Menulis Bukan Bakat, Tapi…

in steempress •  6 years ago  (edited)


[Bersama Ketua Dewan Pers Indonesia, Stanley Adi Prasetyo | Foto Chaideer M]

“Saya tak punya bakat menulis.” begitu kalimat kerap ku dengar saat bertemu beberapa kawan, para aktivis, pegawai, mahasiswa dan siswa, dalam berbagai kesempatan. Paling sering, ketika mengajar penulisan kepada mereka. Bahkan kalimat nyaris sama, disampaikan anakku sendiri saat memintanya menulis.

Menghadapi pernyataan seperti itu, aku santai saja, sudah sering. Gampang kuyakinkan mereka, bahwa keahlian menulis itu bukan bakat, tapi ketrampilan yang didapat dari latihan-latihan dan rajin membaca.

Bakat disebut sebagai kemampuan dasar seseorang yang dimilikinya sejak lahir. Dia mampu belajar cepat dari orang lain dengan hasil yang bagus, ini potensi bawaan yang dimiliki misalnya oleh pemain musik, pelukis maupun pemain bola. Tak heran, banyak pelatih hebat mampu membaca para pemain bola berbakat sejak awal dan merekrutnya. Latihan hanya mengasah bakat itu.

Sementara ketrampilan adalah kemampuan yang diperoleh lewat latihan maupun kerja keras berulang-ulang. Meraihnya harus dengan aktivitas lainnya seperti belajar kepada guru, alam, membaca maupun meniru mereka yang telah mahir.

belajar_Prof Janet.jpg [Belajar bersama Prof Janet Steele dari George Washington University | Foto: Dok AJI Banda Aceh]

Karena menulis adalah ketrampilan, maka tak ada alasan siapapun untuk berdalih mereka tak berbakat seperti kata para pemalas. Aku mengalami dan menjalaninya sendiri, menjadi jurnalis ataupun penulis lebih dari 15 tahun lamanya. Mutlak untuk menjadi penulis harus kerja keras dan terus belajar seperti kata orang bijak; keberhasilan berasal dari 99 persen kerja keras dan satu persen bakat.

Sejatinya menulis bisa dilakukan siapa saja, tanpa batas pekerjaan dan profesi. Menguasai ketrampilan menulis punya nilai lebih dengan apapun latar anda. Misalnya pegawai negeri maupun swasta yang bisa menulis, akan mendapat apresisasi besar dari pimpinan karena karyanya. Pangkat dan jabatan mudah saja didapat.

Profesi anda dokter tapi jagoan menulis, maka ilmu yang anda punya bisa dengan mudah disampaikan kepada masyarakat agar mengerti tentang penyakit misalnya. Bahasa kedokteran yang tak dipahami semua orang, dapat dengan mudah dicari padanannya untuk kemudian dimengerti semua orang. Begitu juga dengan perawat, insiyur, pedagang bahkan atlet sekalipun.

bersama_acara Kontras.jpg [Berbagi pengalaman dalam acara KontraS Aceh | Dok. KontraS]

Penulis juga profesi sejak lama. Para penulis kitab-kitab kuno di Indonesia dan belahan dunia lainnya telah meninggalkan pelajaran, bahwa karya mereka tak pernah mati setelah ratusan tahun. Sebut saja misalnya Mpu Tantular pengarang Kitab Sutasoma masa Kerajaan Majapahit. Di Aceh ada Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar Raniry. Di level internasional ada Plato, Aristoteles maupun bapak kedokteran Ibnu Sina.

Menulis tak terikat waktu, tapi perlu ide-ide yang didapat dari rajin membaca dan belajar pada guru maupun lingkungan sekitar. Punya ketrampilan menulis, maka tak perlu khawatir. Orang bisa hidup layak hanya dengan itu, misalnya menjadi jurnalis, penulis buku dan penulis artikel lainnya. Wadahnya sudah banyak, ribuan media massa dan media sosial telah memberikan imbalan bagi penulis, blog dan steemit misalnya.

Hakikatnya, semua kita adalah penulis handal hanya tak sadar atau terlalu cepat menyerah. Pahadal semuanya bisa diraih dengan belajar dan berlatih. Maka, jangan kudengar lagi para blogger dan steemians mengeluh, “saya tak berbakat menulis.” []

@abuarkan



Posted from my blog with SteemPress : http://adiwarsidi.com/menulis-bukan-bakat-tapi/

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

saya sendiri tidak ada basic dalam menulis.. walaupun sudah sedikit terlambat... namun saya selalu belajar untuk dapat menulis dengan baik dan benar.. semenjak bergabung di steemit loen galak teumuleh dan membca2 artikel orang lain yang dibagikan melalui media ini.. dalam hal ini,,, saya tidak pernah menyerah untuk sellau belajar dan bergaul dengan orang2 pandai menulis..he he he...pajan2 meuseu na watee neu pkat loen jep kui sembari loen meureuno hal2 yang gohlom meuphom,, tentunya berkaitan tentanng menulis sebuah artikel atau hal lainnya,,,he he.. saleum

Siap bang, pajan2 pasti meureupek. Yg penting terus mencoba dan berkarya. Thanks bang sudah berkunjung

Kalimat terakhir nyan payah pakai tanda seru sang bang 😉

Menulis bukan bakat, tapi... Kemauan.

Menulis bukanlah sebuah Hobi, tapi butuh lebih dari sekedar menggerakkan Tangan dengan seribu Ilustrasi, Tulisan yang sangat Mengarah, semoga lebih banyak para pemula dan Juga Steemian lainnya memahami isi dari Tulisan ini, sukses selalu @abuarkan

Mungkin kendala terbesar saya dalam menulis adalah memulai kalimat pertama. Selanjutnya pada saat hendak mengakhirinya. Ketika mau mengakhiri sebuah tulisan, seolah ada rasa yang belum lengkap sempurna dituangkan dalam tulosan tersebut. Kira-kira apa trik untuk mengatasinya bang adi @abuarkan ?

Mulailah dengan deskripsi atau ambillah sebuah kutipan yg kuat sebagai pembuka. Selemah-lemahnya iman, mulailah dengan kalimat "Pada suatu hari... bla... bla."
Soal penutup tulisan hampir sama dengan pembuka. Jika jg masih susah, maka tinggalkan dulu kalimat pembuka, tuliskan itu setelah membuat paragraf tengah dan lainnya. Saran saya sering2 baca novel.

Makasih bang masukannya. Harus perbanyak belajar dan berlatih terus

YOU JUST GOT UPVOTED

Congratulations,
you just received a 29.91% upvote from @steemhq - Community Bot!

Wanna join and receive free upvotes yourself?
Vote for steemhq.witness on Steemit or directly on SteemConnect and join the Community Witness.

This service was brought to you by SteemHQ.com