Aceh, Ini lah provinsi tempat ku dilahirkan. 24 tahun sudah aku merasa suka, duka, gembira, derita ataupun sengsara di provinsi tempat sekarang ku berteduh. Dulu saat aku masih remaja, Kondisi Aceh sangat suram dan bahkan diiringi dengan seram. Suara Muntahan senjata dari kedua belah menjadi bunyi penyemangat untuk kami bergegas bangun dari lelapnya tidur. Saat itu, langkah terasa berat untuk bekerja, mencari nafkah demi menyongsong keperluan sehari-hari. Aparat dari pihak republik ini tidak sungkan-sungkan menggertak kedua orang tua kami. Begitupun dari pihak saudara seprovinsi kami (GAM) yang dengan penuh ego dan emosi juga mengancam kehidupan keluarga kami. Begitulah secuil kisah dari ingatan saya tentang masa kelam kehidupan kami di provinsi yang telah berjasa menyumbangkan pesawat RI 001 untuk republik tercinta ini.
Tepat pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia menjadi negara yang sangat sulit dilupakan oleh masyarakat Nanggro Serambi Mekkah.
Sejarah baru bagi seluruh penghuni Serambi Mekkah, dibawah pengamatan dan pengawasan mantan Presiden Finlandia, Marthi Arthisari beserta dengan lembaga-lenbaga pengawasan perdamaian dunia. Akhirnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diwakili oleh Malik Mahmud Al-Haitar berjabat tangan bersama dengan perwakilan Republik Indonesia yang di wakili oleh Hamid Awaluddin. Tanda tangan kedua belah pihak yang menyepakati untuk berdamai menjadi era baru tampilan situasi dan kondisi provinsi paling ujung Sumatera. Muncul secercah harapan anak bangsa untuk dapat bangkit dari masa kelam yang sangat menyiksa dan mengkhawatirkan.
Akhirnya tepat pada tanggal 15 Agustus 2017, 12 tahun sudah usia perdamaian antara GAM dan RI. Kehidupan kami sebagai anak bangsa yang saban hari mengsisi provinsi ini, bisa dibilang 360 derajat berbeda dengan kondisi kami sebelum Malik Mahmud dan Hamid Awaluddin berjabat tangan. Penyemangat kami bangun tidur untuk menjalankan kehidupan sehari-hari bukan lagi dari suara muntahan senjata api, tetapi sekarang suara merdunya azan subuh dan nyaringnya suara ayam berkokok menjadi pertanda bahwa pagi sudah tiba. Saatnya mencari nafkah dengan hati yang senang karna tanpa ada intimidasi.
12 tahun bukanlah usia yang dikategorikan muda untuk sebuah hal perdamaian. Aceh kini belum sepenuhnya bisa bangkit dan maju seperti provinsi-provinsi lain di republik ini. Memang alasan butuh waktu untuk dapat melupakan masa silam dan keterpurukan dalam segala hal, bisa dimengerti akan tetapi sulit untuk dipahami. Provinsi ini sekarang di inject (suntik) dengan dana yang melimpah dari Republik Ini. Akan tetapi dana yang melimpah ruah belum sepenuhnya bisa membuat anak bangsa di Nanggro Serambi Mekah ini menjadi sejahtera. Inilah yang sulit kami pahami. Mungkin saja logika simpel kami salah. Karna kami beranggapan bahwa pada setiap satu keluarga yang berkecukupan ekonominya, maka kehidupan anak-anak mereka akan merasa tercukupi dari segi ekonomi. Terkecuali orang taunya beserta orang-orang yang punya kekuasaan dalam keluarga tersebut sebagai pemimpin keluarga dan pengarah tidak tau dan tidak mau berbagi ekonomi tersebut dengan anak-anaknya sebagai masyarakat dalam keluarga tersebut. Mereka yang punya kuasa hanya menikmati sendiri ekonomi yang melimpah ruah. WALLAHHU'ALAM.
Sekarang mari sama-sama kita melupakan masa kelam yang sudah 12 tahun terlalui. Aceh kini 360 derajat berbeda dengan Aceh pada masa 12 tahun yang lalu. Sekarang saatnya kita bangkit bersama-sama menyongsong kehidupan yang bermanfaat bagi bangsa Agama dan sesama ummat.
#Saran Yang Membangun Sangat Saya Butuhkan#
ka follow long
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ka pu
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit