosaan menjadi tradisi di kalangan pelajar.

image

Kita dapat menyimak kasus anak SD yang memperkosa temannya, anak SD membunuh anak TK, anak SMA menculik dan membunuh temannya dan Tawuran antar Pelajar yg terjadi hampir tiap tahun serta kasus amoral lainnya.

Hasil pendidikan formal adalah tidak mampu menghasilkan kedewasaan dan kemandirian. Lihat saja penumpukan pengangguran sarjana. Lebih-lebih hasil pendidikan tingkat SLTP dan SLTA tidak memiliki intergritas kepribadian sama sekali. Lulusan pendidikan formal selalu menimbulkan masalah dalam pekerjaan.

Disamping itu pendidikan formal yang dikenalkan dan dibawa oleh penjajah Belanda tidak ramah lingkungan. Tidak mampu menampung aspirasi masyarakat. Cenderung memerlukan pembiayaan yang mahal. Akibatnya yang dapat menikmati hanya orang yang memiliki modal.
Bahkan sekarang berkembang model pendidikan formal dijadikan perusahaan bisnis.

Berpijak pada titik lemah tersebut selayaknya kita mendiskusikan ulang keunggulan sistem pendidikan pesantren.
Dari sejarah panjang pendidikan di Indonesia, sistem pesantren telah terbukti keuletan dan ketahanannya. Paling tidak kita menemukan kelebihannya adalah:

image
Pertama, sistem ini memberi nilai pendekatan individual sangat tinggi sehingga pengawasan moral peserta didik dapat diberlakukan selama 24 jam.

Kedua, para pengajarnya, kyai dan ustadz sebagai modelling. Mereka berperan sebagai contoh keteladanan dalam prilaku.

Ketiga, penerapan teori dalam praktek keseharian. Bahkan yang selalu diterapkan adalah konsep pendidikan learning by doing.

Keempat, pembiayaan sangat murah dan terjangkau.
Kelima, memiliki integritas, komotmen, kejujuran dan nilai-nilai perjuangan para insan pengelola pesantren keseluruhan.
Hal ini berakibat pada pembentukan karakteristik peserta didik.

Keberhasilan pesantren dalam membentuk kader layak dijadikan pertimbangan para orang tua dalam memilih pendidikan bagi putra-putrinya.
Karena pembentukan masyarakat Indonesia yang bermoral, beradab dan religius tidak bisa dengan Revolusi Mental ala rezim saat ini, tapi harus kembali ke pola pendidikan Agama dalam hal ini Pesantren / Pesantren terpadu sebagai alternatif untuk bangsa saat ini.

Sekian.

Salam persahabatan untuk para Komunitas Steemians Indonesia.

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

Please upvote and follow me
@zaini85

A few years ago when article 13 of the National Education Bill drew up the obligation to teach religion to every protégé
waves protest from various circles.
Various reasons are put forward with a single objective so that the article is not included.

A wave of protests can be understood if the article contains coercion of teaching a particular religion to a religious person.
Though the article only emphasizes the teaching of religion
in adherents according to their respective religions, therefore it is worth it. No homosexuality.

There was a discrimination of religious education with the first general education by Dutch colonialism. The Dutch viewed boarding school-based education as a threat of colonial rule. The Dutch concern is a pesantren based on the power of society. The point is that the pesantren system empowers the role of the community in establishing its institutions. Flexibility in financing makes pesantren close to the hearts of people. So it is not surprising to produce militant cadres. In turn these cadres become fighters to defend the nation's sovereignty by opposing colonialism.

The discriminatory or spatial separation of religious education and general education continued until the reign of ORDE NEW and even to this day. We can see the portion of religious education is only two hours of course each week. The lack of time allocation for religious education in formal schools has failed to shape morals or akhlakul karimah.

Formal education only emphasizes the achievement of cognitive values ​​only. Just look at the UAN case that only recognizes three subjects as the standard of graduation. While morals, morals and character and other intelligences are ignored, not functioned anymore. It is appropriate that the moral outcome of formal education is a dilapidated moral. Mischief, fights, murder and rape become a tradition among learners.

We can listen to the case of elementary school children who raped their friends, elementary children killing children kindergarten, high school kidnap and killing his friend and clash between students who happen almost every year and other immoral cases.

The result of formal education is not able to produce maturity and independence. Just look at the buildup of undergraduate unemployment. The more the results of junior and senior high school education have no personal integrity at all. Graduates of formal education always cause problems in the work.

Besides, the formal education introduced and brought by Dutch colonists is not environmentally friendly. Not able to accommodate people's aspirations. Tend to require expensive financing. As a result that can enjoy only people who have the capital.
Even now developed a formal education model as a business enterprise.

Based on the weak points, we should discuss the benefits of the pesantren education system.
From the long history of education in Indonesia, the pesantren system has proven its tenacity and resilience. At least we find the advantages are:

First, the system gives individual values ​​a very high approach so that the moral control of learners can be enforced for 24 hours.

Secondly, the teachers, kyai and ustadz as modeling. They serve as examples of exemplary behavior.

Third, the application of theory in daily practice. Even that is always applied is the concept of education learning by doing.

Fourth, financing is very cheap and affordable.
Fifth, has integrity, komotmen, honesty and values ​​of the struggle of the entire pesantren management personnel.
This results in the formation of the characteristics of learners.

The success of pesantren in forming cadres deserves the consideration of the parents in choosing education for their sons and daughters.
Because the formation of a moral, civilized and religious Indonesian society can not be with the regime's current Mental Revolution, it must return to the pattern of Religious education in this case integrated Pesantren / Pesantren as an alternative to the nation today.

That's it.

Friendship greetings to the Indonesian Steemians Community.

Thanks for visiting my blog.

Please upvote and follow me
@ zaini85

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Mantap ngon... posting yang sangat bermanfaat..

Mantap bg

Thank you for taking part in this months #culturevulture challenge. Good Luck.

ayo kita ngaji

keren teman,
membutuhkan usaha untuk menumbuhkan dan mendidik generasi muda yang lebih baik ke depannya.
semoga menjadi anak yang bertaqwa. amin