Jalani Hobimu Sepenuh Hati, Sebelum Tiba Saatnya Pensiun Dini

in story •  7 years ago 
Kita memang tidak bisa melawan waktu. Sekeras apapun diri kita bertahan, waktu akan menggerusnya. Perlahan namun pasti, kita pun harus siap menerima kenyataan lain dalam hidup ini, termasuk saat kita harus rela meninggalkan hobi yang begitu kita cintai.

IMG_1048.JPG

Saya sendiri setidaknya memiliki dua hobi yang sudah tak pernah saya geluti lagi, yaitu bersepeda dan naik gunung. Dulunya, kedua hobi ini adalah candu. Saya selalu punya agenda khusus untuk menekuninya.

Namun saat ini, saya harus berbesar hati karena hobi tersebut tak bisa saya lakukan lagi. Kondisi saya sekarang telah membuat segalanya tampak begitu sulit. Ada banyak hal yang harus saya prioritaskan. Maka mau tidak mau, saya pun harus merelakan untuk meninggalkan kedua hobi tersebut.

Pensiun Dini dari Dunia Pendakian

1452251_702646863079105_740258445_n.jpg
Saya mulai jatuh cinta pada dunia pendakian mulai tahun 2014, saat saya tinggal di Jakarta. Saya ingat betul hari pertama kali mendaki. Ketika itu gunung pertama yang saya tapaki adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah. Semua terasa berat. Baru beberapa ratus meter mendaki, tubuh saya sudah terasa lelah.

1499655_702647956412329_720986675_n.jpg
Tapi begitulah, semakin lama saya semakin menikmati pendakian itu. Apalagi saat saya sampai di puncak gunung. Saya tak kuasa menahan takjub saat berdiri di atas gumpalan awan. Ada kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Hingga saat itu, saya pun kian candu dengan dunia pendakian. Saya pun mulai bergabung dengan komunitas pendakian. Ikut nge-trip bersama mereka.

Lalu, saat harus kembali ke Aceh. Hobi yang satu inipun haru saya tinggalkan. Sebab dunia pendakian di Aceh tak semudah di Pulau Jawa. Belum lagi akses yang sulit. Lagi pula, saat ini saya terikat dengan pekerjaan sehingga tidak bisa sesuka hatinya untuk pergi mendaki.

Apa boleh buat, saya pun akhirnya pensiun dini. Semua peralatan pendakian kini menjadi artefak, menjadi saksi dari sepotong episode yang paling mengesankan dalam hidup saya.

Mengayuh untuk yang Terakhir kalinya.

IMG_20160214_091815_AO_HDR.jpg
Setelah pensiun dari dunia pendakian, saya pun mencari hobi baru yaitu bersepeda. Saya membeli sebuah sepeda baru. Setiap akhir pekan saya selalu gowes. Mulai dari jarak yang dekat sampai yang lumayan jauh.

Sama seperti mendaki, perlahan saya pun mulai jatuh hati dengan hobi yang satu ini. Saya pun tidak peduli apakah harus bersepeda sendiri ataupun bersama teman. Karena bagi saya keduanya sama saja, yang penting saya bisa memuaskan dahaga batin saya terhadap hobi ini.

Namun, setelah saya menikah. Hobi ini pun dengan berat hati harus saya tinggalkan. Sebab setiap akhir pekan, yang merupakan jadwal bersepeda, telah menjadi waktu khusus bersama istri. Apalagi saat ini saya telah memiliki anak, maka praktis hobi ini kian sulit saya geluti lagi.
IMG_20160116_181111_AO_HDR.jpg

Begitulah, seiring berjalannya waktu. Hobi-hobi tersebut akhirnya hanya tinggal kenangan. Cerita nostalgianya hanya terekam dalam lembar-lembar foto.
Apakah saya menyesal? Jawabanya adalah tidak.

Karena sedari awal saya sadar betul. Bahwa cepat atau lambat masa seperti ini akan tiba juga. Saya justru bersyukur karena sepotong episode hidup saya, telah saya jalani dengan sepenuh hati. Saya isi dengan hal-hal yang begitu saya cintai.

Jadi, meskipun hal tersebut kini hanya tinggal kenangan. Perasaan bahagianya tetap membekas.
Pengalaman ini pun akhirnya menjadi pelajaran bagi saya. Bahwa setiap kesempatan hidup memang harus kita manfaatkan sebaikmungkin. Lakukanlah hal-hal besar dalam hidup kita, sesuatu yang membuat kita bergiarah menjalani hidup.

Sebab kita tidak pernah tahu apa yang terjadi ke depannya. Waktu itu sangat misterius. Ada saja cerita yang tak bisa kita tebak.

Maka jalanilah setiap episode hidup ini dengan sepenuh hati. Sebab, jika suatu saat nanti kita harus meninggalkan semua hal yang kita cintai, maka kita tidak terlalu kecewa dengan waktu yang telah berlalu.

Setidaknya, kita masih bisa mengatakan:

“Aku pernah melakukan itu, sepotong cerita yang membuatku sangat bahagia.”

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hobi yang memicu adrenalin.

Bawa pulang untuk kami sepucuk bunga abadi.

Tak boleh dipetik itu bang :)

Pingin rasanya bisa menuntaskan niat untuk ke gn, rinjani.... Semoga kesampaian... Sukses sll steemian

Aamiin, pendaki memang belum lengkap kalau belum sampai Rinjani :D

Manfaatkan masa muda mu

benar, sebelum menyesal di hari tua

Ah Pak Cik jangan pensiun dulu, aku belum pernah kau ajak mendaki.

Ah itu yang belum kesampaian. Mendaki sama pak Redaktur :D

Haha ajak lah pendaki pemula seperti saya sesekali 😁

Nasihat orang tua memang harus didengarkan. Baik abah, terima kasih nasihatnya.

Bagus, sini salim! *sodorin tangan

Buat Family Forum, rencanakan visi misi keluarga. Apalagi yang berpendapat masih satu orang. Risma, sementara Haruna belum suka protes. Hehehe...siapa tau Risma pun suka kedua hobi di atas, jadi bisa disiasati kapan kalian akan mendaki bertiga, kapan akan memulai gowes bersama.

Kak Aini kenal satu keluarga, suami istri sekarang punya anak 4 orang. Mereka gemar bertualang, hiking, touring. Anak2 sebahagian homeschooling, sih. Beliau ada di Banda Aceh ini, suka kalau lihat keluarga mereka...

Kalau kami kebetulan visi misi bukan ke arah sana, walau outdoor activity tentunya perlu untuk keluarga ya...

Semangaat Abah Haruna!

Oh ya juga kak, nanti kalau haruna sudah bisa makan es krim, kami akan berdiskusi :D
Sebenarnya, kami sudah punya visi, mau bertualang, naik gunung, tapi kondisi sekarang memang belum memungkinkan.
Seperti kata Dilan, enggak tahu kalau "sore" nanti :D

Hadeeh dilan lagi ahahaha