Aceh merupakan daerah yang masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Banyak tradisi-tradisi yang masih terus dilestarikan di negeri ini, sejak zaman nenek moyang dulu sampai dengan saat ini.
Di samping itu, Aceh juga mempunyai potensi hasil alam yang sangat melimpah, baik itu dari sektor pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan lain sebagainya. Dari sektor inilah masyarakat Aceh mempunyai mata pencaharian, Hal inilah yang membuat orang luar tertarik untuk terus mencari celah supaya bisa menggeruk hasil alam Aceh.
Salah satu komoditi hasil alam Aceh yang sangat terkenal dari sektor perkebunan adalah buah pinang. Buah pinang juga merupakan salah satu komoditi di Aceh sebagai penghasil peningkatan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat di samping jenis lain seperti tanaman kelapa, kelapa sawit, kakau dan lain-lain.
Buah yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Dikarenakan buah pinang ini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sangat kaya akan manfaatnya. Salah satu manfaatnya yang paling fenomenal adalah dipercaya sebagai obat tradisonal yang paling mujarab dan paling ampuh untuk meningkatkan stamina kaum pria dan obat anti ejakulasi dini.
Cara mengkonsumsinya pun tergantung selera, ada yang mengkonsumsi dengan dengan campuran daun sirih dan sedikit kapur. Ada juga yang mengkonsumsinya dengan dijadikan minuman kesehatan yang disebut dengan jus pinang. Biasanya jus pinang ini ditambah dengan berbagai campuran makanan lain, seperti kuning telur, madu dan susu.
Sebelum buah pinang memiliki harga untuk bisa dijual, masyarakat hanya menggunakannya sebagai tanaman hias yang ditanam di pinggir parit, di pinggir sungai, dan di tepi tembok guna untuk menahan tanah agar tidak longsor. Sejak tahun 1997 pinang mulai memiliki harga jual, yaitu Rp 250 – 500/kg. Kemudian tahun 1999 melonjak naik hingga mencapai Rp7.000 – 10.000/kg. Sampai saat ini tahun 2018 harga pinang sampai Rp.18.000 per/kg nya.
Buah pinang yang dijual adalah buah pinang yang sudah tua dan sudah kering. Pinang tersebut pun harus sudah bersih daripada kulitnya. Para juragan pinang kebiasaannya menyewa para pekerja untuk membersihkan buah pinang tersebut. Para pekerja tersebut membelah buah pinang dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti parang, pisau dan arit.
Namun, di negeri Aceh tercinta kita ini, ada satu alat yang sangat melegenda yang digunakan oleh para leluhur kakek nenek kita mengupas dan membelah pinang. Alat tersebut dinamakan dengan Rampagoe. Rampagoe adalah alat yang biasanya digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengupas kulit pinang dan membelahnya. Teman-teman Steemian yang sering berkunjung ke rumah kakek neneknya, pasti akan menemukan alat tradisional. Alat inilah yang mereka gunakan untuk membelah pinang dan memakannya dengan ranup sirih.
Ketika saya melihat alat ini, sesekali saya tertawa. Begitulah kakek nenek kita dulu berjuang menciptakan alat untuk memudahkan aktivitas mereka. Bukan seperti saat ini, di mana teknologi terus saja memanjakan manusia. Bahkan sampai saat masih banyak masyarakat dan para petani pinang yang menggunakan rampagoe ini untuk membelah pinang.
Kepada teman-teman Steemian sekalian, ayo kita perkenalkan kepada generasi kids jaman now alat-alat tradisional bersejarah. Salah satunya, seperti rampagoe ini. Jangan lalaikan mereka dengan gadget dan smartphone canggih yang dapat mendangkalkan kreativitas mereka. Karena dengan melihat sejarah kita akan mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.