Acehnologi Review "MAKNA DAN PERAN BAHASA ACEH" [VolumeIII:Bab26]

in acehnologi •  6 years ago 

Studi mengenai sastra Aceh masih dapat dikatakan tidak begitu banyak dilakukan oleh peminat studi bahasa. Berbeda dengan bahasa-bahasa lain yang ada di nusantara saitu adanya sastra melayu jawa dan sunda. Sampai sekarang, keberadaan bahasa Aceh semakin mengkhawatirkan, selain tidak kerab digunakan sebagai bahasa pengantar, juga sangat sedikit sekali karya yang ditulis dalam bahasa Aceh. Bahasa Aceh berada dikondisi yang amat mengkhawatirkan. Nasib bahasa Aceh hampir sama dengan nasib bahasa melayu di singapura atau di Thailand selatan. Demikian pula, bahasa melayu di Thailan selatan juga hampir punah karena pemerintan melakukan berbagai upaya supaya bahasa Thai menjadi bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari mulai dari sekolah hingga pasar.

Factor bahasa memainkan peran yang cukup signifikan dalam pembentukan kebudayaan atau bahkan peradaban sekalipun. Tentang asal usul bahasa terdapat teori besar. Pertama, aliran teologis yang menganggap manusia bias bahasa karena anugerah tuhan dan pada mulanya tuhan yang mengajarkan kepada adam,nenekmoyang seluruh manusia. Kedua, aliran naturalis yang memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan bawaan alam, sebagaimana kemampuan untuk melihat,mendengar,maupun berjalan. Ketiga, aliran konvensionalis yang menyebutkan bahasa merupakan sebagai produk sosial. Bahasa sebagai media untuk memberikan makna dari sekian tanda atau sign. Jadi bahasa yang telah menawarkan konsep-konsep juga tidak bias dipahami sebelum dijelaskan makna terutama tanda-tanda yang memiliki dampak pengetahuan bagi suatu masyarakat atau peradaban manusia.

Bahasa Aceh bukanlah bahasa nasional ataupun Internasional. Namun Aceh pernah menjadi pusat peradab yang paling besar di asia tenggara, yaitu pada abad ke 17. Walaupun saat itu bahasa Aceh yang digunakan adalah melayu-pasai, namun keberadaan bahasa Aceh telah menciptakan suatu kebudayaan tersendiri bagi masyarakat Aceh. Karena itu, ketika bahasa Aceh tidak lagi menjadi hal yang penting dalam kehidupan masyarakatnya, maka dapat dipastikan bahwa kebudayaan Aceh juga akan ikut menghilang. Sebagaimana dijelaskan, bahwa pusat pemahaman para peneliti didalam memahami cara pandang suatu masyarakat adalah terletak pada bahasa yang berisi symbol dan memiliki makna.

Disadari atau tidak,ini merupakan hasal dari perjalanan panjang rakyat Aceh dalam mempersiapkan bahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari mereka. Anak-anak yang berbicara bahasa Aceh di keluarga mereka pada tahun 1970 dan 1980-an, tetap mampu berbicara bahasa Indonesia sebaliknya anak-anak yang berbicara non Aceh di keluarga mereka sekitar tahun 1990 dan 2000-an, amat susah berkomunikasi dalam bahasa daerah sehingga ketika mereka kuar rumah bahasa Indonesia lebih mudah bagi mereka untuk berkomunikasi ketimbang bahasa Aceh.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!