Cerita Ku tentang kisah ini, sepenuh nya Aku bukan manusia yang bisa berdiri sendiri terkadang Aku lemah, tapi Aku terlalu keras untuk mengakui kelemahan Ku. Aku selalu tenggelam dalam pikiran Ku sendiri dan menyimpulkan hasil Ku sendiri tanpa mempedulikan yang lain. Aku mencoba keluar dari kisah gelap ini, bukan keinginan aku untuk menjadi manusia dingin, sedari kecil lingkungan yang membuat Aku seperti ini.
Aku mencoba merubah tapi amarah ini selalu mengikuti. Sepenuh nya Aku tidak menyukai keramaian bahkan berinteraksi terlalu lama membuat Ku gerah.
Hujan itu turun disertai kilatan menerangi langit yang di selimuti awan hitam. Hujan meninggalkan tempias jejak yang membasahi kaca ruangan, butiran hujan berlomba-lomba turun meninggalkan kaca. Sesekali Aku melirik keluar kaca berharap hujan reda, di temani secangkir Coffe latte bergambarkan dua burung angsa saling berdekapan. Aku tersenyum sinis. Mengapa burung angsa begitu romantis nya ?
Aroma berbagai macam rasa kopi mengelilingi pikiran ku. membuat Aku merasa nyaman untuk tetap bertahan di dalam ruangan kaca bertembokan bata telanjang yang sangat minimalis.
Kulirik kembali keluar. Dia melambaikan tangan tersenyum dengan rambut nya yang terlihat basah.
Aku membalas senyum dan melihat dia melangkah masuk kedalam cafe.
“cuaca diluar sangat tidak bersahabat” Dia mengeringkan rambutnya dengan tisu yang tersedia
“Kau memaksa untuk pergi sendiri”
Dia tersenyum sembari menepuk-nepuk baju nya yang sedikit basah. Di tariknya kursi kayu di hadapan Ku dan mengambil posisi duduk wajah nya terlihat lembab terkena air hujan
“Espresso nya sudah dingin, mau di pesan ulang ?” tanya ku
Elsa menggelengkan kepalanya “tubuh Ku sedang tidak kedinginan” Elsa menyeruput seteguk espresso pahitnya
“Kau tidak mau memisahkan kedua angsa itu ?” Elsa melirik cangkir latte Ku yang belum tersentuh sedikit pun
“Aku berhasil menghidar dari kesulitan hari ini. Ketika Aku melihat angsa ini Aku berfikir sepertinya mereka tidak mengalami hari yang sulit sedikit pun”
“karna mereka memiliki team work yang solid” Elsa tersenyum
Aku tersenyum getir, memikirkan pekerjaan ku yang selalu selesai dengan baik tanpa perlu team work yang solid.
“Aku bekerja keras untuk menyelesaikanya sendiri”
“tapi Kau kesunyian Rio. sekuat apa pun kau bertahan kau akan tetap merasa sunyi” hardiknya “kenapa kau menyukai latte ?”
Aku berfikir sejenak menatap kopi latte “karna rasanya yang padu terasa manis “
“kenapa Kau tak menerapkan di kehidupan Mu, memadukan semua nya sampai Kau mendapatkan manis yang kau ingin kan “
Elsa selalu menasehati ku akan dunia ini. tidak ada manusia yang dapat berdiri sendiri sekuat apa pun dia, tidak ada manusia tanpa amarah yang dapat dia reda kan sendiri, dan tidak ada manusia yang tidak dapat di ajak kompromi dalam keadaan apa pun.
“Aku sudah mencoba, sejauh ini banyak perubahan yang Aku alami” sejujur nya itu sangat membuat ku malas untuk keluar dari zona aman
Elsa menganggukan kepala nya, menyeruput kembali kopi nya. “setidak nya Kau dapat berbicara lama dengan ku”
Aku tersenyum. hanya Elsa yang dapat membuat ku merasa nyaman dengan hilur pikuk kehidupan ini, yang tidak merasa risih dengan kekerasan Ku. Ku tatap kembali secangkir latte. mengaduk permukaan atas cofe menyatu kan mereka sampai kepermukaan dasar, ku seruput seteguk demi seteguk menikmati setiap rasa yang menguasi indra perasa membuat semua sistem saraf yang menegang menjadi lebih longgar, menimbulkan ketenangan jiwa.
“Kau tau angsa itu sangat kolektif, mereka tidak bisa sendiri menyelesaikan setiap masalah, mereka butuh kelompok untuk saling bekerja sama. Dan kau tau cinta mereka kuat, tidak pernah ego dalam bersikap”
“setidak nya Aku sudah mengalami perubahan dalam bersikap”
“ya, ego Kau mulai berkurang” Elsa meneguk habis espresso nya
Hujan kali ini sangat awet tidak menampkan keredahan dengan kilat yang saling menyahut, sepasang sahabat selalu duduk berdua menghabis kan waktu senja nya sekedar untuk berdiskusi dengan secangkir kopi.