Dari kedua buku puisi ini, "Sejumlah Perkutut buat Bapak" dan "Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya" --sebut saja PyMSP, saya lebih menyukai yang disebut ke-2. Keduanya menyuguhkan sesuatu yang berbeda, walau dengan ciri khas Mas Chindil --demikian almarhum Gunawan Maryanto biasa disapa, dengan daya ucap yang efisien dan memberikan efek renung. Sebetulnya yang pertama pun bagus, menyuguhkan 'ciri mathi' burung perkutut yang menjadi kegemaran bapaknya. Pembaca dibawa meresapi makna dan membayangkan bagaimana burung perkutut --yang bagi bukan pecinta burung tentu tidak ada bedanya-- itu membawa peruntungannya masing-masing. Namun buku PyMSP terasa humanis dan mengena di hati. Barangkali soal selera. Barangkali juga karena di buku pertama, istilah Jawa soal perkutut itu kurang menggugah saya. Keduanya buku terbitan lama, lagi-lagi saya baru punya kesempatan membacanya saat ini. Keduanya juga baru saya baca dalam terbitan ulang. Setelah terbitan pertama dicetak oleh Omahsore dan mendapat Anugerah Sastra Khatulistiwa (2010), SPbB diterbitkan ulang Diva Press, sedangkan PyMSP diterbitkan ulang Basabasi. Beberapa puisi dalam PyMSP pernah mendapat penghargaan pula, salah satunya Anugerah Pena Kencana.
Saya unggah salah satu puisi favorit di buku berjudul Angin (bisa dilihat di foto). Saya kutipkan pula satu paragraf favorit dari puisi lain berjudul Cinta yang Mencurigakan: "segala hal meninggalkan tempatnya, pelan-pelan. kesetiaan/ aku mengejanya lagi, mencari-cari lawan atau padanan./ ketemu kamu ----yang terus-menerus berlangsung/ di kejauhan. menarikan sepi yang tak sepenuhnya kupahami,/ di balik garis hujan//"
Lho, jadi favoritnya dua ya? Iya, tapi tetap dari salah satu dari kedua buku. Lagipula bukankah hidup itu pilihan? Jika di depan kita tersuguh dua, lalu kita harus memilih satu, tentu akan ada kecenderungan sesuai hati. Lagi-lagi soal hati, mana bisa dipaksa, sekalipun berusaha tetap objektif menilai dengan perangkat berbagai teori.
Soal kamu lebih suka aku atau dia, itu juga persoalan lain. Teorinya panjang. #eh