Dalam sebuah pidatonya, presiden pertama kita, Soekarno, pernah mengutarakan ekspresi penghormatannya kepada para pemuda. Lebih kurang petikan pidatonya dalam berbagai sumber dicatat begini;
"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya ..
Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia"
(Ir. Soekarno)
Jika kita cermati, pidato Bung Karno (sebutan populernya) secara tidak langsung telah membandingkan antara orang tua (1000 orang) dengan pemuda (10 orang), bahwa meskipun secara kuantitas yang tua jauh lebih besar, namun secara kualitasnya pemuda jauh lebih hebat.
Tentunya, pemuda yang Bung Karno maksud dalam pidatonya tersebut bukanlah para pemuda sembarangan, yang seperti hari ini banyak (maaf) bergentanyangan diberbagai sudut kota atau desa sebagai sampah bagi masyarakat. Namun, pemuda yang Bung Karno maksudkan adalah pemuda yang unggul dan berkualitas.
Pemuda yang dianggap "sampah masyarakat" adalah pemuda-pemuda yang kerjanya membuat keonaran, seperti berjudi, bermain wanita, dan beragam bentuk keonaran lainnya --tergantung nilai dan norma dalam masyarakat.
Masyarakat juga tak segan memberikan labeling kepada pemuda-pemuda yang sikapnya suka bermalasan, kerjanya menyalahkan pemerintah (termasuk menyalahkah tokoh-tokoh agama) dan kesehariannya hanya meuwet-wet di desa sebagai pemuda sampah masyarakat.
Kalau mengutip istilah pendakwah kondang Aceh Tgk. Yusri Puteh, pemuda-pemuda seperti tertamsilkan tersebut diistilah dengan kata BS (Beu-oe Seu-iet).
Beuoe Seuiet terdiri dari dua kata, yaitu beu-oe (bermakna malas) dan seu-iet (bermakna jinak). Jadi, beuoe seuit (malas jinak) dapat dipahami sebagai perilaku sikap bermalas-malasan dari seorang individu manusia yang kadar kemalasannya tidak sudah tidak menempati level atas -- seperti sebutan level atas untuk Real Madrid sebagai peraih juara Champion terbanya.
Sedangkan pemuda yang unggul, dalam pemahaman orang banyak dikatagorikan sebagai pemuda-pemuda yang memiliki keaktifan (tidak BS) dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan masyarakat, memiliki etika yang baik, berintegritas, dan cinta akan persatuan dan kesatuan.
Tak terpungkiri memang, persatuan dan kesatuan merupakan hal vital yang dibutuhkan dalam pembangunan sebuah kelompok masyarakat.
Menyoe ka sama peundapat, lampoeh jeurat jeuet tapeugala.
(Adagium Aceh)
Dalam konteks kecil, persatuan dan kesatuan pemuda dalam sebuah kelompok masyarakat dapat dilihat dari setiap aktivitas masyarakatnya. Jika dalam sebuah masyarakat terdapat banyak acara-acara yang dalam prosesnya berjalan lancar, semisal acara kenduri maulid, dan lain sebagainya, dipahami oleh masyarakat luar sebagai sebuah masyarakat yang bersatu atau kompak.
Sebaliknya, jika dalam sebuah kelompok masyarakat sepi dari acara-acara (bahkan acara sederhana sekalipun), maka kelompok masyarakat tersebut dikatagorikan sebagai masyarakat yang kurang persatuannya atau kurang kompak.
(Bersama pak sekdes)
Baru-baru ini, pemuda-pemuda Blok W (istilah keren untuk desa Bluek Wakheuh) telah menunjukkan persatuan dan kesatuannya dalam memperingati dan merayakan milad Nabi Muhammad SAW tahun 1439 H/ 2017 M.
Bahkan, tak sedikit dari pemuda Blok W yang melalangbuana ke luar daerah ketika tiba waktunya maulid memilih pulang kampung dan meninggalkan aktivitas rantau-nya. Ini merupakan sebuah bentuk rasa kecintaan akan persatuan dan kesatuan yang patut didiapresiasi.
Memang tak terbantahkan,
kenduri maulid yang sering juga disebut Kenduri Pangulee telah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat Aceh dalam merayakan peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Adanya kenduri maulid sebagai bentuk apresiasi atau penghormatan kepada Nabi Muhammad atas segala usahanya memurnikan akhlak manusia dan mengajarkan ketauhidan kepada Allah.
Sebagaimana biasa, seperti halnya acara peringatan milad Nabi di berbagai desa lainnya didaerah Pidie, acara peringatan milad Nabi di desa kami dikemas dalam balutan yang sederhana, dimana pada siang harinya zikir dan kenduri bersama (kenduri maulid) (kenduri maulid) dan malam harinya ceramah serta pemberian santunan kepada beberapa anak yatim dari desa setempat.
Saat siang harinya, kenduri yang disedekahkan oleh warga desa kami besarannya tak tanggung- tanggung, cukup untuk mengundang jamuan makan belasan desa lainnya, khusus untuk makan bersama. Jika ditaksir jumlah masyarakat yang berasal belasan desa lainnya.
Selanjutnya, saat malam harinya baru diadakan acara ceramah. Untuk penceramah, kami mengundangnya khusus dari luar daerah, yaitu seorang ulama yang kadar keilmuannya sudah teruji. Bagi kami, berhasil mengundang penceramah dari luar daerah yang jejak rekamnya sudah teruji tersebut menciptakan kebanggaan tersendiri.
Dan, untuk pemberian santunan anak yatim dilaksanakan saat prosesi acara ceramah berlangsung, tujuannya ya untuk memotivasi orang banyak yang berkunjung ke acara ceramah agar mencintai anak yatim.
Dan, syukur Alhamdulillah, acara perayaan hari miladnya Nabi Muhammad SAW telah berjalan lancar dan sukses di desa kami. Karena itu pula, bukan sebuah kata takabur jika kami mengatakan terselenggaranya acara peringatan Milad Nabi merupakan bukti masih adanya persatuan dan kesatuan pemuda Blok W.
Nyanban!
(Bukan simpatisan partai ya bro 😁)
(Makan kenduri bersama setelah seharian melayani tamu undangan)
(Pak Geuchik, mewakili desa untuk memberikan santunan kepada beberapa anak yatim)
(Tgk Ibnu Hajar, penceramah tunggal di acara Milad Nabi Muhammad SAW)
(Pak sekdes, ketua pemuda dan pemuda lainnya sedang asik menyimak dakwah. Tiada berkedip ber-siangin 😁)
(emak-emak, pengunjung dakwah yang begitu mendominasi dimana-dimana)
(Tetua desa dan beberapa tokoh masyarakat)
Minggu, 28 Januari 2018
Semoga bermanfaat buat warganya dan memberi perubahan dengan adanya dakwah.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Insya Allah, racan. Terimakasih Hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit