Bab 23
Jejak Spirit Aceh
Assalamua’laikum kawan-kawan steemit,,,,,,,
Pada pembahasan kali ini saya akan mengupas sedikit tentang “jejak spirit Aceh”.
Kalau berbicara tentang jejak spirit Aceh, penulis sendiri beranggapan bahwa Aceh memang tidak lagi menghasilkan sistem berfikir dalam kehidupan budaya Aceh yang memfungsikan spirit Aceh itu sendiri. Meskipun dalam beberapa hal, spirit tersebut masih dapat dilihat secara nyata, misalnya spontanitas dalam mengucapkan “krue semangat” dalam beberapa hal, praktek “pesijuek”, tradisi” meugure atau meu nuntun euleume”. Namun demikian, impek dari tadisi mengure saat ini menurut penulis tidak lagi memberikan pengembangan ilmu di Aceh, bahkan dianggap sudah ketinggalan jaman.
Pada beberapa penjelasan yang ditulis oleh penulis, hari ini Aceh telah dikontaminasi oleh spirit kapitalisme. Seperti misalnya hilangnya sistem berfikir masyarakat Aceh tempo dulu, contohnya seperti mencari uang untuk tidak miskin, bukan untuk beureukat (berkah). Proses penyamaian spirit Aceh tidaklah mudah jika dilihat kondisi sekarang, karena sistem berfikir masyarakat Aceh juga telah berubah, dari yang dulu mampu berfikir amat abstrak beralih menjadi pola pikir material.
Hal serupa juga terjadi pada persoalan kebudayaan, seperti masyarakat yang masih bertahan untuk menggunakan makna-makna simbolik tertentu dari kebudayaan Aceh, praktek ini hanyalah dilakukan oleh masyarakat-masyarakat yang masih berada di wilayah perkampungan. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang sudah meninggalkan simbol-simbol tersebut, seperti budaya Aceh dalam makanan (kenduri maulud nabi), pakaian Aceh, tarian-tarian dan tradisi penjemputan tamu.
Di sisi lain, Aceh juga sangat kental dengan sejarah kerajaan yang mengedepankan ulama dalam permasalahan masyarakat dan mempercayakan ulama untuk memiliki posisi-pisisi yang sangat layak. Adapun para ulama di Aceh sangat dikenal dengan ilmu dan karya-karya serta perjuangan-perjuangannya dalam membela Aceh. Di sini dapat dilihat bahwa spirit pembangunan Aceh pada saat itu adalah melalui ilmu pengetahuan.
Menurut penulis di Aceh, upaya untuk menggali aspek ilmuan masih belum begitu muncul, sehingga paham keacehan yang mampu menerima spirit ini karena ada pandangan bahwa orang Aceh tidak boleh menjadi kafir, karena tanah Aceh adalah tanah para aulia. Dalam hal ini dayah merupakan pusat penyemaian kebudayaan dan intelektual.
Di Aceh tradisi mencari ilmu Allah selalu di tutup dengan sebuah jalan sufi yang di kenal dengan tarekat dan ulama dianggap berkuasa terhadap suatu kampung dan diberikan julukan berdasarkan daerah tempat tinggal mereka, seperti Abu tanoh mirah, Abu kuta krueng, Abu panton dan lain-lain. Di sini terkandung makna bahwa spirit suatu kampung di Aceh sangat tergantung pada tingkat spiritualitas seorang ulama di kawasan tersebut, bahkan beberapa ulama yang memiliki kelebihan seperti keuramat, cenderung dipandang sebagai wali bagi daerah tersebut.
Nah, Spirit ini kemudian menjadi pagar bagi masyarakat setempat dan masyarakat menjadi patuh tentang apa yang diucapkan oleh ulama. Tokoh spiritual Aceh ini kemudian dengan ilmu yang dimiliki mampu memberikan spirit bagi pembangunan Aceh.
Inti dari jejak spirit Aceh yang mulai hilang adalah seperti yang dipaparkan oleh penulis yaitu adanya upaya untuk membuka kembali kajian mengenai spirit di Aceh. Kesultanan Aceh yang telah hilang kekuasaan dan kewenangnnya dan hanya dijadikan sebagai simbol-simbol kerajaan untuk menjadi aset kebudayaan. Hasilnya spirit pembagunan Acehpun tidak dikendalikan lagi oleh sistem kerajaan. Adapun poros ulama juga telah mengalami pergeseran yang sangat signifikan, padahal dalam sejarah Aceh peran ulamalah yang paling berpengaruh dalam pembangunan Aceh itu sendiri. Selanjutnya pergeseran spirit kebudayaan Aceh juga disebabkan oleh orang-orang Aceh itu sendiri, sebagimana ada beberapa upaya untuk membangun kembali kekuatan Aceh, justru ditentang oleh perilaku orang Aceh itu sendiri, yang cenderung memiliki energi negatif seperti korupsi, pengkhianatan dan lain sebagainya.
Demikian pembahasannya, semoga bermanfaat ya!!!!
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
--------Nurhakiki--------