Oleh @ayijufridar |
SETELAH sebelumnya kita membahas mengenai ide menulis yang seringkali dijadikan alasan untuk tidak menulis, kali ini kita membahas tentang memulai sebuah sebuah tulisan. Izinkan saya bercerita tentang seorang teman yang bekerja sebagai jurnalis di sebuah stasiun TV di Jakarta. Ia mengaku tak mungkin menggeluti pekerjaan itu seumur hidupnya. Dia merencanakan sebuah perubahan, hanya berada di lapangan untuk liputan berita eksklusif. Sebagian besar waktunya nanti akan digunakan untuk menulis. Novelis adalah pilihan profesinya kelak.
Pilihan cerdas, apalagi mengingat ia mengalami kecelakaan saat liputan yang membuat kakinya cacat permanen. Tak ada santunan memadai dari perusahaan tempatnya bekerja. Cita-cita sebagai novelis sejalan dengan profesinya sebagai jurnalis yang bermain dalam samudra kata, meski sebagai jurnalis TV yang bergantung pada kekuatan visual, ia hanya menulis pendek, dengan huruf kapital, tanpa titik koma pula.
Meski sudah menetapkan cita-citanya, kawan ini belum memulai. Satu kata pun belum lahir untuk sebuah novel panjang, apalagi satu bab. Dia merasa bisa memulainya lima tahun lalu. Bukan hari ini, saat ini...
Kisah serupa sudah sering terdengar, dengan berbagai latar profesi. Orang memang dengan mudah menetapkan tujuan, membangun rencana kepenulisan, memiliki ide brilian, konflik dan karakter kuat untuk sebuah novel. Bahkan orang seperti itu bisa menceritakan kisahnya dengan menarik. Orang-orang terdiam, takzim mendengar kisahnya. Penasaran menunggu kelanjutannya, dan surprais dengan plot di setiap bagian.
Tapi semua itu hanya tuturan lisan yang segera dilupakan orang. Kalaupun ada sepotong dua yang tersisa di sel-sel memori, semuanya sudah tak utuh lagi seperti kepingan puzzle yang harus disusun kembali.
Memulai adalah sebuah kekuatan yang harus dimiliki. Kapan harus memulai? Bukan bulan ini, apalagi lima tahun yang akan datang. Bukan pula minggu ini, bahkan bukan hari ini. Kata pertama, kalimat pertama, bab pertama harus lahir saat ini juga. Kekuatan berikutnya adalah menjaga konsistensi agar novel pertama lahir tahun ini. Hambatan yang datang sudah pasti lebih banyak dari kosa kata di kepala. Setelah memulai dan takkan berhenti sebelum ending, makan “hambatan” adalah kata pertama yang hilang dari ingatan. Setelah novel lahir, hambatan segera menjadi kenangan yang terkadang menyadarkan betapa lemahnya kita di masa lalu ketika menghadapi kerikil kehidupan.
Sehebat apa pun, seorisinil apa pun, sebuah ide atau gagasan akan berhenti sebatas ide. Ide sederhana yang dilanjutkan dengan kata pertama, kalimat pertama, paragraf pertama, jauh lebih baik daripada ide brilian yang tidak berlanjut dengan kata pertama. Ingatlah, tulisan jelek yang sudah terketik di laptop atau yang sudah diposting di Steemit, akan lebih bagus daripada tulisan bagus tapi baru sebatas angan. Tulisan buruk masih ada kesempatan untuk mengeditnya, tetapi kita tidak bisa melakukan apa pun kalau satu kata pun belum lahir (masalah editing, akan kita bahas dalam kesempatan terpisah).
Hanya orang-orang kuat yang bisa mengakhiri apa yang sudah dimulai. Hanya orang kuat yang mampu menyingkirkan rasa malas dan bosan, dua musuh utama dalam tugas kepenulisan, sebagaimana juga dalam bidang lain. Kita memiliki pilihan untuk tidak menyesal di masa mendatang dengan memulai menulis detik ini, dan menyelesaikannya ribuan detik dari sekarang.
Nah, sekarang bagaimana dan dari mana harus memulai? Bagaimana menjaga konsistensi agar kata pertama dan kalimat pertama tidak menjadi kalimat terakhir? []
English:
Starting From One Word |
By @ayijufridar
BEFORE we discussed the idea of writing that is often used as an excuse not to write, this time we discuss about starting a writing. Let me tell you about a friend who works as a journalist at a TV station in Jakarta, Indonesia. He admitted it was impossible to do the job for the rest of his life. He planned a change, just in the field for exclusive news coverage. Most of the time will be spent on writing. Novelist is the choice of his future career.
A smart choice, especially considering he had an accident during coverage that made his legs permanently disabled. There is no adequate compensation from the company he works for. The ideals of a novelist in line with his profession as a journalist playing the ocean of the word, though as a TV journalist who relies on visual power, he only writes short, in capital letters, without a semicolon too.
Despite having set his goals, this friend has not started yet. One word has not been born for a long novel, let alone a chapter. He feels he can start five years ago. Not today, but right now ...
Similar stories are often heard, with various professional backgrounds. People simply set goals, build authorship plans, have brilliant ideas, conflicts and strong characters for a novel. Even such a person can tell his story interestingly. The people were silent, regretfully hearing his story. Curious to wait for it to continue, and surprised with plots in each section.
But all that is just an oral utterance that soon forgotten people. Even if there is a second piece left in the memory cells, everything is not as intact as the puzzle pieces to be rearranged.
Getting started is a must-have power. When to start? Not this month, let alone five years to come. Not this week, not even today. The first word, the first sentence, the first chapter should be born right now. The next strength is maintaining consistency for the first novel to be born this year. The obstacles that come are definitely more than the vocabulary in the head. After starting and not stopping before ending, eating "obstacles" is the first word lost from memory. After the novel is born, obstacles soon become memories that sometimes awaken how weak we are in the past when faced with the pebbles of life.
As good as anything, anything as it is, an idea or idea will cease to be an idea. The simple idea followed by the first word, the first sentence, the first paragraph, is much better than the brilliant idea that does not continue with the first word. Remember, ugly writing that has been typed on a laptop or already posted in Steemit, will be better than good writing but only limited to wishful thinking. Bad writing still has an opportunity to edit it, but we can not do anything if one word is not born (editing problem, we will discuss in separate occasions).
Only powerful people can put an end to what has already begun. Only powerful people are able to get rid of laziness and boredom, the two main enemies in authorship duties, as well as in other fields. We have the option of not regretting in the future by starting writing this second, and completing it thousands of seconds from now.
Well, now how and where to start? How to maintain consistency so that the first and the first sentences do not become the last sentence?[]
Mantap nye "Malay" opini ini. Bisa membangkitkan spirit dalam jiwa yang haus akan imajinasi untuk memulai sebuah karya tulis.. bravo bg @ayijufridar
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih atas komen dan upvote-nya. Semoga bermanfaat. Saleum.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama sama bg. Bg minta link fb nya blh gak bg
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Akun FB saya pakai nama asli, Ayi Jufridar. Tapi hanya aktif di FB kalau ada waktu luang saja.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wah susah juga ya bg
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nggak susah. Add saja, nanti saya confirm. Trims.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Keren bg
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih, Fikri. Semua materi tentang menulis yang saya posting ke Steemit, suatu saat nanti akan saya bukukan. Doakan semoga terwujud.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama sama bg ayi, jangan lupa ajak dosen2 komunikasi lain nya biar rame bg 😁 @ayijufridar
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih, Fikri
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
bagus (y)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih untuk koment dan upvote-nya, Amri. Saleum.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama2 @ayijufridar..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Luar biasa,, kata2 penyemangat buat yang pesimis untuk munulis, saya suka
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih, x-files. Saleum.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit