Thanks to All My Friend: Terima Kasih Sudah Meluangkan Waktu untukku

in writing •  7 years ago  (edited)

IMG20180424105249.jpg

Akhir pekan lalu aku ke Bireuen untuk main sepeda, usai acara aku nggak langsung kembali ke Banda Aceh karena ada urusan pekerjaan di Bireuen dan Lhokseumawe. Selesai urusan di dua kota itu malah lanjut sampai ke Idi Rayek, Aceh Timur karena ada urusan lain. Alhamdulillah siang tadi, Jumat, 27 April 2018, selesai satu tahap urusannya. Untuk tahap berikutnya sudah dilimpahkan kepada seseorang yang patut menerima limpahan masalah hahaha.

Sore tadi, sembari menunggu jemuran yang tak kering-kering karena dijemur menjelang senja, aku mengeluarkan si Lapie, mencoba mengetik sebaris dua baris kalimat. Hitung-hitung sebagai relaksasi jari setelah kelelahan karena mencuci manual dan menceduk air dari sumur kedalaman delapan meunjeng menggunakan timba. Ini penting diceritakan sebagai bagian dari sensasi pulang kampung hahaha. Sudahlah musim kemarau, ee... mesin pompa air di rumah nenek ngadat pula. Alhasil, jari-jemari yang selama bertahun-tahun cuma bersentuhan dengan tuts keyboard ini, harus bergumul dengan tali timba. Perih cyiiinnn.... babak belur telapak tangan eikeh yang lembut seperti sutra dan lentik seperti bulu mata artis yang itu hihihi.

Baru dua paragraf menulis, bibiku yang baik budi tiba-tiba meminta tolong supaya aku ke kedai. Membeli sayur, ikan, berambang, minyak goreng, dan bahan dapur lainnya. Cerita yang tadi sudah mengapung di kepala terpaksa ditutup kembali seperti aku menutup layar si Lapie yang sudah kadung turn on.

Barulah menjelang tengah malam ini aku buka kembali layarnya, setelah semua pemilik mata di rumah ini sudah terpejam. Kalau aku, karena manusia nokturnal, jam segini mataku justru masih bulat-bulat kelereng. Tadi malah sempat menggelinding ke bawah meja dan bikin aku kelimpungan mencari ke sana-ke mari seperti mencari alamat palsu.

Di edisi kali ini, maksudnya di postingan ini, yang kutulis dengan banyak sekali ujian ini --ujian dari grup gowes, hari Minggu ini ajak main jauh, ee akunya masih di luar kawasan, hiks-- aku cuma ingin hola-hola belagak jadi pejabat di atas panggung. Ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua teman-teman yang sudah menjadi sponsor selama di Bireuen dan Lhokseumawe.

Thanks to Kawan-kawan di Bireuen

WhatsApp Image 2018-04-22 at 5.53.45 PM.jpeg

Ini adalah tiga dara asal Kota Juang, Bireuen yang tergabung di grup Srikandi Komunitas Steemit Indonesia. Masing-masing dari kiri ke kanan, Kak @ijas.jaswar, Irma, dan @ima-iqlimayani. Terimakasih atas kesempatannya menerima kedatangan saya di Kota Bireuen yang bohai. Sejak tahu rencana mau pergi ke Bireuen, aku memang sudah heboh sendiri di grup. Merasa diri seperti artis yang sudah ditunggu banyak penggemar di setiap kota hahaha. Padahal, yang selalu menungguku itu ya cuma dia. Ya, cuma dia. Siapa dia? Nantilah di episode lainnya aku buka kodoknya, eh, kedoknya. Kedoknya atau kodaknya?

Dalam pertemuan dengan tiga dara itu sebenarnya juga ada beberapa pria seperti Bang Bahagia Arbi, Bang Albert Jester, Bang Tin Miswari, dan ada satu lagi yang aku enggak tahu siapa namanya.

Alkhususan untuk Ima, thanks berat sudah memberikan saya penginapan gratis di rumahnya di Blang Blahdeh. Ima yang sudah berbaik hati menemani saya nongkrong malam-malam di Starblack Coffee untuk bertemu dengan Novi dan Verry, pasangan suami istri yang asli keren abis. Sangat inspiratif dan kompak. Sampai-sampai di tengah wawancara dengan mereka aku sempat membayangkan seseorang dan rencana project kami.

Pulangnya sudah larut, masih harus menemani saya cari sate karena kelaparan tingkat akhir. Besoknya, lagi-lagi Ima harus mengantarkan saya ke WD Coffee untuk bertemu seseorang. Tapi siang itu karena Ima lupa make up-an, Ima nggak ikut mampir. Di situlah saya baru sadar, perempuan sejati itu ya yang seperti Ima hihihi. Kalau saya, jangankan tanpa make up, tanpa bedak pun hayuk saja ke kafe hahaha.

WhatsApp Image 2018-04-23 at 3.48.27 PM(1).jpeg

Nah, kalau yang ini pertemuan di WD Coffee Bireuen di Jalan Rel Kereta Api. Aku takjub pada geliat Kota Bireuen yang sekarang. Banyak kafe-kafe keren yang asyik sebagai tempat nongkrong, salah satunya ya WD Coffee ini. Di sini aku janjian sama Rifqi (baju merah), inisiator Balai Baca dengan program andalannya Mugee Baca. Aku juga janjian dengan Tebo (baju biru), teman Facebook yang selama ini cuma berinteraksi melalui dunia maya. Tebo adalah teman yang asyik, aku suka tulisan-tulisannya yang berbau sastra. Di sebelah Rifqi sebenarnya juga ada cowok keren, namanya Faisal, tapi penampakannya terhalang oleh Rifqi.

Thanks to Para Sohib di Lhokseumawe

Usai agenda bertemu Rifqi di WD Coffee, aku minta tolong Tebo diantar ke terminal. Tujuanku selanjutnya adalah Kota Lhokseumawe. Ada agenda utama yang menjadi tujuanku ke kota eks petro dolar itu. Sebelum sampai di Lhokseumawe, aku sudah menghubungi Asmaul Husna, Koordinator Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Lhokseumawe. Apalagi kalau bukat untuk 'menawarkan' diri menginap di rumahnya di Krueng Geukueh. Kadang-kadang menjadi pejalan itu harus tebal muka, setebal tas backpack yang kubawa hari itu hahaha. *tutup muka pake helm sepeda.

Setelah dua jam naik kendaraan umum L300, sampailah aku di Simpang Empat Krueng Geukuh bertepatan dengan kumandang azan Magrib. Berselang menit kemudian tampak Asma menjemputku, kami pun segera meluncur ke rumah Asma.

Malamnya Asma yang baik hati dan ternyata sangat terkenal di Lhokseumawe itu, menemaniku bertemu dengan teman masa kecilku. Namanya Linda, tinggal di belakang Masjid Bujang Salim. Sayangnya aku lupa foto dengan Linda. Sampai di sini aku kok merasa setengah-setengah jadi generasi milenial. Aku rasanya lebih suka memotret masakan racikanku yang tidak seberapa mana ketimbang foto dengan orang-orang yang kutemui. Alhasil, tak bisa kupamerkan foto sahabatku yang baru saja melahirkan anak ketiganya itu.

Selasa siang, aku bertemu dengan Zulfikar dan Bang @zainalbakri. Dua pria dengan inisial Z ini termasuk orang-orang penting buatku. Coba tebak yang mana di antara mereka yang menjadi 'Zenja' hahaha. Kami nongkrong di Taufik Kopi 2 yang sejak kami datang hingga pergi dipenuhi para pria berseragam cokelat khas awak Pe eN eS.

WhatsApp Image 2018-04-24 at 12.13.06 PM.jpeg

Aku sebenarnya nggak percaya diri untuk tempel foto ini di sini. Foto ini kuambil dengan kamera Bang Zainal yang super canggih, hasilnya wajah kami (ku) jadi super duper kinclong seperti habis didempul di salon hahaha. Tapi nggak apa-apalah ya...memang muka kita orang pada mulus-mulus, kek mana mau kita buat ya kan?

Aku dan Bang Zainal Bakri sudah berteman sejak 2005, lama sekali kan? Dengan Zulfikar mulai berteman sejak 2013 (mungkin) karena kami pernah bernaung di tempat kerja yang sama. Sedangkan dengan Asma (coba tebak Asma yang mana?) baru berteman beberapa bulan lalu. Pertemuan kami di pertengahan Januari di meet up KSI Chapter Banda Aceh. Artinya, ini pertemuan kedua dengan Asma, tapi aku sudah berhasil tidur di tempat tidurnya. Kalian ada bisa begitu? :-D

Dari Taufik Kopi 2 kami bergerak menuju EQ Kafe di kawasan Pardede. Nama yang unik. Agak segan awak tulisnya, takot pulak ada yang tersinggong ya kan? Tapi kata Zulfikar, kawasan di dekat pantai itu namanya memang itu, Desa Pardede. Iyahhh diulang lagi. Bang Zainal sudah pamit undur diri, sebagai gantinya datanglah seorang pria tampan berseragam cokelat yang namanya sudah lupa pulak. Heran deh kok bisa lupa, padahal waktu kenalan pakai jabat tangan lagi. Mungkin kurang erat jabatnya, dan enggak pakai kelitik-kelitikan waktu itu.

IMG20180424134450.jpg
Nggak tega sama paha itu...

Jadwal anak mudi padat sangat memang, hampir tak sempat ambil nafas. Dari EQ Cafe kami bergerak menuju Literasi Kafe di kawasan Ujong Blang. Inilah tujuan utamaku ke Lhokseumawe, bertemu pemiliknya yang tak lain tak bukan adalah teman SMP-SMA saya di Idi Rayek. Di kafe ini aku duduk sampai azan Magrib berkumandang. Duh, siapa sih yang enggak betah duduk di kafe yang dekat pantai, di bibir Selat Malaka, bisa lihat kapal lalu-lalang di laut, sambil menikmati kopi dan chatting riuh dengan seseorang yang jauh di mata dan dekat di hati. Saking dekatnya hati kami sudah menyatu, tapi karena kami harus berjauhan hatinya saya potong jadi dua. Padanya setengah, padaku setengah, pesan-pesan lucu menggemaskanlah yang menyatukan dua potong hati itu hahahah.

IMG_0842.JPG

Wanita yang selalu berbahagia berfoto bersama pemilik Literasi Kafe Azhari dan Juanda Manaf. Kalau diperhatikan keduanya agak-agak mirip, dan setelah cek ricek Pak Azhari itu ada meusawiek kawom bacut dengan istri pamanku yang berasal dari Ujong Blang. Aduh....untung tadi waktu di kafenya aku nggak bersikap malu-maluin. Malam itu, minta tolong diantar Zulfikar, aku pulang dan menginap di rumah paman di Banda Masen.

Di Kota Lhokseumawe ternyata banyak teman yang bisa kutemui. Entahlah, rasanya tak ada beda antara Lhokseumawe dengan Banda Aceh, tinggal datang ke warung kopi saja maka satu persatu teman-teman akan bermunculan. Dengan modal niat itulah, pada Rabu pagi aku minta diantar paman ke Station Cafe sebelum mengisi acara di Sukma Bangsa pada pukul dua siang.

Benar saja, tak lama setelah aku di Station, berbekal informasi di media sosial, Fadel langsung nyamperin ke mejaku. Jadilah siang itu dua sekawan yang selama ini cuma berbalas pantun di media sosial bertemu di dunia nyata. Aku beruntung bertemu dia sekarang, sudah jadi toke dia, kopi pesananku pun ditraktir dengan dia. Lewat Fadel aku juga berkenalan dengan Bukhari Sulaiman, steemian asal Pasee yang bernaung dalam wadah Nanggroe Steemit Community. Dari Bukhari aku dapat ilmu baru tentang Steemit, luru kiri kanan, besar kecilin font.... yihaaaaaaaa!!!

31353700_1786765761345413_7697014344315305984_n.jpg
Bersama Fadel mantan wartawan The Globe Journal, yang setelah panjang lebar cerita tiba-tiba tanya gini 'apa punya memori sekuntum rindu dengan @hayatullahpasee?' hahahha

Rejeki nomplok siang itu adalah, Fadel lantas mengajakku makan siang ke warung Aceh di samping Black Castle, lalu setelah itu dia mengantarku ke Sukma Bangsa dengan mobil merahnya. Aduh, ini rasanya kok indah kali ya, si penyka warna merah yang hari itu bawa helm merah, ransel merah, tas merah, sepatu merah, naik mobil merah.

Pukul empat sore usai acara di Sukma, sang bapak kepala sekolah, Pak Zubir Agam, mengantarkanku ke Black Castle. Aku memang ada membuat janji dengan anggota Srikandi KSI lainnya, sengaja kupilih warung kopi yang lain demi merasakan sensasi warkop di Kota Lhokseumawe. Dan siapa sangka di warkop ini aku kembali bertemu dengan Fadel dan Bukhari, ada juga Bang Imran Pase.

WhatsApp Image 2018-04-25 at 8.33.06 PM.jpeg
Dengan Nana, @iamrifk dan Saiful (bertopi)

Barulah pada pukul setengah delapan malam Rifki tiba di Black Castle. Janji temu dengan Rifki sebenarnya mendadak, menjelang magrib hari itu tiba-tiba dia muncul di postinganku, setelah memastikan dia ada di Lhokseumawe aku lantas mengajaknya ketemuan. Rifki datang bersama temannya Saiful. Menyusul kemudian Azharul Husna, yang anggota FAMe. Aku yang harusnya sudah cabut menuju Idi Rayek pada pukul delapan, terpaksa mengulur waktu hingga pukul sembilan. Kami pun mengobrol secara padat diselingi canda dan tawa khas anak-anak muda jomblo bahagia. Pertemuan malam itu terpaksa kami sudahi karena aku nggak mau terlalu malam berangkat ke Idi. Dan dengan baik hati Husna alias Nana mengantarkanku hingga ke peraduan, eh, maksudnya sampai ketemu L300.[]

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Nice trip yang memang pantas untuk dikisahkan. Pergi ke banyak tepat dan berjumpa ramai orang memang mampu membuat suasana hati makin gembira dan umurpun serasa 10 tahun lebih muda, hahaaa ..

Dan, terima kasih sudah memasukkan kami sebagai bagian indah didalamnya. Semoga berjumpa lagi dilain kesempatan 😍😊

hahahha betul Kak Ijas..... sayang kita cuma sempat ngobrol sebentar yaa

Memory sekuntum rindu ya?
Hahaha🙈🙈

Hahaaa... Sudah lama nggak dengar istilah itu...

Ecieeeee yang roadshow jumpa fans..ckckckck.

Hushhhh hushhhj jangan recok hahaa

Hahaha ketwa sendiri ni bca cerita kak ihan, bahasanya itu, ah lope2 kak Ihan.
Jadi zenjanya yg mana ni kak? 😂😂

Tpi ada sedihnya juga, ga jadi jumpa kk rabu sore 😢

Itulah... Padahal sore itu aku ke BC cuma buat ketemu Zulfa

Cuaca tidak menjodohkan kita kak Ihan.🙏

Wadus han, ga kuat diplototin ihan. Tapi kubiarkan aku mati dengan siksaan matamu, apalah!😅

Entah iyaaaa hahaaaa

Hahahahaha,tanpa make up gerak ku terbatas kak,kpn² kesini lagi ya🤗

Insyaallah ya... Udah tau rumahnya kan udah asyik...

Jangan lah di delikkin kami...Atut😄

Aduhhhh tau ada yang takut saya mendelik lebih gede hahaaaa

Cerita yang sangat menarik dan mengesankan, namun sayang tak ada diriku dlm cerita itu. Hick

Nanti kita bikin cerita yang lain...

Ih serunya..

banget....

Wedeh... Seru ya kak. Merasa seperti artis, ditunggu kedatangannya. Jalan sana ada fans, jalan ke sini ada fans. Gak lama lagi nasib kakak akan berubah nih. Jadi artis dadakan 😊

hahahahha hayo hayooooo kita harus segera ketemu nihhh

Ayo... Kak👏👏

Kak Ihan makin cantik aja yaa

Hahaaa iya... Kalau makin ganteng ngeri kan?

oke dehh, kapan2 bisa ketemu lagi ya 😂🤗

Insya Allah... nanti kalau ke Banda kabari ya?

oke mbakk

agak batuk saya. rupanya 'diteuoh' sama Ihan.

Ngeri kalau diteuoh Ihan...

dikit. hehehe