Wajahnya buruk, penuh guratan seperti darah. Matanya mencorong seolah-olah Suzana yang ingin menerkam mang Bokir. Rambutnya, duh... masih ingat Bob Marley yang berambut gimbal? Kalau mas Bob melintir-lintir, si Kunti ini rambutnya jegang. Kaku seperti kawat.
Mungkin ini, mungkin ya... Kalau kalian kehabisan kawat pengikat, bisa minta sama mahluk ini. Minta saja secukupnya, kalau berani... Mungkin mau dikasih.
Menurut cerita, asal muasal perempuan 'spooky' ini berasal dari perempuan yang meninggal ketika aborsi. Sebagian orang Aceh menyebutnya Burong, Puntianak, Kuntilanak atau Matianak. Jadi terserah anda memanggilnya apa.
Yang pasti hasil pandangan mata langsung, dua hal dapat dibuktikan kebenarannya: Satu: berwajah menyedihkan (sepertinya wajahnya luka-luka penuh darah) yang Kedua: memiliki suara yang indah. Suara yang mampu membuat bulu kuduk berdiri. Sekali mendengar, langsung terekam sampai kapanpun!!!.
Kembali ke cerita.
Malam itu malam jumat. Kawan-kawan kost yang lain sudah pulang kampung. Maklum, hari raya haji. Daripada kelaparan, mendingan pulang kampung. Bisa makan daging bukan?
Di sebelah, maksudku rumah kost sebelah, adalah kost cewek. Saat itu hanya bersisa satu orang juga. Sebenarnya ada dua, tapi yang satunya dijemput keluarganya. Jadi, sukses malam itu kami jaga kamar malam-malam berdua. Maksudnya jaga di kamar masing-masing.
Rumah kost kami ini termasuk kawasan angker. Banyak cerita seram sebelum dibangun perumahan. Ada cerita orang berjalan tanpa kepala, sampai tangan garuk pintu.
Beberapa bulan sebelumnya, sebelum bulan puasa. Kawasan kos kami dihebohkan cerita poncong minta dibukakan tali. Ibu-ibu bergosip ria di warung lorong depan tentang hantu lontong itu. Katanya mirip si Polan, yang Asoelhok itu.
Jadi, malam itu si Polan pergi keluar rumah. Entah bagaimana cerita, terdengar letusan senjata. Dan paginya, ia ditemukan tersungkur di dalam parit dengan kepala pecah. Sejak malam ia dikebumikan, cerita poncong mengedor pintu mulai tersebar.
Kembali ke kuntilanak...
Jadi untuk mencegah hal-hal yang harus diwaspadai, televisi di ruang tamu sudah berpindah ke kamar. Cemilan, berupa roti dan keripik bertumpuk diatas meja. Pintu dan jendela sudah kukunci rapat. Seluruh lampu sudah hidup sejak sore. Dan karena sendirian, tanpa sungkan aku hanya be-kolor doang.
Acara televisi yang membosankan di malam itu, udara dingin dengan gerimis kecil, membuat waktu terasa panjang. Mata sulit terpejam. Sedangkan jam baru pukul 11 malam. Keripik dua bungkus, bolu ikan sebungkus dan kopi dua gelas sudah mengendap dalam perut. Tapi mata masih terbuka lebar.
Tiba-tiba.... "Ahhhh....ahhhh.... Tolong...", Teriakan dari kost sebelah mengagetkanku. Kusambar kain sarung, parang panjang peninggalan nenek moyang, membuka pintu dalam gelap dan "Aduh...", Jeritku kesakitan.
Terpaksa aku diam sejenak, menerka-nerka arah saklar lampu. Ternyata bukan pintu depan rumah. Aku membuka pintu lemari hias pemilik rumah. Panik bisa membuat indera perasa kita kacau.
"Duk...duk..bang... Bang..tolong bang....", Suara Rani mengedor pintu rumah. Aku bergegas membuka pintu. "Sana..sana jangan mendekat.... Bang...cepat bang....", Suaranya semakin memelas.
Aku membukanya. Dan....
Rani langsung mencelat masuk. Ia berlari kebelakangku dan memeluk erat-erat. Wajahnya tersembunyi di punggungku. Di luar, dekat ujung teras sesuatu berdiri kaku. Diam tak bergerak.
Aku berusaha memperjelas pandanganku dari depan pintu. Kumaju selangkah, gagang parang ku genggam erat. Mahluk itu mundur, dan Rani tanpa melepaskan pelukan bersuara menahanku.
"Bang, jangannnn.... Rani takutt.... ".
Tiba-tiba saja, penglihatanku menjadi jelas. Itu KUNTILANAK. PONTIANAK. ATAU APAPUN ITU...!.
Langsung tubuhku memompa keringat di sekujur pori-pori. Dari ujung rambut hingga ujung jempol terasa dingin. Seolah-olah sedang melancong ke negeri musim salju.
Pelukan Rani yang semakin kencang membuatku tersadar. Langsung kuacungkan parang ke arah sosok yang berdiri dalam remang-remang. "Eh, kau pergi. Atau aku bacok kau...", Nada suaraku bergetar. Getar ketakutan yang dikalahkan kehalusan kulit Rani, mahasiswi kebidanan.
Ia tertawa. Aku tidak bisa mengambarkan bagaimana indahnya suara mahluk itu. Pastilah ia memiliki pita suara tinggi, melengking dan ber-irama. Kalau aku ingat-ingat setelah kejadian itu, pasti ia menang jika ikut "Seriosa Idol".
Ia mengikik, melayang, menembus pagar dan menghilang. Sedang Rani, perlahan merosot dibelakangku. Lemas. Reflek aku menyambar tubuhnya.
Aku dudukan ia di sofa ruang tamu. Kuberikan segelas air putih yang setengahnya telah aku minum tanpa sadar. Rani, tanpa perasaan jijik menghabiskannya dengan tangan gemetar.
Sekitar 30 menit ia duduk menenangkan diri disana sambil memeluk lenganku. Mataku ikutan tenang, setenang air yang menghanyutkan karena bisa menatap dirinya yang hanya berbalut baju tidur satin tipis.
Setelah terkumpul keberanian, ia mengajakku untuk kerumahnya. Aku mengiyakan tanpa suara. Ia kembali kerumah, memintaku menunggu di depan pintu kamarnya yang terbuka. Mengambil sejumlah baju tanpa suara dan akhirnya kembali ke rumah kostku.
Ya, sejak malam itu, kecuali siang, kami tinggal sekamar sampai temannya kembali. Yah, akhirnya sejak itu, Rani sah menjadi pacar pilihan.
Berkah bukan?
Sumber:
Emg horor that cerita jih bg..hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
horor di foto :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
dahsyat bro..jadian nya,
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
😅sayangnya cuma ngimpi
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit