LILIN TANPA CAHAYA
sendu menyayat sulbi
bulu romaku tegak kembali
lafaz azan yang terngiang.
memutar ulang rekam ingatan.
aku yg berselimut trauma
masih saja tak kuasa.
disini, mengapa justru disini?
tepat di tempat ini.
13 tahun ku tidurkan angan
13 tahun ku rabunkan kerinduan.
tanpa isyarat bumi melepuh dikakiku.
mengibas samudera menghentak jiwa.
kurasakan kebisingan dengung.
lalu hanya gemercik gelombang mengambang,menggulung.
tautan jemari terlepas
genggaman ibu terhempas
aku terkapar diantara benda mati dan jiwa yang mati.
meraih harapan namun hampa.
memegang keyakinan yang sirna.
ayah menghilang
ibu terombang
aku kerontang, menangis tanpa makna.
ku saksikan kemurkaan laut
pekat tinggi memecah daratan
di cabiknya nyawa2 yang ku cinta
di hantamnya jiwa2 tak berdaya
aku yatim didetik itu
aku piatu dikala itu
menyaksikan wajah ibu yang kaku berdebu
dimana ayahku....?
dimana ayahku....?
tiada lagi bangunan angkuh
hanya sisa sampah yang menyatu
tangisku menjadi musik latar
menjerit melaknat alam
tapi percuma, bumi tak hendak utuh lagi
waktu tak hendak kembali.
meninggalkan aku seperti lilin tanpa cahaya.
menjadikan aku sebatang kara.