Antara Hujan, Kopi dan Steemit

Hujanpun turun membasahi kota takengon, keberkahan pun tiba dengan suara rintikan hujan yang jatuh. Suasana hening pun berubah menjadi suasana romantis.

Kenapa tidak, tempat ini adalah tempat yang paling sering kami kunjungi, duduk santai berdua, bercerita, ngobrol, tertawa lepas.

Tempat yang nyaman untuk melewati malam sambil menikmati minum kopi dan menu yang di sajikan. Malam ini saya tidak bisa minum kopi hanya mencium aroma kopi sanger yang di seduh oleh empunya.

Suasana romantispun tiba, kami duduk berhadapan tapi masing-masing dari kami menikmati suasana masing-masing. Yang satu megang hp dan satu lagi melihat laptop.

Indahnya masing-masing dari kami focus untuk menarikan jari jemari kami untuk mengolah kosakata dan merangkai kata. Hoby menulis pun mulai tumbuh dan menjadi sebuah kebiasaan kami.

Menulis isi dari pikiran kami yang selalu di tampung dan di tempat yang aman di @steemit lah tempat kami merangkai kata, dan menjalin silaturrahmi dan memperbanyak teman dan saudara.

Banyak yang kami dapat dari @steemit. Ilmu baru. Teman baru. Juga komunitas baru. Tidak bosan-bosan untuk selalu melihat trend baru di steemit.

Tadi hujan turun cukup deras. Tapi dengan durasi tidak lama. Itu juga sudah cukup mengurangi derajat suhu di Takengon.

Tadi suami @gaiobasecamp bilang seperti kurang focus selama perjalanan. Rupanya kurang ngopi. Jadilah itu alasan untuk mampir di cafe ini.

Dingin. Hujan. Memang cocok nulis di @steemit sambil minum kopi arabika.

Sesekali pingin juga mampir tempat bg @winruhdikopi. Ngopi sambil belajar steemit. Siapa tau nanti kami masuk di tulisan abang tu.

Tapi judulnya nanti jangan ada kata-kata "seram" ya bg @winruhdikopi. Hehehe...

Segitu dulu cerita kami ya. Nanti kalo ngopi atau ng-teh pasti datang lagi inspirasi untuk kembali merangkai kata-kata.

Jangan lupa ngopinya...

Takengon, 9 April 2018