Oleh @ayijufridar |
DALAM banyak diskusi atau workshop kepenulisan, sering muncul pertanyaan mengenai sumber inspirasi. Banyak penulis—atau calon penulis—tidak bisa memulai atau melanjutkan menulis karena alasan tidak ada ide, idenya kering, inspirasi mentok, badmood, dan semacamnya. Intinya, tidak ada kegiatan menulis. Hambatan seperti ini tentunya dialami semua penulis. Pemula atau senior. Bedanya, ada penulis yang tetap menulis meski belum ada inspirasi, ada penulis berhenti dan menunggu inspirasi, ada juga yang dengan aktif dan kreatif mencari, menggali, bahkan memiliki mekanisme baku dalam mengelola inspirasi.
Nah, bagaimana dengan Anda? Masuk dalam golongan penulis yang bergantung dengan inspirasi atau yang mengelola inspirasi?
Mengikat ilham
Inspirasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilham. Kira-kira sebuah letikan yang muncul dan menjadi gagasan atau ide untuk menulis. Ilham bukanlah sebuah tulisan. Sehebat apa pun sebuah ilham—kalau hanya berhenti sebatas ilham—tidak bernilai apa pun. Ilham itu terkadang muncul sekejap, whuzzzz...! Terus menghilang. Makanya, ilham yang muncul itu harus diikat.
Bagaimana mengikat ilham?
Inspirasi itu bisa muncul kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja. Arswendo Atmowiloto dalam buku Mengarang itu Gampang menyebutkan ilham banyak berseliweran di sekitar kita. Untuk menangkapnya, kita harus menyiapkan seluruh panca indra. Menangkap ilham maksudnya menulisnya di sebuah notes, di gawai, atau di mana saja. Pokoknya, segala upaya yang kita lakukan agar ide itu bisa menjadi sebuah cerita. Kalau langsung menuliskannya, itu lebih baik. Namun karena ilham bisa muncul di mana saja kapan saja, dibutuhkan sedikit usaha untuk mengikatnya dengan mencatat. Kalau sedang nongkrong di toilet dan ilham itu muncul, ‘kan tidak bisa langsung menulis. Paling mencatatnya dulu—meski hanya sebaris kalimat. Sebaris kalimat itu adalah bisa jadi sebuah kisah yang panjangnya ratusan halaman ketika menjadi sebuah novel.
Kabarnya, penulis cerpen terkenal Robohnya Surau Kami, AA Navis, sering mendapatkan ide ketika nongkrong di dalam WC. Akibat kebiasaannya itu, sastrawan asal Padang, Sumatera Barat, itu sampai menderita ambeien. Saya sendiri juga sering mendapatkan ide di dalam WC. Makanya, toilet di rumah saya termasuk sudut yang harus selalu wangi dan bersih. Saya juga sering menempelkan kertas berisi ide di dinding toilet yang membuat istri sering marah-marah.
Kamar mandi memang wilayah yang membuat pikiran kita berkenala tanpa beban. Ingat kasus Archimedes yang menemukan teori volume ketika mendapatkan perintah untuk mengukur berat kandungan emas dalam sebongkah batu. Saat masuk bathup, air di dalamnya tumpah dan…”eureka..!” Saya menemukannya! Tanpa sadar dia sampai berlari telanjang ke jalan karena menemukan ide yang luar biasa.
Sastrawan Kurnia Effendi memiliki kebiasaan menulis sebuah judul ketika mendapat ilham. Judul baginya menyimpan sebuah kisah lengkap dengan konfliknya. Dalam penulisannya nanti, judul bisa berganti, sesuai dengan kebutuhan cerita. “Dengan menulis judul, saya mempertahankan keutuhan sebuah ide,” ujar Mas Keff, sapaan akrab Kurnia Effendi yang saya anggap sebagai salah seorang guru menulis saya.
Jadi, ketika letikan itu datang, jangan biarkan berlalu begitu saja. Bisa jadi nanti akan terlupa atau ide briliannya sudah tidak utuh lagi.
Dari kebiasaan
Inspirasi tidak pernah habis, justru kitalah yang tidak menangkap inspirasi itu datang. Dunia ini dan seluruh isinya adalah samudra inspirasi yang tak pernah kering. Untuk bisa mengelolanya, dibutuhkan ketekunan dari kebiasaan positif yang dipupuk terus-menerus hingga menjadi karakter. Jadi, mulai sekarang bangunlah sebuah kebiasaan dalam mengelola ilham.
Pertama, buku harian bisa menjadi sumber inspirasi dalam menulis. Diary tidak hanya menjadi sarana mengikat ide, juga bisa menjadi bentuk latihan dalam mencurahkan ide. Di sana kita tidak terbeban dengan keindahan bahasa atau dihantui ketakukan adanya penolakan dari editor. Kita menjadi penulis dan editor sekaligus. Ada yang bilang, diary juga menjadi terapi bagi guncangan jiwa. Bisa jadi ada benarnya. Kalau malu diary dibaca orang lain suatu waktu nanti, gantilah gaya penulisannya seolah-seolah itu fiksi. Sampai sekarang, saya masih sering menulis catatan perjalanan dalam buku harian.
