Ikan-ikan Engkol Kosong

Beberapa menit pascapostingan pertama #introduceyourself tayang, #ikanbilis, nama sebenarnya, langsung jatuh pingsan. Ia tak sanggup menahan tekanan darah, setelah menatap nanar angka dolar menanjak setinggi empat gandengan gunung Duo Serigala. Pendapatan yang akan diklaim tujuh hari ke depan itu, setara dengan perolehan tiga postingan @sweetsssj biasanya.

Belum selesai, sewaktu sadar #ikanbilis ternyata masih tak sanggup menahan haru, jiwanya yang lemah membuka pintu masuk bagi jin, lantas kemudian ia kesurupan, kemasukan arwah kriptokarensi. Mantra-mantra steem dirapal, #ikanbilis tersadar pulih, normal seperti sedia kala.

Kejadian diatas tentu saja bukan based on true story, hanya rakitanku saja. Kendati ada memang pendapatan yang melambung cepat, jelas hanya dirasakan oleh plankton luar sana, bukan plankton macam #ikanbilis, yang nyatanya benar ia membuka akun, tapi postingan perdana dan seterusnya cuma meraup nol koma nol nol.

Apa yang telah dimulai harus diteruskan. Kendati beternak angka nol, #ikanbilis tak berhenti di situ saja, setelah #introducemyself naik, ia menambah jam kerja dua kali lipat. Indra keenamnya difungsikan dengan luar biasa, mengikuti anjuran-anjuran temannya, "Kau aplot saja apa yang ada, apa saja, pastikan jangan kendor!"

Apa yang ia lihat, cium, dengar dan rasakan diolah dengan mumpuni. Melalui rahim gawainya yang di bawah standar, lahir karya-karya ‘epik’ di halaman akun steemitnya. Teman-temannya mengangkat salut, menyulut dalam rokok sebatang, merayakan, meski nol depan belum jua menetas.

Pada sebuah Selasa malam yang kurang nikmat. Sebab kopi yang kuminum tidak enak sama sekali, entah karena diracik oleh yang sedang patah hati, aku tidak tahu. #ikanbilis bertemu denganku di warung kopi baru itu. Kami sudah saling kenal, lalu bertukar nama akun, selebihnya aku menjadi pendengar dan memasang mode penjawab otomatis, “Oh begitu.”

Ikan-ikan, bukan #ikanbilis

Dari cerita #ikanbilis, dapat kusimpulkan, ia sudah berusaha semampunya memproduksi postingan berkala, tapi tak juga mendapat angka mengangkasa seperti yang tertera di paragraf pembuka. Ia punya hasrat jika sukses nanti, ingin mengembangbiakkan pemuda yang punya kebiasaan terbang dengan halusinasi, tersadar dan tahu diri. Ada pekerjaan yang lebih membuat ’fly’ lebih kerasa.

Pada titik ini, aku angkat salut. Jika saja aku punya isi dompet sebengkak VP @good-karma, tak segan-segan kuengkol seratus persen, aku geber-geber selalu postingan baru #ikanbilis. Bila perlu, kuundang paus-paus dan aktivis saveshark duduk semeja bikin rapat. Mengubah generasi ‘penerbang’ menjadi stemian sungguh ide brilian yang tak pernah dipikirkan oleh pendiri steemit sekalipun, setahuku.

Diam-diam, aku stalking itu akun punya si #ikanbilis. Benar ternyata, bertubi-tubi postingan diluncurkan, membuatku takjub dan sekalian alahai po teuh buru-buru ke dokter mata, pantesan tak ada yang geber. Pada tahap ini, agak sulit kujelaskan secara gamblang hal-hal yang… tahulah pokoknya tidak sedap benar. Menilai sesuatu yang ternyata tidak lebih baik dari karya sendiri, sangat kuhindari. Pasti akan blunder.

Begini saja, sudah banyak petuah-petuah yang dijelaskan para stemian perihal jalan sukses menuju sukses. Kok sukses dua kali ini paragraf, anjrit, ternyata tiga biji sudah. Alah, malas kuperbaiki biar saja. Jadi begitulah, jelas steemit bukan jalan tuyul cepat kaya, ia perlu dipelihara dengan kaidah-kaidah yang ditentukan dan proses panjang. Lanjut ke bawah.

Misalnya, memoles postingan yang punya nilai value. Kalau boleh kuanalogikan, begini, jika mengajak seseorang ke kebun, harus ada buah yang layak petik. Bukan malah memamerkan banyak pohon, tapi tak ada ‘sesuatu’ disana. Celakanya lagi, jikapun ada, buahnya tidak dapat dimakan a.k.a busuk. Jika kau ajak aku ke kebun seperti itu, jelas sudah aku pulang mengantongi kecewa.

Bagiku tak mengapa bagaimanapun bentuk postingan, yang penting bagiku lagi, entah bagi yang lain, cukup mengemas postingan dengan rapi, bukan asal-asalan. Misalnya penataan huruf, penggunaan semua huruf kapital pada judul, bagiku kurang bagus. Paragraf panjang tanpa titik koma yang jelas, bikin lelah. Paling mengesalkan adalah banyak kata yang salah a.k.a typo. Dan berbagai macam lainnya yang nampak sekali tak peduli sama ejaan yang disempurnakan. Salah satu dua biasa. Yang jangan hancur betul, banyak #ikanbilis seperti itu.

Sampai disini, begitulah apa yang perlu kusampaikan, tak kau pedulikan juga tak mengapa, lagipula engkolan vote punyaku sekedar keluar angin. Bagaimanapun kerapian itu perlu, seperlu saat tampil necis menjumpai calon…, lage apam, malas sangat kutulis kata ini, mantan (siapa tahu nanti putus). Selebihnya ya itu tadi, jangan kendor kawan! Suatu kali pasti ada yang akan geber, entah ikan jenis apa itu. Kalau belum, posting lagi dan lagi.

Salam #ikanbilis