Salah seorang murid senior Abon Aziz Samalanga yang di gelar dengan Al-Mantiqi lewat kecerdasannya sebagai spesialis ilmu mantiq (ilmu logika), beliau?adalah Tgk. H. Muhammad Daud Ahmad atau lebih dikenal dengan sebutan Abu di Lueng Angen adalah Anak bungsu dari 3 bersaudara dari Tgk. Ahmad bin Abdul Latif dan Dhien yang lahir di Desa Meunasah Leubok, Lhok Nibong, Aceh Timur, pada bulan Maret 1941.
Beliau kerap di sapa dengan Abu Lueng Angen karena memang beliau memimpin sebuah Dayah yang bernama Dayah Darul Huda di desa Krueng Lingka kecamatan Langkahan kabupaten Aceh Utara.dayah tersebut sering disebut dengan Dayah Lueng Angen. Berdasarkan menurut sebagian sumber, saat dayah tersebut masih dalam pembangunan dan belum maju?seperti saat ini.
Ternyata di samping komplek dayah tersebut dulu terdapat sebuah Lueng (parit/sungai kecil)mati yang di tumbuhi pohon rumbia, sehingga sering terdengar suara daun pohon rumbia yang dihempas angin. Walhasil dijadikanlah wajah tasmiyah (indikator) sejarah dayah itu dengan sebutan Dayah Lueng Angen walaupun saat ini Lueng tersebut sudah di timbun untuk perluasan komplek dayah yang kian berkembang dengan pesatnya.
Sosok ulama karismatik Aceh ini dikenal ahli dalam bidang Fiqh dan Qiraah Sab’ah(tujuh macam cara membaca al-quran), sangat wajar dan tirak perlu heran terhadap muridnya yang terkenal dengan qiraahnya hasil didikan beliau sendiri dengan kefasihannya dalam membaca Al-quran.
Jenjang Pendidikan Formal
Pada tahun 1954 Tgk Muhammad Daud mulai belajar di SR (Sekolah Rendah) Lhoknibong,namun sayang pada saat pemberontakan DI/TII tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 1954 sekolah ini dibakar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.peristiwa ini mengakibatkan beliau harus berhenti bersekolah. Setelah kejadian tersebut masyarakat Lhok Nibong memprakasai memprakarsai pendirian SRI (Sekolah Rendah Islam) sebagai pengganti sekolah yang telah terbakar dan Tgk Muhammad Daud pun dapat kembali bersekolah. Akhirnya beliau hanya belajar kurang dari setahu di sekolah ini.
Pendidikan Dayah
Sejak kecil sangat menggelora kecintaanya terhadap ilmu agama, maka sosok Teungku Muhammad Daud ingin mempelajari ilmu agama secara murni tanpa harus berkutat dengan pelajaran umum. Dalam kondisi demikian akhirnya Abu Lueng Nibong yang saat belajar dulu di sapa dengan Teungku Simpang pada tahun 1956 beliau memulai perantauannya mencari ilmu, awal mulanya beliau menuju Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh, Aceh Uata. Saat itu dayah tersebut dipimpin oleh Teungku Abdul Ghani yang dikenal dengan Teungku Di Aceh.
Ternyata apa yang Abu impikan ada di dayah ini. Beliau menemukan kajian ilmu yang sudah lama dicita-citakan ditambah lagi dengan suasana yang cukup kondusif jauh dari suara bising letusan senjata karena sedang terjadi genjatan senjata antara pihak DI/TII dengan Pemerintah RI.
Namun sayang suasana yang tenang tersebut hanya bisa dinikmati selama dua tahun karena pemberontakan DI/TII kembali meletus sehingga beliau berseta para santri di dayah tersebut harus mengungsi ke Gampong Tanjong Ara, Paya Naden, Aceh Timur.beliau dan santri lainnya mengikuti ajakan guru beliau Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara ke Gampong Tanjong Ara agar kegiatan belajar mengajar tidak terputus.
Selama masa pengungsian beliau mulai memikirkan untuk melanjutkan pembelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Maka Pada bulan Desember 1960, Teungku Muhammad Daud, berbulat tekad menuju Samalanga sebagai tempat belajar yang lebih menjanjikan.
Pengembaraan musafir ilmu terus berlanjut hingga sampai yang Abu inginkan yakni belajar pada dayah saat itu sudah terkenal. Tempat itu tidak lain adalah Dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga yang beliau pilih kala itu dipimpin oleh Teungku H. Abdul Aziz Shaleh (dikenal sebagai Abon Samalanga).
Abu dengan berbekal ilmu yang didapatkan di Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh maka dapat langsung duduk di kelas empat. Dalam sejarah perjalanan musafir ilmu Abu diantara guru beliau di MUDI adalah Tu Din (Teungku Zainal Abidin Syihabuddin), Teungku M. Kasem TB (Alm. adalah pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen), Teungku Usman Kuta Krueng (sekarang pimpinan Dayah Darul Mun Munawwarah, Pidie), dan tentunya Abon Samalanga sendiri. Tercatat di dalam tinta sejarah bahwa lamanya Abu belajar selama di dayah MUDI boleh di katakan hanya sepuluh tahun. Tentu saja lamanya tersebut terasa sangat singkat walauoun beliau cukup betah mengaji dan semangat serta ketekunan dengan himmah sungguh luar biasa. Ini juga di dukung lancarnya Abu dalam menghafal hinggan lebih dari 10 tahun itu ibarat sepuluh kali lipat.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://mediadayah.blogspot.com/2015/07/biografi-tgk-h-muhammad-daud-ahmad-abu.html
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
nice article keep it up, please follow me and upvote for me and i will return the favour.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sudah kami upvote yah..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit