Yang janggal menurut saya
- Font yang tidak konsisten, bahkan ada huruf yang sengaja di tulis dua kali dengan teknik yang berbeda
- Nama Eza, Hendra dan tulisan kurang terbaca di depan nama Eza (mungkin kakak), nama yang muncul tanpa latar belakang dalam surat wasiat.
- Terkesan terburu-buru menulis surat wasiat sehingga penyusunan kata yang semraut
- “adek Lia”, jika surat ditujukan untuk mamanya (pendahuluan) seharusnya cukup adik saja atau adik-adik jika ada beberapa adik dan tidak perlu lagi menambahkan nama Lia.
- Penyebutan nama pewasiat sebanyak delapan kali dalam surat wasiat yang hanya satu paragraf. Seakan-akan untuk meyakinkan bahwa benar yang menulis surat tersebut adalah Lia.
- Surat wasiat bunuh diri biasanya juga berisi wasiat setelah penulis mati dan juga kata-kata terima kasih khususnya untuk orang tua.
- “sayang kali” adalah bahasa sehari-hari, tetapi bahasa tersebut kontradiksi dengan kalimat “sudah buntu jalannya” yang terkesan lebih formal.
- “Lia sudah buntu jalannya”, apakah ini bermaksud ada orang kedua yang memberitahukan bahwa si pewasiat sudah buntu jalannya, jika si pewasiat yang menulis bukannya bahasanya menjadi “Jalan saya sudah buntu”.
(Disclaimer : Semua penilaian ini tidak dilakukan oleh profesional dan tidak dapat dijadikan referensi apapun karena hanya pihak yang berwajib yang wajib memberikan penilaian (polisi dan aparatur negara lain yang terkait) dan klarifikasi)