PEREMPUAN ACEH: Benarkah Tiang Negara?

in aceh •  7 years ago  (edited)

6-dosa-yang-tidak-diampun-allah-swt-walaupun-dengan-taubat.jpg
sumber foto: http://alfaviral5044.blogspot.com

“Perempuan merupakan tiang Negara. Jika perempuannya kokoh, maka tegaklah Negara itu. Akan tetapi, sebaliknya jika mereka rusak maka hancurlah Negara tersebut.”

Ungkapan di atas tersebut tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. ini merupakan salah satu dari sekian banyaknya ungkapan yang menegaskan akan pentingnya keberadaan perempuan dalam suatu tatanan kehidupan sosial. Berbicara masalah perempuan, makhluk yang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki ini memang sangat banyak perannya. Perempuan ini dianugerahi kelembutan sebagai tempat bersandar bagi anak-anaknya kelak, kebijaksanaan untuk menjadi penyokong bagi sang suami, dan juga diberikan kekuatan untuk melindungi dan menghidupi anak-anaknya jika sang suami telah tiada. Tentunya, perempuan juga dikaruniai air mata untuk mencurahkan perasaan atas segala beban yang ditanggungnya. Itulah mungkin salah satu kelemahan dari perempuan.

286978_peringatan-10-tahun-tsunami-aceh_663_382.jpg
sumber foto: www.viva.co.id

Sejak zaman dulu perempuan Aceh sudah terkenal dengan ketangguhannya. Mereka itu benar-benar menjadi tonggak bagi kebebasan Nanggroe. disana ada Cut Nyak Dhien dan Cut Mutia, dua perempuan Aceh yang sangat setia pada suami dan rakyat sehingga begitu ditakuti pihak penjajah, di samping para pahlawan lainnya. Bahkan kerajaan Aceh memiliki pemimpin armada laut pertama dari kalangan perempuan, yang juga merupakan satu-satunya perempuan yang menjadi laksamana kapal perang pada saat itu, yaitu Laksamana Malahayati. Betapa hebatnya perempuan Aceh zaman dulu sehingga menjadi buah bibir masyarakat dunia.

cut nyak dien.jpg
sumber foto: www.google.com

Setelah sekian lama bernostalgia dengan kehebatan perempuan Aceh masa lampau, marilah kita sejenak melekatkan pandangan pada kondisi perempuan di Nanggroe tercinta kita saat ini. Termasuk ke golongan yang tangguh atau rusakkah? Pada dasarnya perempuan yang menjadi tonggak Negara adalah perempuan yang bisa menjaga harkat dan martabat diri, suami, serta keluarganya. Juga dapat menjadi suluh bagi masyarakat. Dengan mengacu pada hal tersebut, dapatlah kita simpulkan dari keadaan yang ada di lingkungan kita bahwa banyak dari perempuan Aceh sudah kehilangan semangat Cut Nyak Dhien-nya.

Memang Negara kita sudah aman dan damai kini. Tidak diperlukan lagi perempuan ikut mengangkat senjata dan berjuang mengusir penjajah fisik dari tanah ini. Namun yang menjadi musuh sekarang adalah penjajahan moral dan budaya. Aceh yang dari dulu digelari dengan “Tanoh Seuramoe Mekah” amat sangat kental dengan keislamannya. Banyak ulama lahir dan terbentuk di tanah ini. Tapi sekarang, di saat penetapan syari’at Islam sudah dipatenkan di tanah kita malah mendapati kemerosotan yang sangat tajam.

Seiring dengan pemberlakuan syari’at, maka perempuan Aceh semakin menjadi sorotan. Bukan mengapa, umat Islam dari dulu dihargai karena perilaku yang baik serta pakaiannya yang sopan. Dari segi penutup tubuh perempuanlah yang lebih bermasalah, karena seluruh tubuhnya merupakan aurat yang harus ditutup bagi pandangan umum. Sedangkan budaya barat yang mulai menjiwai masyarakat menyuruh sebaliknya. Perempuan pun berada pada dilemma. Sehingga sangat banyak gadis yang harus ‘dididik’ oleh para penegak syariat karena memakai pakaian yang tidak Islami.

Itu baru dari satu sisi, belum lagi jika kita tinjau dari segi perilaku yang sudah hampir membuang etika-etika sopan Negara timur. Padahal Aceh merupakan daerah Islam yang amat menjunjung tinggi perempuan yang mampu menjaga dirinya dengan budi yang luhur. Asimilasi budaya yang diakibatkan globalisasi telah membuat mereka lupa pada sejarah.

Merupakan hal yang sangat memprihatikan bahwa sebagian perempuan Aceh seakan telah kehilangan identitasnya. Tidak lagi menjunjung tinggi etika kesopanan yang diwarisi para pendahulu. Kondisi yang penulis utarakan bukanlah rekayasa. Kita dapat melihat sendiri realita yang banyak menghinggapi perempuan -terutama kaum muda- ini. Tidak ada bedanya berada di lingkungan informal seperti pasar dengan lingkungan formal seperti institusi pendidikan. Pelanggaran etika berbusana dan berperilaku dapat kita saksikan di mana-mana.

Meskipun begitu, bukanlah niat penulis untuk menghakimi seluruh perempuan Aceh. Karena tidaklah semua perempuan Aceh kehilangan ruh agama maupun semangat Cut Nyak Dhien-nya. Masih kita dapati mereka yang berpegang teguh pada agama dan patuh pada suaminya di daerah perkampungan yang tidak terjamah kebisingan kota. Mereka juga bekerja keras menggarap sawah ladang bersama suami dan anak-anak, selain berprofesi sebagai teungku tempat berguru para santri di kampungnya. Sama sekali tidak terpengaruh dengan para perempuan lainnya yang tinggal di kota yang sibuk dengan busana dan mode terbaru. Bagi mereka cukup berpenampilan sopan dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh meski modelnya sudah ketinggalan zaman. Sebab itu mereka sangat pantas disebut tonggak Negara.

IMG-20171204-WA0039.jpg
sumber foto: www.indonesiaparlemen.com

Mengacu pada pemaparan di atas, kita tidak dapat mengatakan bahwa keseluruhan perempuan Aceh telah rusak sebab masih ada yang berpegang teguh pada agama dan budayanya. Namun tak bisa dipungkiri ada sebagian dari mereka yang mulai melenceng dari nilai-nilai luhur tersebut. Satu hal yang perlu kita sadari bersama: hanya perempuan yang dapat menjaga harkat martabat diri, agama, dan bangsanyalah yang bisa disebut sebagai tiang Negara.

Begitulah sekilas postingan ini mengenai perempuan Aceh, semoga bermanfaat dan salam kompak selalu buat sahabat steemians semuanya.

image

image

image

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

keren sangat artikel ini, penuh inspirasi..

Yayaya, tq @yusufbaruna

Sneaky Ninja Attack! You have been defended with a 1.76% vote... I was summoned by @rizkimuammar! I have done their bidding and now I will vanish...Whoosh