Banda Aceh, ibu kota Banda Aceh diyakini sudah berusia 840 tahun. Namun tak banyak literatur yang menjelaskan tentang kapan pertama kali nama Bandar Aceh Darussalam sebagai cikal bakal nama Kota Banda Aceh itu digunakan.
Tulisan ini mencoba mencari beberapa referensi tentang itu. Salah satunya adalah dari tulisan Prof Dr Teuku Iskandar, yang disampaikan dalam seminar hari jadi Kota Banda Aceh, 26-28 Maret 1988. Saat itu Prof Dr Teuku Iskandar merupakan pensyarah pada Universuty Brunei Darussalam.
Prof Dr Teuku Iskandar
Sumber yang digunakan oleh Prof Dr Teuku Iskandar terdiri dari: naskah pada India Office Library London, yang dulu dipunyai RT Farquhar bekas Letnan Gubernur Pulau Pinang. Farquhar menerima naskah ini dari sahabatnya WE Philips, yang juga pernah menjadi pejabat Pulau Pinang pada 1805 hingga 1824. Naskah ini telah diterbitkan dalam bentuk faccimile di Leiden oleh GWJ Drewes dan P Voorhoevoe (1958) dengan judul "Adat Aceh".
Prof Dr Teuku Iskandar menjelaskan, naskah “Adat Aceh” ini terdiri dari: pertama, fasal pada menyatakan umur dunia (hal 3). Kedua, Mabain as-Salatin atau Majelis Raja-raja (hal 4 - 27). Ketiga, Silsilah Raja-raja Aceh: terdiri dari 35 nama Sultan Aceh dengan tidak memakai tahun naik takhta atau mangkat atau turun takhta (hal 28 - 30). Keempat, Silsilah Raja-raja Aceh dengan tahun naik takhta, mangkat atau turun takhta mulai 601-1230 H. (hal 31 - 48). Kelima, Adat Majelis Raja-raja (hal 48 - 117).
Keenam, Majelis pada bandar Negeri Aceh (hal 117 - 1760). Ketujuh, Silsilah Raja-raja yang dimulai dengan:
“Fasal: Pada Hijrah Nabi Muhammad SAW enam ratus tahu pada sehari bulan Ramadhan Yaumal Jum'at ba'da salawat Sultan Johan Syah datang dari atas angin, yang mengislamkan negeri Aceh Darus-Salam, yang beristerikan anak Balu dari, duduk di Kandang Aceh, beranak seorang laki-laki di namainya Sultan Ahmad. Dan adalah umur anak baginda itu kira-kira tiga puluh dua tahun, maka bagindapun mati pada saat 631 (enam ratus tiga puluh satu tahun), pada sehari bulan Rajab Yaum Al Khamis. Maka adalah baginda itu dalam tahta kerajaan tiga puluh tahun sebelas bulan dua puluh enam hari. Maka pada hari itu juga kerajaan anak baginda itu Sultan Ahmad. Maka bergelar Paduka Seri Sultan Ri'ayat Syah. Dan adalah baginda itu dalam takhta kerajaan tiga puluh empat tahun dua bulan sepuluh hari maka baginda itupun mati pada saat 665empat hari bulan Sya’ban Yaum al-isnin, Maka kerajaan anak baginda itu, baharu setahun. Pada hari itu juga bergelar Sultan Mahmudsyan. Dan adalah baginda itu dalam tahta kerajaan empat puluh tiga tahun. Maka baginda itu memindah dan Kandang Aceh, diperusah kota dalam yang bernama Darud-Dunia. Maka baginda itu pun mati pada saat 708 dua belas hari bulan Rabiul Awal Yaum al Jum’at.”
Sumber kedua yang digunakan Prof Dr Teuku Iskandar adalah Kitab Bustanus Salatin yang ditulis Mufti Kerajaan Aceh, Syeikh Nuruddin Ar-Raniry. Kitab ini terdiri dari 7 Bab. Pada Bab I pasal 13, menyatakan tarikh, segala raja-raja yang kerajaan di negeri Aceh Darussalam, dimulai dengan:
“Kata yang empunyai cerita: bahwa yang pertama-tama mengempukan kerajaan Aceh Darussalam itu Sultan Ali Mughayat Syah. Adalah ia kerajaan pada Hijrah sembilan ratus tiga belas tahun. Ialah pertama-tama masuk agama Islam dan mengeraskan agama Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan ialah yang terlalu perkasa mengalahkan Negeri Pidie dan Samudra dan beberapa negeri lain dari pada negeri yang kecil-kecil. Syahdan adalah lama ia dalam kerajaan empat belas tahun tujuh bulan. Setelah itu maka Sultan itupun hilang pada Hijrah sembilan ratus dua puluh delapan tahun. Adapun dahulu daripada kerajaan Sultan itu dalam negeri Aceh Darussalam tiada ada Raja, melainkan merah jua, masing-masing pada pertuha pada tempatnya (hal 31).”