Syech Zahid dan Keajaiban Rezeki/Sheikh Zayed and the Miracle of sustenance (Bilingual)

in writing •  6 years ago 

Kisah ini saya dapatkan dalam sebuah ceramah Agama, namun saya lupa dimana tempatnya dan cukup inspiratif.

This story I got in a religious lecture, but I forgot where the place and quite inspiring.

Syech Zahid adalah seorang hamba yang taqwa, taat beribadah serta rajin membaca dan menerjemahkan Al-Qur’an, suatu hari beliau berniat untuk membuktikan kebenaran tentang karunia rezeki yang tidak henti dari Allah SWT kepada hambanya yang tersebut beberapa kali dalam Al-Qur’an.

Syech Zahid is a devoted servant, obedient worshiper and diligent in reading and translating the Qur'an, one day he intends to prove the truth about the endless gift of sustenance from Allah SWT to his servant several times in the Qur'an.

Maka berangkatlah Syech Zahid mencari tempat yang sunyi, beliau menuju sebuah gua yang jauh dari keramaian ditengah padang pasir dan tidak pernah dilintasi manusia itu.

So Syech Zahid set out for a deserted place, he went to a cave far from the crowd in the middle of the desert and never crossed the man.

Setelah tiba, Syech Zahid memasuki gua dan duduk diam di sana selama beberapa waktu; Beberapa saat kemudian datanglah sekelompok kafilah dengan menunggangi unta, yang tersesat dan ingin berlindung dari hujan ke dalam gua tempat Syech Zahid bersembunyi dari keramaian.

Upon arrival, Syech Zahid entered the cave and sat there for a while. A few moments later came a group of caravans riding a camel, lost and wanted to shelter from the rain into the cave where Syech Zahid hid from the crowd.

Pimpinan kelompok kafilah yang berjumlah tujuh orang itu mendekati Syech Zahid yang sewaktu mereka datang berteduh didalam gua hanya duduk diam dan berpaling muka dari mereka.

The leader of the seven-caravan group approached Syech Zahid when they came shelter inside the cave just sitting still and looking away from them.

Pimpinan kafilah atau kelompok pedagang itu mendekati dan bertanya letak dan arah kota terdekat dari gua tempat mereka berteduh, namun Syech Zahid tidak menjawab dan terus diam, walau beberapa pertanyaan dan keramahan yang ditunjukan oleh mereka.

The caravan leader or merchant group approached and asked the location and direction of the nearest town from the cave where they were staying, but Syech Zahid did not answer and kept silent, despite some questions and hospitality shown by them.

Sehingga pimpinan kafilah itu beranggapan bahwa orang ini dalam keadaan lapar dan haus, maka tidak mampu bicara dengannya, maka ditawarkanlah makanan dan minuman kepada Syech Zahid olehnya, Namun Syech Zahid tetap diam dan mengacuhkan tawaran makan itu.

So the caravan leader assumed that this man was hungry and thirsty, unable to speak to him, then offered food and drink to Syech Zahid by him, but Syech Zahid remained silent and ignored the offer of the meal.

Lalu, tanpa menawarkan lagi pimpinan kafilah tadi menyajikan satu porsi makanan di depan Syech Zahid dan mempersilahkan beliau untuk makan namun jangankan memakan makanan itu bahkan tidak dilihat olehnya.

Then, without offering again the caravan's leader had served a serving of food in front of Syech Zahid and invited him to eat but did not eat the food he did not even see it.

Salah seorang rombongan kafilah berpendapat, barangkali karena lama tidak makan, maka tangan orang itu sudah lemas tidak mampu untuk mengambil makanan, maka langsung saja anggota rombongan kafilah itu mengambil makanan tadi dan menyuapkan kepada Syech Zahid.

One of the caravan contendants argued, perhaps because of the long absence of food, the hand of the person was limp not able to take the food, then immediately the members of the caravan entourage took the food earlier and feed into Syech Zahid.

Namun Syech Zahid tidak membuka mulutnya dan terus saja diam, sampai pimpinan rombongan itu meminta agar membuka paksa saja mulutnya, karena mungkin membuka mulutpun juga sudah tidak mampu. Sebutnya.

But Syech Zahid did not open his mouth and kept silent, until the leader of the entourage asked to force his mouth open, because it may open the mouth also was not able. Call it.

Kemudian anggota rombongan itu membuka bungkusan dan mengambil pisau untuk membuka mulut Syech Zahid, karena dia berfikir mungkin gigi orang ini telah merapat sehingga diperlukan pisau untuk mengorek giginya.

Then the entourage opened the package and took the knife to open the mouth of Syech Zahid, because he thought maybe this guy's teeth had been docked so it takes a knife to scratch his teeth.

Tiba-tiba Syech Zahid tertawa lebar dan mengejutkan rombongan kafilah itu, ternyata anda tidak lemah dan kelaparan sebut pimpinan kafilah tadi, ya saya memang tidak lemah dan kelaparan, saya hanya sedang berdiam diri ditempat yang sunyi dan jauh dari keramaian untuk memcari tahu bagaimana cara Allah menyampaikan rezeki kepada hambanya.

Suddenly Syech Zahid laughed and surprised the caravan group, you were not weak and hungry call the caravan's leader, yes I am not weak and hungry, I am just silent in a quiet place and away from the crowd to find out how God delivering sustenance to his servant.

Saya mohon maaf, karena telah merepotkan kalian sebut Syech Zahid dan ternyata ditempat yang terasing ini, Allah juga menyampaikan rezeki kepada saya melalui perantaraan kalian, maka dimanapun kita berada rezeki itu senantiasa ada dan tidak ada makhluk yang terlantar dalam waktu yang lama, sebut Syech Zahid.

I apologize, for having troubled you call Syech Zahid and in this alien place, Allah also deliver sustenance to me through your mediation, wherever we are sustenance is always there and no creature abandoned in a long time, call Syech Zahid.

Kemudian Syech Zahid mengantar rombongan kafilah itu kekota terdekat untuk melanjutkan perjalanan mereka untuk berdagang dan mencari rezeki karunia Tuhan.

Then Syech Zahid escorted the caravan party to a nearby town to continue their journey to trade and seek the sustenance of God's grace.

Demikian kisah Syech Zahid seorang sufi yang mencari bukti kebenaran bahwa rezeki makhluk senantiasa ada dan tinggal lagi kita sebagai hamba untuk senantiasa berusaha dan sabar atas cobaannya.

Thus the story of Syech Zahid a Sufi who seeks proof of the truth that the sustenance of beings always exist and stay again we as servants to always try and be patient for his ordeal.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kisah inspiratif yang bagus.

Maaf gak resteem

Tak masalah.

Postingan yang sangat bagus.juga ceramah yang sangat mengagumkan.semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Trims @sdin