The histori

KUPIAH meukeutop Teuku Umar Kabupaten Aceh Barat.Topi tradisional adat Aceh ini biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat yang dikenakan kaum pria.Dipakai saat upacara-upacara adat maupun seremonial lainnya.
Kupiah meukeutop terbuat dari kain berwarna merah dan kuning.Kain dirajut jadi satu, berbentuk lingkaran.Pinggiran bawah kupiah, ada motif anyaman gabungan warna hitam, hijau, merah dan kuning.Anyaman serupa ada di bagian tengah, yang terserah kain hijau di atasnya dan kain hitam di bawah.Pada lingkaran kepala bagian bawah, ada motif yang lebih dominan, berbentuk "lam" dalam huruf hijaiyah.Namun ada garis yang menyambung antara bagian bawah dan atas motif tersebut.Motif yang sama juga ada di lingkaran kepala atas atas.Hanya saja ukurannya lebih kecil.Di bagian paling atas, ada rajutan benang putih sebagai alas mahkota kuning emas, bertingkat tiga.Warna yang dipakai memiliki makna tersendiri.Merah melambangkan kepahlawanan, kuning berarti kerajaan atau negara, hijau menandakan agama, hitam berarti ketegasan atau ketetapan hati, sementara putih keluh kesucian atau keikhlasan.Secara keseluruhan, kupiah meukeutop terbagi empat bagian.Sama seperti pada warna, setiap bagian ini juga memiliki arti tersendiri.Bagian pertama aktif hukum, bagian kedua, adat istiadat, bagian ketiga halo.Bentuk dan motif kupiah meukeutop secara umum sama.Hanya warna kain songket untuk membalut lingkaran kupiah saja yang berbeda.Warna disesuaikan dengan warna songket pada pakaian.Untuk memperindah, selain songket, kupiah meukeutopak pernak-pernik khas Aceh."Kalau sekarang, ada yang menambahkan kalung di bagian depan. Itu hanya untuk memperindah saja, "ujarnya.Kupiah meukeutop bagi masyarakat Aceh tak hanya dari segi adat, tapi juga penuh dengan sejarah.Secara historis, kupiah meukeutop lebih diindentikkan dengan topi kebesaran yang sering dipakai Teuku Umar, pahlawan nasional asal Aceh.

*in english
KUPIAH meukeutop Teuku Umar Kabupaten Aceh Barat. Traditional traditional hat of Aceh is usually used as a complementary clothing worn by men. Used during other traditional ceremonial and ceremonial ceremonies.
Kupiah meukeutop made of red and yellow cloth. The fabric is knitted into a single, circular shape. Suburban bottom, there are black, green, red and yellow combined woven motifs. A similar plaque is in the center, which is up to a green cloth over it and a black cloth underneath. In the lower head circle, there is a more dominant motif, shaped "lam" in hijaiyah. But there is a line that connects between the bottom and top of the motive. The same motif is also in the upper upper head circle. It's just smaller in size. At the top, there is a white yarn knit as a yellow, three-tiered crown of gold. The colors used have their own meaning. Red symbolizes heroism, yellow means kingdom or country, green signifies religion, black means firmness or resolve, whilst white complaints of sainthood or sincerity. Overall, kuk meukeutop is divided into four parts. Just as with color, each part also has its own meaning. The first part is active law, second part, customs, third halo halo. The forms and motifs of the meukeutop kuta are generally the same. Only the color of songket cloth to wrap the circle of the rupiah is different. Color adjusted to the color songket on clothes. To beautify, in addition to songket, kuk meukeutopak typical trinkets of Aceh. "If now, there is a necklace on the front, it's just to beautify it," he said. Kupiah meukeutop for the people of Aceh not only in terms of custom, but also full of history. Historically, the kuk meukeutop more diindentikkan with hat of greatness that is often used Teuku Umar, national hero from Aceh.