Kedua, buku dan apa pun yang kita baca bisa menjadi sumber inspirasi. Makanya, penulis yang baik adalah pembaca yang baik.
Selanjutnya, pengalaman pribadi dan orang lain bisa menjadi sumber inspirasi. Film yang kita tonton, lagu yang kita dengar, bahkan mimpi sekali pun bisa menjadi sumber inspirasi. Ketika kuliah di Politeknik Negeri Lhokseumawe (1993 – 1996), saya harus membiayai kuliah sendiri melalui menulis. Agak agak memaksakan diri untuk mendaptkan ide sehingga setiap tidur, selalu ada pulpen dan buku kecil untuk mencatatkan mimpi agar tidak mudah terlupa.
Latih kepekaan untuk menangkap semua inspirasi yang ada. Catat, buat outline, lakukan riset bila perlu, lalu menulislah. Persoalannya bukan pada inspirasi mati, melainkan pada kemalasan yang mengekang diri.
Pengalaman pribadi tentu saja harus ditempatkan dalam urutan teratas dalam mendapatkan ide untuk menulis. Menulis berdasarkan ide sendiri akan lebih mudah, mengalir dengan lancar karena kita tinggal menuangkan apa yang kita alami dalam bentuk tulisan.
Selain pengalaman sendiri, pengalaman orang lain juga bisa menjadi sumber inspirasi. Sejak dulu, beberapa cerpen yang dimuat di media saya dapatkan idenya dari pengalaman orang lain atau bisa juga dari pengalaman kawannya kawan. Kawan saya tidak mengalaminya, tetapi hanya mendengar cerita dari kawannya, seperti cerpen Telinga Komandan yang dimuat di surat kabar Media Indonesia yang saya dapatkan kisahnya dari Masriadi Sambo, salah seorang penulis dan jurnalis Aceh.
Ada sebuah nasihat yang saya sukai. Katanya, jangan menunggu kaya baru bersedekah. Bersedekahlah, maka kita akan kaya. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tersenyumlah maka kita akan bahagia. Dan jangan menunggu datangnya inspirasi baru menulis, menulislah maka inspirasi itu akan datang.
Demikian Steemians Indonesia diskusi kita tentang ide menulis. Semoga kita tak pernah kering ide dalam menulis. Semoga ide tak pernah habisnya laksana air di tengah samudra luas. []
Catatan: Tulisan ini saya sarikan dari beberapa materi penulisan yang saya berikan.
ilustrasi: flipboard.com
Biodata Singkat:
Ayi Jufridar, penulis novel Alon Buluek Gelombang Laut yang Dahsyat (Grasindo, 2005), Kabut Perang (Universal Nikko, 2010), Putroe Neng (Grasindo, 2011), dan 693 KM Jejak Gerilya Sudirman (Noura Books, Januari 2015). Novel Alon Buluek sudah diterjemahkan dalam bahasa Belanda dengan judul Alon Buluek (de Verschrikkelijke Zeegolf). Sekitar 400-an cerpennya dimuat di berbagai media daerah, Jakarta, dan Malaysia.
English:
How to Get Inspiration on Writing?
IN MANY discussion or writing workshops, questions often arise about the source of inspiration. Many authors-or prospective authors-can not start or continue writing for reasons of no idea, the idea is dry, inspiration stuck, badmood, and the like. In essence, there is no writing activity. Such obstacles must be experienced by all writers. Beginners or seniors. The difference is, there are writers who keep writing even though there is no inspiration, there are writers stop and wait for inspiration, there is also an active and creative looking, digging, even have a standard mechanism in managing inspiration.
Well, what about you? Enrolled in a class of writers who depend on inspiration or who administers inspiration?
Binding inspiration
Inspiration according to Big Indonesian Dictionary (KBBI) is inspiration. Approximately a lull that appears and becomes an idea or idea to write. Inspiration is not a writing. As good as an inspiration-if only to stop in the inspiration-is worth nothing. The inspiration sometimes appears instantly, whuzzzz ...! Keep disappearing. Hence, the inspiration that appears should be bound.
How to bind inspiration?
That inspiration can appear anytime, anywhere, and in any way. Arswendo Atmowiloto in the book Mengarang is Easy to mention many inspirations milling around us. To capture it, we must prepare all the senses. Catching inspiration means writing it in a notepad, in a device, or anywhere. Anyway, any effort we make to make that idea become a story. If you write it directly, it's better. But because inspiration can appear anywhere anytime, it takes a little effort to tie it by taking notes. When you're hanging out in the toilet and the inspiration shows up, you can not just write right away. Most noted it first-though only a line of sentences. A line of that sentence is a story that can be hundreds of pages long when it becomes a novel.
Reportedly, the famous short story writer Robohnya Surau We, AA Navis, often get the idea when hanging out in the toilet. As a result of his habit, the writer from Padang, West Sumatra, was to suffer from hemorrhoid. I myself also often get the idea in the toilet. Hence, the toilet in my house including corners that must always be fragrant and clean. I also often stick a paper containing ideas on the toilet wall that makes the wife often angry.
The bathroom is the area that makes our minds full of weightlessness. Remember the case of Archimedes who discovered the volume theory when getting orders to measure the weight of gold content in a rock. Upon entering the bathup, the water inside was spilled and ... "eureka ..!" I found it! Without realizing it he ran naked to the street for discovering a great idea.
The writer Kurnia Effendi has a habit of writing a title when inspired. The title for him keeps a story complete with the conflict. In writing later, the title can change, according to the needs of the story. "By writing the title, I maintain the integrity of an idea," says Mas Keff, a familiar greeting of Kurnia Effendi whom I consider to be one of my writing masters.
So when it comes, do not let it pass. Could be later will be forgotten or brilliant idea is not whole anymore.
Out of habit
Inspiration is never exhausted, it is we who do not catch the inspiration came. This world and all its contents is an ocean of never-ending inspiration. To be able to manage it, it takes perseverance from positive habits that are nurtured constantly to become characters. So, from now on build a habit of managing inspiration.
First, a diary can be a source of inspiration in writing. Diary is not only a means of binding ideas, can also be a form of exercise in pouring ideas. There we are not burdened with the beauty of language or haunted by the rejection of the editor. We become writers and editors at once. Some say, diary is also a therapy for mental shock. It could be true. If shy diary read someone else sometime later, change the style of writing as if it was fiction. Until now, I still often write travel notes in a diary.
Secondly, books and anything we read can be a source of inspiration. Hence, a good writer is a good reader.
Furthermore, personal experiences and others can be a source of inspiration. The movies we watch, the songs we hear, even dreams can be a source of inspiration. When I attended Lhokseumawe State Polytechnic (1993 - 1996), I had to finance my own lecture through writing. Somewhat a bit push yourself to get ideas so that every sleep, there are always pens and small books to record a dream that is not easily forgotten.
Train the sensitivity to capture all the inspiration. Take notes, create an outline, do some research if necessary, then write. The problem is not the inspiration of death, but the self-restraint of laziness.
Personal experience must of course be placed in the top sequence in getting ideas for writing. Writing based on the idea itself will be easier, flowing smoothly because we live to pour what we experience in the form of writing.
In addition to the experience itself, the experience of others can also be a source of inspiration. Since a long time, several short stories published in the media I get the idea from the experience of others or it could be from the experience of his friend. My friend did not experience it, but only heard the story of his friend, like the Commander's Ear story published in Media Indonesia newspaper which I got his story from Masriadi Sambo, one of the writers and journalists of Aceh.
There is an advice that I love. He said, do not wait for the new rich of charity. Give alms, then we will be rich. Do not wait for a happy new smile, smile then we will be happy. And do not wait for new inspiration to write, write then the inspiration will come.
Similarly Steemians Indonesia our discussion of the idea of writing. May we never dry ideas in writing. Hopefully the idea is endless like water in the middle of a vast ocean. []
Note: This article I get from some writing material that I give.
upvoted, but no english translation ?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Please apology me, Lena. Here's an article on how to get an idea or inspiration for writing. I am afraid to translate it because it will make you more disappointed. But I try specially for you, for you. Perhaps the translation is disappointing, but the important thing is that you can capture the contents. Thank you for opening this article. Thanks for giving vote. Thank you for everything. You are the best girl in the world.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
And lots of coffee ;-)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Yup, for a coffee man. I like some milk. Thanks a lot for comment and great vote.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @ayijufridar! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on any badge to view your own Board of Honnor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thanks a lot.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
@ayijufridar andalah orang pertama yang jadi cemeti jiwa bagi saya. ya...!! Cemeti jiwa orang yang papa akan inspirasi dan kosa kata yang mati suri selama ini. Saya, ya saya..mulai malam ini akan mulai melirik pada satu titik inspirasi dalam berimajinasi untuk menulis. Anda, ya.. anda@ayijufridar izinkan saya membuka pintu silaturahmi untuk saling menjalin ukhuwah sebagai guru dan salik. Izinkan saya menjadikan anda sebagai cemeti jiwa saya untuk menulis "Guru.."
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
berarti setiap penulis memiliki ciri khas dan kebiasaannya masing-masing ya, hehe
postingan yang menginspirasi ni..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Legend itu bang @ayijufridar
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
terimaksih untuk motivasinya bg,,
saya jadi semangat menulis karena tulisan abg ini,,,
terimakasih banyak bg,, untuk ilmunya.....
smg kita bs mnjadi teman bg....
slm knl bg...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit