Melawan Pandemi Virus Corona

in steempress •  4 years ago 

Melawan Pandemi Virus Corona


Berpikiran positif mampu membuat imun kita jadi kuat untuk melawan virus. Jadi saat ramai pemberitaan virus corona yang penderitanya kian hari kian meningkat janganlah terlalu cemas apalagi ketakutan. Untuk menghadapi virus ini, kita harus selalu berpikiran positif. Setidaknya itu keterangan dari dokter spesialis kejiwaan Dr. Andri, Sp.KJ, FACLP yang sekaligus juga Kompasianer.

Dokter Andri, foto diambil dari akun Twitter pribadinya. Melalui kicauannya, dokter Andri selalu mengajak kita tetap berpikir positif dan menyaring berita supaya terhindar dari aura negatif

Emang sih ya dalam kondisi serba simpang siur seperti sekarang ini otomatis rasa cemas dan takut itu hinggap dengan sendirinya. Padahal, rasa ketakutan itu sendiri yang ternyata bisa menyebabkan daya tahan tubuh menurun, dan itu justru membuat orang jadi mudah terinfeksi virus.

Meski sulit, berpikirlah positif. Berprasangka baik, alias husnudhon sebagaimana dianjurkan Rasullullah yang diriwayatkan dari Sahabat Umar bin Khattab bahwa Rasulullah SAW bersabda,

وَلَا تَظُنَّنَّ بِكَلِمةٍ خَرَجَتْ مِنْ أَخِيكَ المُسْلِم إِلَّا خَيْرًا

“Sungguh, janganlah kamu menyangka terhadap kalimat yang keluar dari saudaramu sesama muslim kecuali dengan prasangka yang baik.”

Supaya rasa takut semakin berkurang, kurangilah nonton berita terkait Covid-19. Cukup pantau informasi update dari WHO dan atau website resmi pemerintah. Itu dilakukan untuk menghindarkan kita dari berita hoax yang akan membuat diri semakin cemas.

Renungkan semua peristiwa ini sebagai introspeksi. Pejamkan mata, tarik nafas, atur posisi diri senyaman mungkin. Lakukan itu dengan pikiran yang lepas. Jangan dulu mikirin bagaimana usaha, bagaimana pekerjaan rumah, apalagi tentang ancaman virus corona, jauh-jauh singkirkan dulu semua itu selama kita merenung. Disarankan melakukan semaksimal mungkin. Saya sendiri biasanya melakukannya setelah ibadah lima waktu.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat Ayat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Mengurangi kecemasan dalam diri bisa juga dengan mengingat kenangan indah dan menyenangkan sepanjang hidup. Daripada mikirin yang negatif bikin kita cemas sendiri, mending membayangkan kenangan indah. Bantu diri sendiri untuk menggali hal positif dan membahagiakan.

Gak bisa menemukan kenangan indah? Segera ciptakan! Coba berbuat baik meski dalam hal kecil. Berbagi dengan yang membutuhkan di sekitar, menyumbang yang kena musibah, atau berdonasi secara online untuk membantu sesama. Atau yang teramat sederhana yaitu dengan berbaik sangka dan menghilangkan kedengkian kepada sesama. Seperti mudah tapi ini justru teramat sulit ya. Penyakit hati ini justru susah diagnosanya, hehehe... Padahal dalam Alquran disebutkan bahwa tidak selayaknya suatu golongan mencela golongan yang lain karena bisa jadi golongan yang dicela itu lebih baik daripada golongan yang mencela atau yang menghina (QS. Al Hujuraat:11).


Pikiran positif juga bisa ditingkatkan dengan berpikir bahwa kita sebenarnya masih memiliki tempat untuk bernaung, yakni keluarga di rumah. Saat cemas, pikirkan betapa bahagianya kita memiliki keluarga yang selalu ada di saat kondisi kita susah maupun senang. Jalinan komunikasi dengan keluarga maupun teman dekat melalui media sosial maupun telepon dipercaya bisa lebih memenangkan pikiran. Curhat terbatas kali ya, karena sebaik-baik curhat hanya kepada Yang Maha Mencipta.

Kita bisa menceritakan kecemasan yang kita rasakan kepada orang terpercaya. Dengan berbagi cerita biasanya hati akan plong dan itu bisa mengurangi beban cemas yang terasa.

Jika pikiran sudah bersih, coba perkuat daya tahan tubuh dengan menjalankan pola hidup sehat. Tidak usah beli suplemen yang mahal, atau bela-belain beli alat olahraga yang harganya lumayan, lakukan dengan yang gratisan saja lebih dahulu, yaitu dengan mendapatkan sinar matahari.

Ya, banyak yang merasa malas untuk berjemur. Padahal, sinar matahari saat ini justru sangat dibutuhkan manakala wabah virus corona sedang ganas-ganasnya.

Get The Sun. Mari berjemur di bawah sinar matahari yang notabene gratis dari Allah SWT. Setidaknya berjemur sangat dianjurkan dr. Vinci Edy Wibowo, dokter Spesialis Paru yang saat ini sedang mengisolasi diri karena ia terpapar dari corona.


Dokter Vinci, spesialis paru yang terpapar covid-19 dari pasien-pasiennya. Kurang tidur dan kurang kena sinar matahari bisa menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.

Dokter Vinci yang sudah merawat dua orang positif corona menganjurkan agar berjemur guna meningkatkan kekebalan tubuh. Melalui wawancara di televisi, juga rekaman video di sosial medianya, dokter Vinci juga menghimbau supaya istirahat kita cukup, 6-8 jam per hari. Selain menjalankan pola hidup sehat lainnya tentunya.

Sebagai umat ciptaan Nya, seyogyanya kita meyakini segala sesuatu sudah berdasarkan takdir. Sebagai manusia kita hanya berikhtiar, hasilnya mari kita serahkan kepada Nya. Wallahualam.








Screenshot dari video dokter Vinci melalui akun media sosialnya.


Posted from my blog with SteemPress : http://tehokti.com/melawan-pandemi-virus-corona.html

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  



HIVE IS ALIVE!!!

JOIN US, YOU'LL HAVE EXACTLY THE SAME BALANCE AS YOU HAVE HERE ON STEEM WITHOUT THE CENTRALIZATION AND CENSORSHIP!!

https://hive.blog