Ini Alasan Mengapa Saya Menulis. Anda apa?

in writing •  7 years ago  (edited)

Tentu saja ada alasan pada setiap perbuatan yang kita lakukan. Begitupun menulis. Ada banyak faktor yang menjadi dasar dari mengapa kita menuliskan suatu hal. Setiap penulis punya alasan yang berbeda-beda, sehingga membuat warna tulisannya pun berbeda dari penulis lainnya.

image

Menulis adalah bagian dari aktivitas saya. Mengapa saya menulis? Setelah saya berpikir, ada beberapa alasan yang membuat saya senang berada dalam dunia penulisan ini.

1. Menulis Adalah Hobi

Kesenangan saya terhadap dunia penulisan ini sebenarnya sudah dimulai sejak saya lancar menulis dan membaca. Ini mungkin menjadi alasan awal mengapa saya tidak bisa terlepas dari dunia ini. Asing rasanya jika tidak menuliskan sesuatu, meskipun tidak berbakat-bakat amat.

Sejak saya duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, saya sudah hobi mengoleksi buku-buku diary cantik dan menuliskan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari saya. Biasanya sih, curahan hati. Ketika saya senang, saya tuliskan. Begitu pula ketika sedang sedih ataupun kesal dengan teman-teman. Dulu, pernah juga dengan polosnya saya menuliskan tentang rasa kekaguman saya terhadap seorang sosok, di buku catatan sekolah saya. Sehingga pada akhirnya justru menjadi bahan candaan teman. Haha.

Hobi ini terus berlanjut hingga saya duduk di bangku magister. Saya tetap hobi menulis diary, atau menulis di blog pribadi. Sehingga kalau dikumpulkan, koleksi diary itu bisa sampai sekotak besar. Yang pada akhirnya, diary itu sebagian besar justru saya buang setiap saya naik jenjang ke pendidikan selanjutnya. Karena saya merasa malu, pada tulisan dan curahan hati yang terlalu blak-blakan itu. Haha :D

Hobi menulis ini memberikan hikmah tersendiri. Saya dapat mengukur kualitas dan perkembangan kemampuan menulis saya di setiap jenjang pendidikan yang telah saya lalui. Dari yang kekanak-kanakan, alay, melankolis, motivator ala-ala, puitis bak seorang Khalil Gibran, hingga gaya tulisan intelek ala-ala Kompasiana.

Hingga saya punya kesimpulan bahwa kemampuan dan gaya menulis seseorang itu memang sangat berkaitan dengan konteks usia dan kematangan. Begitupun dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya.

Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya.

image
sisa-sisa diary yang tertinggal

2. Membangun Personal Branding

Agar saya dapat dikenal sebagai sosok dengan citra tertentu, maka saya harus menulis. Saya bukan artis, politikus, atau aktivis yang dikenal oleh khalayak ramai. Tapi (mungkin) lewat tulisan, orang-orang akan mengenal saya sebagai seorang sosok.

Lewat tulisan, saya ingin membangun personal branding bagi diri saya sendiri. Sebagai sosok yang cinta dengan isu-isu sosial, perkembangan media, dan keberadaan perempuan. Saya ingin orang mengenal dan menilai saya melalui tulisan yang saya tulis. Tulisan adalah dunia yang saya punya. Dunia yang orang lain pun mampu melihat saya.

3. Menulis untuk Mengasah Kemampuan dan Aplikasi Teoritis

Ketika saya mampu berpikir, namun tidak saya tuangkan, itu artinya saya gagal mengaplikasikan pemahaman saya tentang pengetahuan yang saya dapatkan. Pengetahuan yang saya terima mungkin akan hilang begitu saja setelah saya dapatkan.

Salah satu cara untuk mempertahankan pengetahuan adalah dengan menyampaikannya kembali. Baik secara lisan atau tulisan. Lisan mungkin akan membuai begitu saja ketika kita sampaikan, berbeda dengan tulisan. Menulis dapat menjaga pengetahuan secara abadi, dan mengasahnya dengan bertambahnya pengetahuan lain. Karena ketika menulis, kita pasti akan kembali mencari tau lewat membaca.

Oleh karena itulah, saya harus menulis. Agar ilmu yang pernah saya dapatkan bisa saya simpan dalam catatan pribadi. Sehingga dapat dibaca kembali, di waktu-waktu lainnya.

4. Mengukir Sejarah Diri

Orang boleh pintar setinggi langit. Namun jikania tidak menulis, maka ia akan hilang dari sejarah dan masyarakat.---Pramoedya Ananta Toer.

Saya sepakat dengan quote di atas, bahwa salah satu cara agar kita dapat dikenang di masa yang akan datang nanti adalah melalui tulisan kita. Mungkin saat ini tulisan yang kita tulis tidak bermakna apa-apa, namun siapa sangka ketika kita tiada tulisan kita lah yang memberikan makna terhadap keberadaan diri kita.

Maka dengan menulis, saya setidaknya mampu menciptakan sejarah bagi diri kita sendiri. Kalau bukan kita yang menuliskan, siapa lagi?

5. Sebagai Bagian dari Kewajiban Pekerjaan

Sebagai seorang dosen, sudah sepatutnya bagi saya untuk menjalankan tri dharma perguruan tinggi, yaitu: pengabdian, pengajaran, dan penelitian. Penelitian merupakan salah satu unsur yang harus dilakukan dengan cara menulis. Oleh karena itulah, saya dituntut untuk mampu menulis.

Menulis adalah bagian dari pekerjaan saya. Seorang dosen dianggap punya kompetensi dan prestasi ketika ia mampu membuat tulisan ilmiah secara rutin. Menulis juga diperlukan agar menunjang jenjang karir dosen. Bahkan, tulisan-tulisan ilmiah punyai nilai yang besar untuk mendongkrak karir seorang dosen. Sebanyak apapun jam mengajar dosen, namun tanpa karya tulis ilmiah maka sama saja "nol". Karir akan stagnan, jalan di tempat.

Agar mampu menghasilkan karya tulis ilmiah yang relatif berat dituliskan, maka saya harus mampu menulis di manapun. Sehingga dengan menulis, saya mendapat pembiasaan. Terbiasa untuk berpikir, menemukan ide, dan merangkai kata-kata.

image

IMG20171211132521.jpg

Beberapa jurnal yang pernah dimuat sejak 2016-2017

6. Menulis untuk Kesadaran Sosial

Yang terakhir, saya juga punya alasan khusus mengapa harus menulis. Saya senang mengamati, senang menganalisis, juga mengkritisi gejala-gejala di sekitar yang terkadang "mengganggu" rasa idealisme saya.

Saya bukan seorang yang frontal secara lisan, karena saya tidak memiliki ilmu public speaking yang mumpuni. Maka, saya bisa menulis untuk dapat mencurahkan kegalauan saya terhadap fenomena sosial yang saya temukan.

Saya ingin berbagi, juga berdiskusi. Mungkin ada satu, dua, atau beberapa tulisan saya yang nantinya mampu memberikan pemahaman pada orang di sekitar saya.

Saya sangat berharap bahwa tulisan yang saya tulis tidak hanya menjadi tulisan kosong yang tanpa makna. Tapi tulisan yang mampu mencerahkan, menebarkan kebaikan, dan membangun kesadaran positif bagi yang membacanya.

Bukankah orang-orang terdahulu juga mampu memberikan pencerahan, bahkan perubahan besar bagi perkembangan hidup masyarakat lewat tulisannya?

Saya juga ingin bisa seperti mereka. Menulis untuk kebaikan. Menulis untuk membangkitkan kesadaran. Meskipun yang mampu saya lakukan sangat kecil sekalipun. Setidaknya saya pernah mencobanya.

image


Setiap penulis punya niat dan alasan di balik amal menulisnya. Sehingga memberikan warna yang berbeda dalam dunia tulis-menulis.
Ini adalah alasan saya. Lantas bagaimana dengan anda.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Waaah luar biasa Bu.
Kalimat terakhir membuat saya tertantang untuk menyampaikan alasan menulis dari saya 😂

Ulasannya Bagus dan lengkap kak, kalo saya pribadi menulis buat berbagi dan menumpahkan apa yang sudah penuh di dalam pikiran jadi sebuah tulisan atau postingan

Put, Kalau mau naik rangking harus gabung komunitas ya? kalau main solo gak bisa ya? perasaan masih (25) aja ni dari pertama punya akun. wkwkkw..

Ga mesti gabung sebenarnya, tapi itu cuma jadi bagian dari strategi untuk saling mendukung. Reputasi naik tergantung dari vote, sering divote dan siapa yang ngevote. Kalau mau cepat naik reputasi, harus divote yang selevel whales..yg punya steem power tinggi, bukan reputasi tinggi. Itu naiknya bisa luar biasa.
Rajin2 mancing para whales...komunitas cuma jadi jembatan aja sebenarnya, buat saling share dan vote. Tapi sama aja, dalam komunitas banyak steemian yg rendah steem power..engkol kosong jg. 😂