TAKDIR CINTA KITA

in takdir •  7 years ago  (edited)

IMG_7503.JPG
Sunyi sepi malam tanpa sinar bulan mengingatkanku pada satu masa dimana sempat kita berada dalam keadaan hening tanpa suara, disana kita duduk berdua menikmati udara senja dengan desau angin yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa kata. sesaat ia singgah hanya untuk memberi kesejukan dalam raga. Dedaunan di setiap pohon melambai menyafaku kicauan burungpun berirama mengajakku bercengkrama namun tangan ini seolah enggan menyafa bahkan bibirpun tak ingin sekalipun bersuara apalagi bercerita dengannya.
Saat itu fikiranku tak tenang, jantungpun berdegup kencang menandakan kegelisahan yang teramat hebat sedang terjadi padaku secara tiba-tiba padahal aku sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ku lihat Adit hanya diam membisu, menunduk dan membelakangiku tak seperti biasanya. Lama ku menunggu tapi tak kunjung jua ku dengar suaranya, hingga pada akhirnya ku beranikan diri untuk mengawali pembicaraan, ku ulurkan tangan lalu ku letakkan di pundaknya dan ku bertanya “Dit... kamu kenapa ? dari tadi hanya menunduk tanpa mau sedetikpun menoreh ke arahku, apa kamu sakit ? atau sedang memikirkan sesuatu ?
Sayangnya.. adit tak merespons pertanyaanku, dia malah tetap menunduk seolah tak mendengar suaraku. Kembali ku bertanya “Adit.... kamu kenapa ? namun tetap tak ada jawabnya, aku pun tak berputus asa , untuk yang ke tiga kalinya aku bertanya “Adit..... kamu kenapa ? Ku mohon jangan diamkan aku seperti ini , aku ingin mendengar suaramu.
Setelah sekian lama ku menunggu akhirnya ku dengar suaranya “ekhemzzzzz..... Fit, sebenarnyaa...... sebenarnya.... ada yang ingin ku ceritakan padamu, ini tentang kita Aku ragu menceritakannya tapi aku harus memberitahumu.
Ku tatap mata merahnya ku yakinkan hati ini bahwa semua kan baik-baik saja dan ini hanyalah masalah kecil yang mungkin sedang menimpa Adit. “hemm... iya, kamu mau cerita tentang apa Dit ? jangan ragu, ceritain aja semuanya agar kamu tak terbebani , Aku siap kok mendengarnya. Adit kembali menunduk, tampak jelas terlihat bahwa ia memang sangat berat untuk bercerita, sejenak ku berfikir ... akhir-akhir ini tak ada masalah yang menimpa hubunganku sama Adit, tapi kenapa Adit ingin menceritakan sesuatu tentang kita dan itu sangat membuatnya ragu, Ku coba tanyakan kembali pada Adit ‘Dit..... sebenarnya ada apa ? ayo ceritakan saja semuanya biar aku tahu.
Hemmzzz....... fit, sebenarnya aku akan menikah, , tapi bukan sama kamu. Aku terdiam dan terpaku, dada ini seolah sesak tanpa henti, mengingat apa yang dikatakan adit terlalu mengagetkanku, ini sungguh diluar dugaanku, tak ku sangka Adit yang begitu sangat terbuka terhadapku ternyata mampu memendam rahasia sebesar ini, ku coba menghela nafas panjang meski Air mata ne tak mampu lagi ku tahan mengalir deras di pipiku.
