Awan mendung, bagai langit hendak berkisah, bahwa hujan akan menyapa penduduk bumi.
Tidak jauh dari pandangan mata, sosok ombak berkejaran silih berganti menggapai pantai. Sekilas, Pantai Ujong Blang Lhokseumawe di kota yang pernah
masyhur dengan sebutan Kota Petro Dolar itu bagai lukisan maestro saja.
Makin di lihat, betapa panaroma ombak berkejaran dan berlomba-lomba menghantam tanggul penahan agar air tidak tumpah ruah ke jalan jaraknya sangat dekat dengan jalan umum yang di lalui oleh masyarakat.
Pantai Ujong Blang Lhokseumawe, Foto Helmi Abubakar
Dari pemandangan indah laut ciptaan Allah SWT itu juga terlihat cerobong-cerobong dan tangki gas PT Arun, dan dari kejauhan juga terlihat para nelayan yang sedang melempar jaring di tengah laut.
Pantai ini banyak dikunjungi masyarakat untuk melepaskan rindu hiburan dan menghilangkan penat bersama keluarga. Sebagian mereka ada juga yang berkeinginan sekedar untuk menikmati semburan matahari pagi, ada pula yang sekedar menghibur diri sambil mendengar kecipak air laut menabrak tanggul ombak.
Menelusuri geografi wilayah Pantai Ujong Blang, disebutkan daerah tersebut terhampar dari muara sungai Cunda (Kuala Cangkoi) yang meliputi empat wilayah desa: Desa Ujong Blang, Ulee Jalan, Hagu Barat Laut, dan Desa Hagu Tengah.
Namun sangat disayangkan pantai masih alami itu tidak di kelola dengan fasilitas yang lumayan, juga banyak situs sejarah di sana yang kurang mendapatkan perhatian pemerintah setempat, seperti Kurok-Kurok alias bungker pertahanan pada masa penjajahan Jepang dulu.
Kurok-Kurok dalam bahasa Aceh sebagai benteng peninggalan Jepang itu.
Bentuknya sangat sederhana dan tidak semegah Tembok Besar Cina. Ukurannya kira-kira hanya 2×3 meter. Kurok-Kurok berkontruksi beton itulah tempat pertahanan Pasukan Jepang yang mendarat ke Aceh sekitar tahun 1942 dulu lebih kurang terdapat enam lokasi kurok-Kurok tersebut diseputaran pantai Ujung Blang.
Sungguh sangat disayangkan peninggalan yang bernilai sejarah dan wisata itu luput dari perhatian pemerintah kota Lhokseumawe.
Kota Lhokseumawe merupakan intepretasi dari ‘lhok’ bermakna dalam, teluk, atau palung laut. Sedangkan ‘seumawe’ bermakna” ieu meupeuta” (air yang berputar-putar) atau pusat mata air pada laut sepanjang lepas pantai.
Akankah juga selalu “meupeuta-puta” alias tidak ada perhatian pemerintah terhadap berbagai persoalan dan problema baik dalam masyarakat dan pemerintah di kota itu?
Wallahu ‘Alam Bishawab
DQmaQJW2tAadtfHNXnvVV8FfXEURyou3irKqTk3UC9fjD86.jpeg
http://www.acehtrend.co/ketika-pantai-ujong-blang-membelai-ingatan/
*******************--***************************
Clouds clouded sky looks about to the story, that the rain will greet the inhabitants of the Earth.
Not far from the eyes, chasing each other successive waves figure reaching the beach. Ujong Blang Beach at a glance, Lhokseumawe in the town ever
renowned as the city of Petro Dollars that's like painting maestro only.
Makin in view, how panaroma waves chasing each other and vying to hit the embankment retaining water so not grieved to the road the distance is very close to the public at the hitchhiking community.
Ujong Blang Beach Photo Lhokseumawe, Helmi Abubakar
Beautiful sea views from the creation of God ALMIGHTY that too visible a chimney-chimney gas tank and PT Arun, and from a distance also looks to the fishermen who are throwing nets in the midst of the sea.
This coast visited the community for releasing nostalgic entertainment and removes the tiredness with the family. Some of them have also wished merely to enjoy the morning sun bursts, and others simply entertain themselves while hearing the kecipak sea water crashed into the embankment of the waves.
Browse the Ujong Blang Beach area geography, referred to the area of the mouth of the river Moselle Cunda (Kuala Cangkoi) covering four areas of the village: the village of Ujong Blang, Ulee Jalan, North-west Hagu, and the village of Hagu.
Unfortunately it's not pristine beaches at manage with the fair, as well as many historical sites there are scant attention to local governments, such as Kurok-Kurok a.k.a. bunker Defense during the occupation of Japan It used to be.
Kurok-Kurok in Aceh that Japan remains as a fortress.
The shape is very simple and not as majestic as the great wall of China. Its size is roughly a 2 × 3 metres. Berkontruksi Kurok Kurok-concrete that defense forces of Japan that landed to Aceh around the year 1942 there were six more or less used to be the location of the diseputaran Kurok kurok-the beach end of Blang.
It is unfortunate that the relics of historical value and it escaped the attention of the Government of Lhokseumawe.
Lhokseumawe is an interpretation of ' meaningful ' in lhok, Bay, or sea trench. While the ' meaningful ' seumawe "ieu meupeuta" (the water spiraling) or springs in the center of the sea along the offshore.
Will also always "meupeuta-puta" aka no caution the Government against various issues and problems both in the Community Government in the town of it?
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.travellink-indonesia.com/2017/02/menikmati-kedamaian-di-wisata-pantai.html
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit