Pagi itu begitu dingin setelah semalam hujan lebat mengguyur kotaku. Langkahku hanya untuk menghadiri resepsi pernikahan salah seorang kawan yang sekantor. Aku memang tahu dianya anak sastra, ya Bahasa Indonesia.
Sang mempelai lelaki yang sempat menamatkan study di Universitas yang terletak di Banda Aceh dan sang pengantin perempuan yang beralamat di Sabang. Entah di mana mereka bertemu sehingga bahtera rumah tangga ini sampai ke pelaminan, mana pula saya berani bertanya hingga ke arah itu.
Satu persatu kawan seprofesi datang silih berganti. Yang mengagetkanku ketika kutolehkan muka dan terlihat sosok yang tak asing. Perawakan kecil dan tampak masih awet seperti 10 tahun silam ketika kutinggalkan kampus dengan almamater yang sama dengan sang manten namun hanya berbeda leting. Rambutnya pun masih seperti dulu, hanya kumis tipis yang melekat pada lelaki yang sekarang sudah memiliki dua gerasi penerus berjenis kelaminkan sama dengan bapaknya. Wajahnya yang awet itu masih sangat mudah kutandai. Namun yang membuat aku sedikit kaget adalah tempat acara pesta yang begitu jauh, tentu tidak menyangka melihatnya di sini di kabupatenku.
Hanya sekedar bertegur sapa dan tak banyak yang terbahas karena memang dari dulu sifatnya cool. Tapi kami merasa senang bisa bertemu lagi setelah lama tak bersua. Jika bukan ada sang generasi penerus bersama sang istrinya yang sangat setia mendampingi lelaki cool itu sudah kutarik dia ke pusat kota untuk sekedar menikmati kopi pancung.
Hari itu jadwal padat dengan bermacam agenda bertamu, setelah kami menghadiri pesta itu kami juga harus mengahadiri rumah duka salah seorang kawan seprofesi juga, berpamitan pada sang empunya rumah, lalu kuputuskan untuk berpamitan jua pada sahabat yang dulu pernah sebantal di Walubi (markas BEM kala itu). Tanpa lupa mengabadikan moment meski hanya mengandalkan android merek eng-ong. Untuk jaga-jaga siapa tahu kami menjadi DPO nanti. Kan bisa dengan mudah melacaknya.
Sampai jumpa Pak Decky Resakota lain waktu, dalam waktu yang melompong lebar. Sehingga bisa kita celupkan kisah demi kisah dalam kopi sebagai pengganti gula. Begitulah ketika tuhan ingin mempertemukan tanpa perlu jadwal dan tempat yang telah disepakati.
Kepada Tgk. Linto Baro & Dara Baro (Azrul) semoga cepat-cepat memiliki generasi penerus, bek brei.
Salam hormat saya: @jubagarang
Posted from my blog with SteemPress : http://jubagarang.epizy.com/wp/2018/10/07/pertemuan/