Sang Petani Alami dari Marga Cinta

in agroekologi •  6 years ago  (edited)

Institut_Agroekologi_Indonesia_Marga_Cinta_Konawe_Selatan (4).JPG

Tanpa olah tanah, tanpa pupuk, tanpa penyiangan, dan tanpa bahan kimia, tapi panen berlimpah. Usep Hendrawan di Desa Marga Cinta membuktikan ini bukan mitos.

Empat prinsip pertanian alami pertama kali dirumuskan oleh Masanobu Fukuoka, petani alami dari Ehime Jepang. Keempat prinsip tersebut; 1) Tanpa olah tanah, 2) tanpa pupuk bahkan tanpa kompos yang sengaja disiapkan, 3) tanpa penyiangan, dan 4) tanpa penggunaan bahan-bahan kimia. Masanobu menuliskan prinsip berdasarkan pengalamannya bertani alami ke dalam beberapa buku. Salah satunya, Revolusi Sebatang Jerami (One Straw revolution).

Banyak yang datang dan belajar padanya, kemudian mencoba, lalu menyerah menganggap pertanian alami dengan empat prinsip tersebut mustahil diterapkan di tempat lain. Beberapa peminat pertanian alami yang saya jumpai, kadang memunculkan prinsip kelima jika membahas empat prinsip a la Masanobu. Prinsip ke-5 tersebut ialah “Tanpa hasil (panen)”.

Beberapa bulan lalu saya berjumpa dengan Usep Hendrawan alias Kang Usep. Dia tinggal di desa Marga Cinta. Desa ini ada di kec Moramo, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kang Usep bertani sawah dan menangkarkan ikan koi. Rumah, kebun pekarangan, kolam, dan sawahnya berada di satu hamparan. Kesemuanya diurus terpadu. Terutama pengelolaan sawah seluas 2000 meter persegi dengan penangkaran koi.

Kang Usep menerapkan sawah tanpa olah tanah. Rumput di sawah ia tebas atau babat. Kemudian sawah dialiri air hingga macak-macak. Becek tapi tak tergenang. Setelah itu, diilakukan penebaran mikro-organisme lokal pembenah dan penyubur tanah yang ia perbanyak sendiri. Keadaan ini dibiarkan selama 2 pekan. Rumput yang terpangkas akan mati, sebagian terdekomposisi.

Selanjutnya sawah digenangi, muka air ditinggikan. Dibiarkan selama 1 pekan. Lalu, sekitar 20-30 ribu nener atau anakan ikan koi yang baru berusia 10 hari sejak menetas dilepas ke sawah. Lamanya masa pemiaraan nener disesuaikan dengan masa tanam padi yang akan datang. Bisa sebulan atau dua bulan. Pada masa itu anakan ikan sudah bisa diangkat dan dipindahkan ke kolam pembesaran atau dijual.

Setelah anakan ikan koi dipanen, sawah ditebar dengan pupuk kandang. Tidak banyak. Sekitar 2-3 kwintal. Ditambah dengan mikroorganisme lokal. Lalu sawah kembali diairi hingga kondisi macak-macak. Beberapa hari kemudian, penanaman padi dilakukan.

Sepuluh hari sejak padi ditanam, sawah digenangi kembali. Kembali nener ikan koi ditebar ke sawah. Anakan ikan ini akan memastikan proses tanpa penyiangan dan pemupukan. Rumput jadi pakan alami nener, kotoran nener jadi penyubur. Sebulan kemudian, nener dipanen sebagai anakan ikan kategori burayak yang berukuran 3 - 5 cm.

Usai panen nener, sawah dikeringkan hingga macak-macak. Tanah sawah disiram mikroorganisme lokal. Kondisi kering dibiarkan selama 1 minggu. Lalu, digenangi lagi untuk ditebari nener angkatan ketiga. Satu bulan kemudian, ketika bulir padi memasuki fase masak susu, nener dipanen atau dipindah ke kolam lepas, dan sawah dibiarkan mengering hingga panen.

Dari sawah 2000 meter persegi, Kang Usep memanen padi sebanyak 7 - 8 kwintal. Setara dengan rata-rata produksi padi nasional (3,5-4 ton per hektar). Selain itu, panen anakan ikan sebanyak 3 kali. Rata-rata keuntungan Rp 1000 per ekor dengan tingkat apkir 15 - 20 % karena kerdil atau ukuran tidak seragam. Anakan apkir ini tetap laku dijual separuh harga.

Selain soal hasil panen, praktik bertani Kang Usep ini berhasil membuktikan bahwa 4 prinsip pertanian alami itu dapat dilakukan pada masa kini dan dimana saja. Tanpa olah tanah, tanpa pupuk, tanpa penyiangan, dan tanpa bahan kimia beracun. Hal terakhir, jika menggunakan bahan kimia pertanian (agrochemical) seperti pestisida, ikan akan mati.

Masanobu Fukuoka menulis empat prinsip bertani alami berdasarkan praktik kesehariannya di kebun miliknya. Usep Hendrawan berpraktik dan membuktikan prinsip itu tanpa kenal Masanobu Fukuoka.

Saya pengagum Masanobu Fukuoka. Bukunya, Revolusi Sebatang Jerami, nyaris selalu saya bawa kemana-mana selayaknya kitab suci pertanian alami. Di hari terakhir perjumpaan dengan Kang Usep, saya keluarkan buku pegangan yang ada di tas saya. Kang Usep lebih berhak memegangnya ketimbang saya yang belum bisa menerapkannya dalam skala luas. Ahahaha! ###

Institut_Agroekologi_Indonesia_Marga_Cinta_Konawe_Selatan (1).JPG
Di Pematang Sawah, Kang Usep melayani pertanyaan saya dan Sarah Meyer (pengggiat permakultur asal Perancis) ketika kami berkunjung ke Marga Cinta

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

jika dipadukan antara tumbuhan dan hewan yang membantu, maka biaya pertanian atau perkebunan akan berkurang drastis....

Setuju, bang @acehero...

Pertanian terpadu menihilkan penggunaan asupan luar dan kerja-kerja yang tak terlalu dibutuhkan di lahan pertanian.

Pemandangan sawah yg indah dapat menyegarkan mata..

Iya, mbak @ami92. Ijo. Adem. Hehe

Congratulations @syamar! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes received

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do you like SteemitBoard's project? Then Vote for its witness and get one more award!