Acehnologi Review "DARI TEUNGKU KE USTAZ" [VolumeIII:Bab32]

in acehnologi •  6 years ago 

Pada hakikatnya,tidak sedikit yang memandang bahwa Teungku adalah kelompok ulama local dan guru dikampung atau dayah. Adapun makna ustadz adalah guru, mereka maminkan peran tidak hanya di pondok pesantren , tetapi juga sebagai guru dakwah, kedua konsep ini telah dikenal luas di Aceh. Namun, dalam dua decade terakhir, setelah pengenalan terhadap pondok pesantren moren, yang di adopsi daro Gontor pada tahun 1980-an, panggilan ustadz telah diterima sebagai gelar dalam bidang keagamaan di Aceh.

Jika satu kampong tidak ada seorangpun yang belajar did ayah, maka kampong tersebut akan mengalami persoalan internal, artinya mereka sama sekali tidak memiliki generasi yang menduduki posisi sebagai Teungku Meunasah, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan, para orang tua akan merelakan anak gadis mereka dinikahi oleh alumni dayah. Tujuannya adalah supaya pemuda tersebut akan tinggal dikampung tersebut kemudian menjadi Teungku Meunasah. Tentu saja system ini tidak akan dijumpai di kawasan perkotaan Aceh, karena itu dikalangan masyarakat tradisional, para orang tua masih memetingkan untuk mengirim anak mereka ked ayah. Seorang ayah santri menuturkan bahwa dia tidak akan khawatir dengan karis anaknya, karena dia percaya bahwa persoalan ini dikendalikan oleh Allah.

Kelompok ustadz ini dikoordinasikan oleh ulama local, lulusan dar Timur Tengah, mereka mengadakan rapat secara berkala untuk mengevaluasi diri mereka. Dalam jaringan sunnah ini peran Teungku tidak akan pernah dijumpai, system ini hampir mirip dengan system kaderisasi di kampus ketika muncul kebangkitan Islam pada tahun 1970-an dan 1989-an. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok dayah di Aceh Utara ingin mengambil otoritas administrasi pengurusan masjid, mereka dang ke masjid ketika shalat isya, setelah itu mereka menjadi imam, setelah shalat dia melakuakan doa seperti biasa di kalangan dayah, salah satu dari anggota sunnah berdiri dan meminta dia untuk berhenti berdia seperti itu karena mereka tidak pernah melakukannya seperti itu dan dipandang bukan bagian dari sunnah. Setelah itu, konflik tidak dapat di hindarkan, sebenarnya, kelompok dayah ingin membuka perdebatan mengenai teologi dengan komunitas tersebut. Namun demikian, kelompok sunnah mengatakan bahwa masjid bagi siapa saja, tetapi tradisi dayah tidak boleh dibawa kedalam komunitas tersebut.

Terkait ada persoalan yang cukup serius dalam masyarakat Aceh, khususnya yang berkaitan dengan kesinambungan system pendidikan tradisional. Hal ini disebabkan oleh para orang tua di Aceh lebih tertarik untuk mengirim anak mereka pada pondok modern, ketimbang ked ayah. Hal ini mungkin boleh jadi disebabkan karena anak-anak mereka bias melanjutkan studi lebih tinggi, tidak hanya di Aceh, tetapi ke Timur Tengah. Dalam kondisi ini, peran dayah semakin menurun dalam pengembangan pendidikan, selain itu keterlibatan ulama dalam politik Aceh juga tidak ada “jaminan masa depan” bagi lulusan dayah.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @ikhwanul.ambia! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!