Armada Portugis dibakar di perairan sebelah barat Aceh dalam sebuah peperangan di laut. Mereka dijebak dalam tumpahan minyak yang kemudian disulut dengan api oleh armada laut Kerajaan Aceh.
Peristiwa ini diungkapkan Prof Ali Hasymi dalam makalahnya pada seminar hari jadi Kota Banda Aceh, yang digelar Pemerintah Derah Tingkat Dua Kotamadya Banda Aceh tahun 1988. Ali Hasymi merujuk pada buku “Advent of Islam In Indonesia” yang ditulis oleh Dr NA Baloch.
Pelabuhan Uleelheu, Banda Aceh tahun 1890 Sumber
Sementara Dr NA Baloch mengambil rujukan pada kitab “Buhairah” berbahasa Persia, yang ditulis oleh ulama Persua, Hashim Beg Fuzuni. Dr NA Baloch menerjemahkannya satu bab khusus dari buku itu yang bertajuk “Jazirah Achin” atau jazirah Aceh, yang dalam versi Inggris oleh Dr NA Baloch dalam buku ditulis “The Island of Acnm” dalam buku “Advent of Islam In Indonesia”. Pada akhir buku itu Dr NA Baloch juga melampirkan naskah asli dalam bahasa Parsia.
Dalam kitabnya itu, Fuzuni menceritakan sejarah Kerajaan Aceh. Menurut Fuzuni, dekat Banda Aceh ada sebuah pulau. Ali Hasymi menduganya sebagai Pulau Aceh atau Pulau Weh/Sabang, yang merupakan benteng pertahanan bagi Banda Aceh. Di Pulau itu ditempatkan meriam-meriam besar. Negeri Aceh, kata Fuzuni penghasil minyak bumi terbesar.
Waktu armada Portugis hendak merebut Banda Aceh dan Benteng Pulau itu, orang-orang Aceh menuangkan minyak sebanyak-banyaknya di laut dan dibakar, sehingga Armada Portugis di laut terbakar, dan gagal masuk ke daratan Aceh. “Because of this, the Portugee are unable to conquer that Island,” tulis Dr NA Baloch.
Karena itu, armada Portugis tidak sanggup menaklukkan pulau itu, yang disebut sebagai Jazirah Achin atau Aceh. foto kopy naskah tua berbahasa Persia itu juga dilampirkan oleh Ali Hasymi pada bagian akhir makalahnya.
Kapal dagang Eropa memasuki pelabuhan Aceh Sumber
Tentang penyerangan armada Portugis oleh Kerajaan Aceh juda diungkapkan sejarawan Malaysia, Fadhlullah Bin Jamil pada seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara di Rantau Kuala Simpang 25-30 September 1980. Fadhullah memaparkan makalahnya dengan judul: “Kerajaan Aceh Darussalam dan Hubungannya dengan Semenanjung Tanah Melayu”.
Fadhullah mengungkapkan, Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda menyerang Johor pada tahun 1613 M, karena saat itu Johor telah mengkhianati Aceh dan menjalin kerja sama dengan Portugis. Fadhullah merujuk pada tulisan Zakaria Ahmad dalam buku “Sekitar Kerajaan Atjeh dalam Tahun 1520-1675, terbitan Manora, Medan (1972). Dalam makalahnya itu ia menulis:
“...Setelah berhasil mentasbilkan kedudukannya, Iskandar Muda dengan bala tentara Aceh yang diperkuatnya itu telah bertindak menggabungkan mana-mana daerah yang telah menarik diri atau bernaung dengan Johor. Sebagai permulaannya, baginda merebut kembali Aru dari Johor. Kemudian secara berturut-turut baginda menawan Rokan dan Kampar. Tindakan ini diambil untuk membalas dendam terhadap sikap Johor yang mencabuli perairan Aceh dan mengadakan perjanjian persahabatan dengan Portugis di akhir tahun 1610 Masehi...”.
Memasuki tahun 1612, Raja Aceh, Sulthan Iskandar Muda yang mengasai dan mengontrol perdagangan di Selat Malaka, juga menutup seluruh bandar dan pelabuhan lada di Sumatera bagi Portugis, hingga mereka harus membeli lada ke Pattani, Thailand.
Sejarah tentang kerajaan di sumatera sangat jarang pak di publis. dengan adanya tulisan bapak ini dapat menambah percikan kejayaan sejarah kerajaan yang ada di sumatera. Apakah buku sumbernya masih disimpan pak? dimuseum atau dimana?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ada di Museum Ali Hasymi di Jalan Sudirman, Kota Banda Aceh. Banyak dokumen dan naskah sejarah tersimpan di sana.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit