Hai para steemians semuanya? Jumpa lagi dengan saya, kali ini saya mengajak anda semuanya khususnya steemians Aceh agar meluangkan sedikit waktu untuk kita saling merenung dan menginstropeksi diri kita dan mencari solusi kemana Aceh akan dibawa ke depan?.
12 tahun lebih sudah usia damai Aceh. Sepanjang itu kita merasakan hal yang berbeda dari perjalanan sejarah. Kita menemukan diri dalam hidup yang lebih nyaman. Kekhawatiran atas keselamatan kita berkurang. Rasa saling curiga menurun. Namun semua itu belumlah cukup untuk memulihkan kesakitan puluhan tahun. Puluhan tahun kita hidup dalam konflik amat membekas, bahkan masih mewarnai dalam tingkah laku kita saat ini. Sebab faktor pembentuknya tingkah laku itu adalah pengalaman masa lalu. Masih amat panjang waktu dibutuhkan, agar luka puluhan tahun itu sembuh. Masih amat banyak luka disana sini yang perlu diobati, terutama luka pada jiwa kita semua.
Pernahkah anda membaca tulisan sang Deklarator Aceh Merdeka, Muhammad Hasan Tiro? Kutipan-kutipan semangat yang dikobarkan atas nama ke-Acehan. Diakui atau tidak, tulisan-tulisannya dan perkataan-perkataannya membangkitkan kembali "IDENTITAS" kita sebagai etnik Aceh. Penulis-penulis belanda banyak sekali menceritakan kehebatan orang-orang Aceh, walaupun mereka adalah penjajah. Kemudian para penulis sejarah banyak meniliti dan menulis tentang sejarah Aceh. Mereka mengakui kegemilangan dan kehebatan masa lalu kita sebagai orang Aceh.
Dalam sejarah nasional kisah kegemilangan Aceh redup. Aceh hanya sebuah serpihan sejarah nasional. Kita terlena dengan sejarah bahwa Indonesia dijajah 3,5 abad. Padahal secara defacto Aceh tidak dijajah selama itu. Kita hanya hidup kurang setengah abad dalam administratif pemerintahan penjajah, itupun diwarnai perlawanan sepanjang waktu. Jika pahlawan daerah lain melawan penjajah banyak terkait primordial dan kekuasaan. Maka di Aceh pahlawannya sebagiannya adalah Orang Kebanyakan. Bila bagian nusantara lain kaum hawanyasih meringkuk dibawah ketiak suaminya, maka di Aceh sejak zaman klasik sudah dipimpin oleh Wanita bahkan sebagai pemimpin perang sekalipun.
Dan Muhammad Hasan Tiro-lah yang meramu semua sejarah dan kenyataan itu untuk mengenal kembali IDENTITAS kita sebagai orang Aceh. Karena kesadaran itu kemudian lahir pemberontakan di Aceh. Aceh merasa "DIKADALI" atas semua pamrih untuk Republik ini. Kita pemilik saham yang sangat besar atas lepasnya Negeri ini dari penjajah. Kini kita diberi banyak keistimewaan "Setengah Hati" oleh pemerintah pusat. Kemana akan kita bawa Aceh? Kemana Aceh dibawa, kitalah yang menentukan. Kita sudah sepakat dalam pilihan bernegara bahwa kita bagian dari INDONESIA RAYA. Maka semua kemegahan, kegemilangan dan kelebihan Aceh harus menjadi bagian "Integrasi" menuju INDONESIA yang lebih baik.
Kita sadar bahwa saat ini kita dipimpin oleh para kaum Pejuang, dan saat ini pula kita berlimpah uang. Namun sepanjang 12 tahun ini kita masih "CUPA". Banyak alpa terutama pada pemimpin dan elite kita. Momentum limpahan uang pasca Tsunami dan Perdamaian gagal kita produktifkan. Kita gagal memperkuat kesejahteraan dan keadilan. Kita gagal menyambung kegemilangan walaupun Dunia sudah menyediakan KARPET MERAH untuk itu. Moyang kita bisa begitu hebat tanpa bantuan orang lain. Tapi Aceh kini gagal total dalam melanjutkan walau telah dipapah banyak orang, mengapa demikian? Mungkin sifat inferiotas kita sudah amat tertanam dalam jiwa kita.
Lihat saja para pemimpin kita, hampir tak mengenal lagi diri mereka. Walaupun mereka dulunya "KRAK" Peujuang. Mereka yang umumnya langsung hidup dan belajar pada sang Idiolog Muhammad Hasan Tiro. Ketika menjadi pemimpin Aceh kini rasanya semua tak berbekas. Jargon-Jargon perjuangan hilang seperti Embun Pagi ketika menjadi Eksekutor. Rakyat memilih mereka karena menduga benar perkataannya. Namun apa lacur kini Rakyat kecewa. Rakyat Resah kemana Aceh dibawa ke depan?
Peringatan 13 tahun perdamaian Aceh kembali mengusik memory rakyat. Bahwa perdamaian sejatinya memberi mereka kesejahteraan dan keadilan. Yang mereka tahu Aceh daerah khusus dan berlimpah uang. Tapi mengapa mereka masih lebih miskin dan terbelakang dari saudara-saudaranya dibelahan Nusantara lainnya. Dan pertanyaan itu yang seharusnya dijawab oleh para pemimpin. Bukan dengan mulutnya tapi dengan bukti nyata dan dengan kerja keras pemimpin kita.
Maka wahai pemimpin, jawablah pertanyaan kami. Kemana kami akan Anda bawa? Kami butuh bukti. Bukan jargon dengan segala tipu daya. Kami lelah dan hampir putus asa. Jangan sampai rakyat kemudian menabalkan Anda sebagai musuh baru kami. Takutlah Akan Hal Itu.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit