Barang apakah yang paling sering hilang..? jawabannya bukanlah uang ataupun emas tetapi silop Jepang atau dikenal dengan sandal jepit. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga yang kurang kerjaan membuktikan bahwa hampir 70% orang pernah kehilangan sandal jepit baik itu di masjid ataupun di kantor. Hal ini membuktikan bahwa sandal jepit adalah salah satu barang yang sangat favorit dan disenangi oleh banyak orang, namun sangat dibenci oleh pencuri karena nilainya yang tidak terlalu berharga.
Seiring dengan berkembangnya teknologi sandal jepit juga mengalami perkembangan yang petat yaitu dengan hadirnya berbagai jenis sandal jepit dengan motif dan warna yang unik, Namun demikian sandal jepit dengan bentuk lawas atau Silop Jepang masih menjadi andalan para seles sandal jepit.
Dari beberapa catatan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan tentang asal-usul munculnya sandal jepit disebutkan bawah catatan sejarah sandal jepit sudah dikenal sejak dinasti Ching sampai ke revolusi Industri Inggris namun beberapa bukti kuat menunjukkan bahwa sandal jepit baru diciptakan saat manusia sudah mengenal karet yaitu pada tahun 1770.
Hal yang paling unik adalah orang Aceh menyebut sandal jepit dengan nama Silok Jepang padahal tidak ada hubungan sama sekali antara sandal jepit dengan Jepang. Hal ini terbukti bahwa perusahaan pertama yang membuat sandal jepit di Indonesia bernama PT. Garuda Mas Perkasa baru beroperasi dan memproduksi sandal jepit/Silop Jepang pada tahun 1984 sedangkan Jepang sudah meninggalkan Aceh sejak tahun 1945. dimana hubungan antara sandal jepit dan Jepang dan mengapa orang Aceh menyebut sandal jepit dengan nama Silop Jepang. Mungkin para ahli ataupun orang-orang jenius di Aceh bisa menjadikan materi ini sebuah disertasi dengan judul “Bagaimana hubungan sandal jepit dengan silop Jepang”, ataupun bisa dibuat sebuah seminar internasional dengan mengundang ahli bahasa dari Jepang untuk menjawab hubungan Mengapa orang Aceh menyebut sandal jepit sebagai cilok Jepang sehingga kita mendapat titik terang dari permasalahan ini.
Namun berdasarkan hubungan history dan sejarah dapat disimpulkan bahwa orang Aceh mengenal sandal jepit pertama sekali dari penduduk Malaysia karena di Malaysia sandal jepit disebut dengan nama selipar jepun, sehingga saat sampai ke Aceh sandal tersebut berubah nama menjadi Silop Jepang. Jika dilihat dari tatanan bahasa ada hubungan penyebutan jepun dan Jepang yang memiliki arti yang sama baik dalam bahasa Malaysia maupun bahasa Aceh.
Ternyata memakai sandal jepit juga membawa beberapa manfaat positif bagi kesehatan salah satunya mengurangi jamur pada kulit serta mencegah timbulnya cemekam. Sehingga sandal jepit sudah menjadi barang yang sangat lazim untuk situasi santai.
Apakah hanya orang Indonesia yang menggunakan sandal jepit? jawabannya tidak. hampir seluruh dunia mengenal sendal jepit namun dengan sebutan yang berbeda-beda seperti :
Afrika Selatan : slops
Amerika Serikat : sandals, flip-flops, go-aheads, thongs, dan zories
Argentina : ojotas.
Australia : thongs
Belanda : teenslippers
Brazil : sandálias atau chinelos
RRC : Hanzi tradisional: 拖鞋; bahasa Tionghoa: tuōxié
Cili : sandalias atau chalas (informal)
Ceko dan Slowakia: žabky (kodok)
Denmark : klip-klappere
El Salvador : yinas dan chancletas.
Estonia : plätud.
Filipina : tsinelas dan slippers
Flanders : teensletsen
Ghana : chale wotes
Gibraltar : shanklas (dari bahasa Spanyol chanclas)
Guam : zorries (dari kata zōri)
Hongaria : vietnami papucs (selop Vietnam)
India : Hawaii Chappal
Israel : כפכפי-אצבע (kafkafey-etsba, selop jari)
Italia : infradito (translasi literal: antarjari)
Jamaika : slippers atau sandals.
Jepang : beach sandal, disingkat “biisan”
Kanada : flip flops atau thongs
Kroasia : japanke
Malawi : ma slippas atau ma pata pata
Malaysia : selipar jepun (selop Jepang)
Malta : karkur
Meksiko : chanclas
Myanmar : Pha Nut
Negara dan teritori berbahasa Perancis: tongs atau claquettes; Quebec: gougounes; negara Afrika berbahasa Perancis: tapettes.
Pakistan : chappals, qainchey chappals, atau Hawaiian chappals
Panama : chancletas, chinelas, atau chancletas “rock-‘n-roll”.
Polandia : japonki
Rumania : slapi
Rusia : vyetnamki, slancy
Selandia Baru : jandals dari “Japanese sandals”
Spanyol : chancletas atau chanclas.
Sri Lanka : slippers atau Bata (dari nama produsen alas kaki)
St. Lucia : katapol.
Trinidad dan Tobago: slippers
Turki : tokyo, şipidik, parmak-arası
Uganda : makambos
Uruguay : chancletas
Venezuela : cholas
Yunani : sagionares (dari bahasa Jepang: Sayōnara)