Fit,, maafkan aku ,sungguh ini bukan inginku, minggu lalu aku du pertemukan dengan seorang gadis oleh orang tuaku, dia adalah putri dari sahabat ayahku dulu, namanya Sinta. Sebelumnya kita memang sudah saling kenal, dia teman bermain di masa kecilku, namun selepas SMP kita berpisah keluargaku memutuskan untuk pindah rumah. Hingga pada akhirnya di SMA aku menemukanmu yang sampai saat ini kita di takdirkan untuk bersama, Fit,, Aku sangat menyayangimu, selama ini aku nyaman bersamamu, kau yang selalu memberi perhatian, pengertian dan melengkapi hidupku, bagaimana bisa aku menikahi gadis lain selain dirimu, tapi.... aku pun tak bisa berbuat apa-apa, kamu tahu bagaimana kerasnya ayahku, ia menuntutku untuk membahagiakannya dengan cara menikahi gadis pilihannya yaitu Sinta, dengan terpaksa aku harus menuruti keinginannya meskipun aku tahu aku akan tersiksa dengan ini semua, dengan keputusan yang ku ambil namun bukan berdasarkan keinginanku.. ku mohon kau mengerti fit.
Sejuta terpaan rasa yang kurasakan tadi ternyata memang benar-benar mewakili apa yang ku rasakan saat ini, hati ini bagai disambar petir yang menggelegar tepat dihadapanku. Sakiiiiiiiiitttttt hati ini. Aku seolah enggan mendengar Adit bersuara lagi. “fit.... maafkan aku, aku telah mengecewakanmu, aku merasakan bagaimana sakitnya hatimu, tapi aku tak mampu sembuhkan luka di hatimu, kau berhak membenciku, bencilah aku sepuas hatimu, aku relaaa, tapi harus kau tahu di hati ini hanya ada kamu, hanya tertulis namamu “FITRI” takan pernah tergantikan meski pada kenyataannya aku hidup dengan Sinta.
Saat itu juga aku pergi dari hadapan Adit tanpa permisi.. kubawa kesakitan hati yang menyesakan dada ini jauh dari hadapannya... ku berlari dan terus berlari hingga air mataku berjatuhan tanpa henti, hingga aku tiba di rumah air mata ini tak kunjung jua habis, ia mengalir semakin deras, tak terasa mataku pun semakin membengkak. Inikah cobaan yang harus kuhadapi sendiri, kenyataan ini tak hanya menyiksaku tapi memutuskan impian yang telah lama ku rencanakan termasuk menikah dengan Adit sehabis wisuda nanti , kini semua harapan dan impian itu musnah setelah Adit memutuskan untuk menikah dengannya.
Tepat bulan Oktober 2010 Adit menikah dengan Sinta, tapi aku tak mau memberanikan diri untuk menghadiri pernikahannya, aku hanya mengirimkan do’a untuknya agar mereka dapat membangun keluarga yang harmonis sakinah mawaddah Warahmah, selain itu aku juga berharap agar aku dapat secepatnya melupakan Adit dengan cara tidak berhubungan atau berkomunikasi dengannya dan menemukan jodoh yang ditakdirkan baik untukku keluargaku dan Agamaku.
Akhir bulan Desember aku di Wisuda... dan mungkin inilah takdir yang harus kujalani, dalam acara ini aku dipertemukan kembali dengan Adit namun dalam nuansa yang berbeda, dimana dia di dampingi dengan istrinya sedangkan aku hanya didampingi oleh Adik dan kedua orang tuaku, sempat kami saling bertatapan dari jauh,Aditpun sempat menyapa dan tersenyum padaku. Rasanya ingin sekali aku menghampirinya dan menjabat tangannya untuk terakhir kalinya, tapi aku tak ingin menjatuhkan air mata dihari kebahagiaan ini.
Setelah acara selesai aku menemui satu tempat di sudut kampus, tempat itu sering menjadi saksi bisu dikala aku duduk bersama dengan Adit bertukar cerita, bercanda tawa. Dulu sempat kita berjanji kelak jika kita lulus dari sini kita akan mengukir cerita cinta kita yang bertuliskan nama
ADIT & FITRI
05-02-05
Always Forever
Tujuannya agar mereka semua tahu bahwa cinta Adit dan Fitri selamanya kan abadi sampai mati.
Tak terasa air mataku berlinang setelah mengingat hal itu tak kuasa aku menahan tangis yang semakin menyesakkan dada, hingga tiba-tiba seseorang memberikanku sapu tangan dan berkata “tak pantas kau menangis sendirian dikala kau mengingat semua tentang kita, alangkah baiknya bila kita menangis bersama” Aku kaget mendengar suara yang telah lama ta ku dengar, aku berbalik arah dan kulihat Adit berdiri tepat di belakangku. Sungguh tak kusangka dia akan menemui tempat ini juga.
“Fit... apa kabar ? dia ulurkan tangannya, sedangkan aku hanya berdiri kaku menatapnya, ku saksikan air mata itu mengalir di pipi Adit, ku coba tanya hati “apakah ini mimpi atau nyata” ternyata hatiku menjawab ini nyata namun jangan sampai membuatmu lupa akan kenyataan yang sebenarnya. Jantungpun semakin berdegup kencang tak tenang.
“Fit..... izinkan aku mengusap air matamu, izinkan aku merasakan sakitmu, dan Izinkan aku memeluk erat tubuhmu, Aku sangat merindukanmu, lama tak jumpa denganmu tapi hati ini tak pernah sedikitpun berhenti menyebut namamu, fikiran ini tak pernah sebentarpun melewatkan bayangan wajahmu yang selalu lalu lalang dalam ingatanku.
Aku seolah tak berdaya.... Tuhaaannnn apa yang harus kulakukan ? dosakah bila aku seperti ini? Sementara hati ini nyaman dengan pelukannya. Ku coba sadarkan diri... bahwa ia telah beristri, ku lepaskan pelukannya “ Dit,,,, maaf aku tak ingin mengganggu kehangatan rumah tanggamu, baiknya kau pergi dari sini, Sinta menunggumu. Tapi Adit malah duduk bersipu meminta maaf padaku. “Fit... ku mohon maafkan aku, dan mengertilah dengan perasaanku yang tak pernah bisa melupakanmu, aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku telah beristri, sekarang aku datang kesini karna aku ingin menepati janji kita dulu aku ingin mengukir nama kita disini agar mereka tahu bahwa kamulah wanita yang aku sayangi.
Tapi Dit... pada kenyataannya semua ini telah berbeda, tak pantas bila kita seperti ini, aku juga ingin kamu mengerti posisiku disini, aku tak ingin ada orang yang tahu bahwa saat ini kita berdua sama-sama menangisi masa lalu, ku mohon pergilahhhh...... ..
Baik aku akan pergi tapi sebelumnya ijinkan aku mengukir nama kita disini. Ku lihat adit mengukir nama ADIT & FITRI, aku tak bisa lagi menyaksikannya, Adit... ku mohon hentikan, kalau kamu tak mau pergi maka aku yang akan pergi dari sini. Adit pun menghentikan ukirannya , dia kembali menatapku dan berkata “Fitri... aku masih sangat menyayangimu, dan kuharap kelak kita akan bertemu kembali. Lalu ia pergi dengan langkah pelan.. sementara aku hanya mampu menangis dan menangis Tuhaaannnnn inikah TakdirMu ??? sanggupkah aku melewatinya .... kuatkan hati ini .
Kota Bandung menjadi tempatku menenangkan hati dan fikiran, setelah lulus wisuda aku memutuskan untuk bekerja di PT.Phapros Indonesia dengan jabatan sebagai marketing, aku menikmati kesibukan dalam pekerjaan ini, setidaknya tak ada waktu bagiku untu mengenang masa lalu, tak ada hal yang dapat mengingatkanku akan masa lalu itu. Di Bandung juga aku menemukan seorang pria yang begitu sayang padaku Namanya Fikri Rahardi ..Dialah yang mampu membuatku lupa pada Adit, dia yang mengobati luka dalam dihati ini dia pula yang membuatku yakin bahwa dia lah yang ditakdirkanNYA untukku.
Delapan bulan aku dekat dengan Fikri... selama itu juga ingatanku tentang masa lalu terkubur dalam-dalam, tergantikan dengan sejuta cerita baru tentangku dan Fikri, hingga pada akhirnya cerita itu sampai pada pernikahan kami tepat di bulan February 2012.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!