Aceh: Senyum, Tangis dan Tawa

in aceh •  7 years ago  (edited)

image

Bukan sekali dua kali saya mendapati, bahwa terdapat satu fenomena yang mungkin sulit kita percayai, yaitu mentertawai kematian dan kesakitan, atau katakanlah konflik Aceh secara keseluruhan.

Maksud saya adalah kematian dan kesakitan yang dilakukan dengan sadis dan biadap, seperti yang pernah dilakukan oleh TNI dan Polri di Aceh. Apakah itu tidak lucu? Bagi kami orang Aceh itu sangat lucu. Ada berbagai alasan untuk kami menganggapnya sebagai lucu dan pantas ditertawakan. Salah satunya karena sampai sekarang, belum ada satupun pelaku yang diadili di negara hukum ini.

Contohnya saja kasus pembantaian secara kebinatangan di Idi Cut, yang kemudian dikenal dengan Tragedi Arakundoe, yaitu satu tragedi penembakan yang kemudian menenggelamkan korbannya ke dalam sungai Arakundoe, setelah sebelumnya diikat dengan batu dan dimasukkan dalam karung.

Kasus tersebut masih terus diingat turun temurun oleh orang Aceh hingga sekarang, selain puluhan kasus monumental lainnya, yang juga dilakukan tentara pemerintah. Bahkan beberapa hari yang lalu, tepat pada tanggal 3 Februari, kami baru saja mendiskusikannya kembali dan tentunya tidak lupa kami mentertawainya secara berjamaah.

Bagi kami, tertawa memang harus terus dijaga, selama jeritan hati dan tangisan inong balee, anak yatim dan piatu, serta mereka yang kehilangan keluarganya tetap ada. Sungguh, tertawa itu sangat berarti bagi orang Aceh, karena ia adalah sumbangan terbesar selama dan sesudah konflik kekerasan di Aceh, baik yang diberikan oleh pelaku, korban dan orang-orang yang mengambil keuntungan di dalamnya.

Melalui tawa, kita pun tahu, bahwa Aceh masih dalam kondisi konflik, kendati damai sudah ditandatangani. Karena dalam kondisi damai pun, masyarakat belum mendapatkan panggungnya, untuk hidup tanpa adanya berbagai tekanan. Rakyat hanya bisa tertawa. Politikus goblok, kaum terpelajar yang banyak minum obat tidur, dan pemimpin yang bermental lamiet adalah sebagian kecil yang pantas ditertawakan.

Di sini, penandatanganan nota damai pada 15 Agustus 2005 dapat kita lihat hanya merupakan satu peralihan konflik semata, yaitu dari konflik kekerasan pada konflik yang lebih tajam, menusuk, dan lebih menyakitkan. Dalam kondisi ini, semua bahkan tanpa harapan dan kepastian. Pun tidak ada nota yang akan ditandatangani kembali. Hanya janji kosong belaka.

Tawa masih saja menjadi kunci, tanda diserahkan semuanya oleh masyarakat pada sang Ilahi. Ya, jika pada manusia tidak dapat lagi kita berharap, maka kita kembalikan semuanya pada pemilik semesta jagad raya ini, untuk diselesaikan dengan caranya.

Semua telah berubah dalam waktu penantian yang tidak pendek ini. Tidak terkecuali memori tentang kekerasan itu sendiri. Rentetan-rentetan kekerasan yang pernah terjadi di Aceh itupun seperti telah mendapatkan panggung barunya, untuk menjadi obat penyembuh, sebagai katarsis bagi semuanya.

Ya, itu terlihat lucu dan misteri sekali. Seperti lucu dan misterinya senyum orang Aceh yang diperlihatkan oleh pepatah serdadu pada pos-pos penjagaan di masa konflik;

"orang Aceh, siang lempar senyum, kalau malam lempar granat".

Yang pasti, antara senyum, tawa dan tangis adalah sama pentingnya dalam kondisi sinting apapun.

Selamat sore. Selasa/6/2/2018/ Yogyakarta.


Sumber foto: https://acehabad.blogspot.co.id/2016/03/sebuah-catatan-soal-pelanggaran-ham.html

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Lagak tat tulesan Lempap nyoe, tabek @kitablempap

Tag snbox tag berbayar bang, kita harus daftar dulu kalau tidak salah, sebaiknya pakai writing atau story saja bang.

Aceh memang banyak menyimpan history bang, semua dibungkus dalam senyum, tangis dan tawa. Semoga yang lagi jadi lamiet segera merdeka ya bang :)

Terimakasih @dilimunandar'. Tentang konflik, itulah tentang senyum, tangis dan juga tawa, yang terus kita kenang.

Kalau bicara soal keadilan, maka saya pun bisa protes atas hal itu, ketidakadilan itu ada di mana-mana, mereka yang mencuri dan merampas hak rakyat dengan kekejaman yang paling keji yaitu pembodohan dan korupsi, masih bebas di mana-mana. Kekerasan fisik itu memang luar biasa tidak enak, kekerasan dalam bentuk pembodohan dan korupsi itu akibatnya jauh lebih menghancurkan dan ke mana-mana, serta sulit untuk dibenahi.

Ya, saya setuju atas itu. Maka saya tambahkan sedikit, bahwa dalam kondisi damai, kekerasan itu sebenarnya telah mendapatkan panggungnya dan itu sulit tergulingkan. Bahkan untuk dirundingkan saja itu sulit ada momennya. Mari kita tertawakan saja, semoga tawa menjelma menjadi kekuatan yang bisa menggulingkan hantu-hantu.

Semoga kelamnya aceh waktu itu tidak dirasakan kepiluannya oleh generasi dimasa kedepannya.
Allahumma fir lahum

Aamiin.semoga.

Hmm jadi ingat korban bersih-bersih waktu habis gestok, yang nggak tahu menahu masalah PKI kena ciduk. Sungai banyak ditemukan mayat. Ada seseorang yang pernah cerita ke Saya, sebelum di bunuh orang2 yang diduga terlibat PKI direndam semalaman di tong penuh air baru dibunuh dini harinya. Tetangga Saya dulu juga cerita di jaman gestok sering melihat mayat tanpa kepala di sungai Brantas. Ayah Saya juga pernah menunjukkan dam atau tanggul yang pernah di jadikan pembuangan mayat. Kaum laki2 di desa Saya tidak berani pulang Dan sembunyi di hutan. Di Bali seseorang pernah cerita pada Saya, jaman gestok waktu dia kecil melihat puluhan orang digiring ke pantai Dan tidak pernah pulang lagi Dan pernah melihat pantai yang airnya berwarana merah karena tercampur darah. Bahkan Ada yang bercerita mengetahui siapa yang membunuh ayahnya waktu gestok Dan masih berkeliaran bebas.....hmmm jadi ingat jaman gestok.

Ya, kejadian seperti itu tidak jauh beda dengan kejadian di Aceh. Pelaku pun bernasip sama, diberi kedudukan dan piagam penghargaan. Alfatihah untuk para korban kekerasan semua. Semoga diberi tempat yg layak di alam sana..aamiin.

Mantap ngen postingan droe keuh

Trimakasih ngen..

Ibarat luka,,, luka karena jatuh dan luka bekas operasi. Luka yg drasakan rakyat aceh adalah luka bekas operasi. Bisa jd malpraktek operasi,,, MoU adalah gambaran ganti rugi akibat malpraktek operasi,,, hmm..

Tapiganti rugi yang tidak ikhlas juga petaka yang memperburuk kondisi korban.

kok serem ya? Hehe.. siangnya senyum malamnya lempar granat :D

Hhhhh.,itu di masa konflik @mayorita

Dan kita adalah korban yang tertawa di siang hari.. tertawa dengan kondisi gigi rapat, membuat hati ingin menangkap hantu hantu jelmaan syaitan nurajin yang madih berkeliaran..

Ya, di negeri ini, syaitan nirrajim bersekutu dengan rezim..

sabe sabe saket hate asai ku kalon foto nyan

Ya, ilongpih meunan, yangpah bak igoe atret kugeudham yg sipak nyan..he

Mantap pak ih

Thxs pak @najamulwathan. Rupajih na pakek steemit sit heuh..he

salam kenal sebelumnya.
Hanya ingin menyampaikan kalau saya suka tulisan-tulisannya :)

Salam kenal @mayamaulida, dan terimakasih apresiasinya..saleum.

Lagak that adun droku, rupajih kana droe-droe neuh bak steemit. Neu follow dan neu upvote post long bang, saleum lempap :D @kitablempap

Long salah sidro korban pada masa nyan. Steepap Steepoh :D

Alfatihah keu droen @rastaufik10..