Hari ini, hari jumat, jumat terakhir di bulan Januari 2018. Jam digital ditangan kiriku sudah menampilkan angka dua belas. Sementara angka di sebelah kanan dua titik yang kedap kedip menampilkan angka sepuluh. Aku bersiap-siap meninggalkan kantor menuju mesjid.
Aku punya mesjid “langganan”. Hampir saban jumat aku shalat jumat di mesjid itu. Kecuali jika sudah mepet, aku akan memilih mesjid terdekat dari kantorku. Selebihnya aku lebih suka shalat jumat di mesjid itu.
Ya, mesjid “langganan”ku itu adalah Mesjid Raya Pidie, Labui namanya. Lokasinya di Gampong Labui Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Mesjid Raya Pidie, Labui adalah salah satu mesjid yang terkenal di Kabupaten Pidie karena penuh dengan muatan sejarah. Mesjid yang berjarak sekitar 4 kilometer dari pusat ibukota kabupaten itu letaknya sangat strategi. Pas diperempatan jalan Keuniree - Lhok Kajhu dan Jalan Sanggeue – Tijue. Sebelah barat dan utara mesjid terdapat hamparan sawah yang luas. Kini, areal persawahan tesebut baru saja selesai musim tanam sehingga dari kejauhan tampak seperti permadani hijau terbentang luas. Memanjakan mata!
Aku sangat nyaman beribadah di mesjid itu, selain lingkungannya yang asri juga di belai oleh sepoi-sepoi angin sawah. Duh, bahagianya lahir batin! Suasananya juga tertata dan bersahaja. Taman-taman dan beberapa pohon yang ditanam simetris semakin menegaskan bahwa pengelolaan mesjid ini sangat profesional. Yang menjadi khatib jumat pun tidak sembarangan, mesti orang-orang yang telah diakui keilmuannya, dikenal ketokohannya. Sehingga ada hal-hal baru yang dapat menambah khazanah pengetahuan jamaah sepulang shalat jumat.
Tidak hanya aku, para petinggi-petinggi di pemerintah di Kabupaten Pidie kerab juga telihat setiap jumat di sini. Aku kerab membatin, mengapa para petinggi-petinggi itu sering shalat jumat di mesjid itu padahal bukankah ada Mesjid Al-falah yang paling dekat dengan kota. Ah, mungkin mereka sama juga seperti aku, mencari suasana ibadah yang nyaman sambil melihat pemandangan persawahan dan merasakan sepoi-sepoi angin siang.
Tak hanya itu, mesjid yang memiliki luas 992 meter persegi ini kian indah karena arsitektur yang unik dengan kubah yang cukup besar. Mungkin mesjid dengan kubah terbesar kedua di Kabupaten Pidie setelah Mesjid Raudhaturrahman, Padang Tiji. Halamannya pun sangat luas. Menurut informasi dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pidie, luas tanah pekarangan mesjid itu satu hektar lebih atau tepatnya 10.800 meter persegi. Tanah ini berasal dari Waqaf kaum muslimin.
Tiang-tiangnya pun tidak banyak namun tampak kokoh. Hanya terdapat empat tiang utama selebihnya beberapa tiang penyangga. Sementaranya lantainya dari batu marmer. Ketinggian bangunan mencapai 7 meter sehingga suasana membuat mesjid sangat lega dan nyaman beribadah.
Sementara itu disebelah selatan mesjid ini tedapat sebuah mesjid lama berkonstruki kayu, mesjid inilah yang menjadi cikal bakal Mesjd Raya Pidie Labui ini. Bangunan mesjid lama kelihatan digunakan lagi untuk shalat rawatib. Perlu diketahui juga, bahwa bangunan lama mesjid ini masuk dalam salah satu cagar budaya yang dilestarikan di Kabupaten Pidie.
Selain pusat pendidikan Agama Islam, seperti pengajian dan majlis taklim, mesjid ini juga menjadi salah satu lokasi favorit bagi kalangan muda untuk melangsungkan pernikahan.
Mesjid Bernilai Sejarah Tinggi.
Mesjid juga menyimpan nilai sejarah. Didalam Mesjid ini terdapat sebuah Mimbar Kayu yang telah berusia beberapa abad. Konon katanya mimbar tersebut diimpor dari Tiongkok. Tak hanya itu, mesjid ini juga menyimpan tongkat Po Teumeureuhom. Menurut informasi tongkat ini panjangnya 1,2 meter dan beratnya 5 kilogram. Tiongkok ini adalah pemberian dari Sultan Iskandar Muda, Raja Kerajaan Aceh kala itu ketika menghimpun kekuatan.
Sejarah pendiriannya Bangunan Lama Mesjid ini juga terbilang unik. Untuk mengangkut material bagunan, masyarakat saat itu rela berdiri bejejer sepanjang 30 Km dari Labui hingga ke Laweung, Muara Tiga. Mereka mengangkut bahan material bangunan secara estafet dari Laweung ke Labui.
Tradisi Makan Mie Caluek
Keunikan lain kalau anda Shalat Jumat di mesjid ini adalah Penjual Mie Caluek. Disepanjang jalan dari Simpang Keuniree menuju mesjid ini tepatnya di Gampong Tumpok Peut Ploh, anda akan melihat berjejernya para penjual mie caluek, mie khas Pidie dibawah rumpun bambu yang dipenuhi oleh para jamaah baik muda maupun tua. Para pejual itu membuat bangunan sederhana dibawah rumpun bambu untuk dijadikan tempat jualan. Anda boleh pilih makan disitu atau dibawa pulang. Mie caluek dijual dengan murah meriah. Mengapa dikatakan murah meriah? Ya, karena dengan merogoh kocek sebesar empat ribu rupiah saja anda sudah dapat satu porsi mie caluek dan satu aqua gelas, Murah bukan?
Adalah Radhiah-nama samaran- seorang penjualan mie caluek, ibu beranak dua ini mengatakan bahwa dia sudah berjualan mie caluek sejak tahun 2010. Bila hari-hari biasanya ia mampu meraih keuntungan seratus ribu hingga seratus lima puluh ribu rupiah perhari tapi bila hari jumat keuntuangan yang didapat bisa dua kali lipat. Ia berjualan dibantu Ira – nama samaran – anak gadisnya yang masuk semester pertama salah perguruan tinggi di sigli.
Tidak hanya mie caluek, ada juga lontong sayur, urap, mie bihun dan pecal. Anda boleh pesan sesuai selera. Ya masing-masing dijual dengan harga paling banter lima ribu rupiah per porsi. Sebenarnya penjual mie caluek di sini berjualan setiap hari, cuma hari jumat saya yang kelihatan lebih ramai. Para jamaah yang datang dari berbagai penjuru pasti menyempatkan diri merasakan sensasi makan mie caluek dibawah ridangnya rumpun bambu baik sebelum maupu sesudah prosesi shalat jumat. Ingin merasakan sensasi mie caluek dibawah rindangnya rumpun bambu, saya tunggu jumat depan ya!
Penulis
Mustafa Ibrahim Delima
Anggota FAMe Chapter Pidie
BARU DI STEEMIT @NITESHBANIYA
AKU AKAN MEMBANTU ANDA UNTUK MEMBUAT pengikut @NITESHBANIYA
Halo dan selamat datang di komunitas. Saya mengikuti Anda dan akan menghargai sebuah tindak lanjut. Saya @REECHA melihat ke depan untuk melihat lebih banyak posting! Semoga harimu menyenangkan dan menyenangkan. Selamat datang !!!!!!!!!!!!!! @ NITESHBANIYA
Mohon upvote, comment, resteem dan ikuti @niteshbaniya
kembali berhubungan kembali untuk upvote
@REECHA
MENGIKUTI KEKUATAN KAMI
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mesjid Labui, salah satu mesjid yang bernilai sejarah tinggi di Pidie.
Mantap bang
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit