Akankah Robot Mengganti Agama?

Will Robot Transform Religion?
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan dan robot semakin pesat. Hampir semua lini kehidupan masyarakat misalnya pendidikan sekarang mengandalkan kecerdasan buatan, baik dalam tingkat yang sederhana seperti aplikasi atau software maupun tingkat yang lebih tinggi seperti robot. Tak terkecuali dalam bidang agama.
Muncul pertanyaan “will robot transform religion?” Akankah robot mengubah agama, akankah robot mengambil peran agama? Akankah orang beralih dari agama menuju pada robot, pada sains murni? Akankah agama musnah? Saya mencoba mengkritisi pertanyaan tersebut dengan beberapa pokok pikiran:

  1. Robot tidak mampu berpikir selayaknya manusia. Robot memang memiliki memori yang mumpuni tetapi robot tidak mampu mengolah pikirannya secara independen. Robot sangat terikat dengan pemrogramannya. Robot tidak punya moral, yang ada padanya Cuma perintah komputer. Apa yang dikatakan robot serta apa yang ada dalam memorinya adalah input dari pikiran manusia. Robot bisa berbicara mengenai filsafat sebab sebelumnya diinput pemikiran filsafat.
  2. Saya setuju dengan pandangan P. Slowomir Abralmowski dan Rabbi Mashe Lewin dalam video youtube “God and Robots: Will AI transform Religion?” bahwa robot dapat membantu manusia untuk menjalankan agama misalnya dalam memberikan pengetahuan dan pengingat tetapi tidak dapat menggantikan imam ataupun rabhi. Robot adalah buah tangan manusia yang mesti dipandang sebagai ciptaan bukan pencipta. Dalam hal ini, robot tidak dapat mengubah pandangan dan ajaran agama.
  3. Robot bisa saja mengambil peran agama dalam hidup seseorang. Ini tergantung pandangan pribadi akan agama. Bisa saja seseorang putus asa meminta semangat dan dukungan dari robot bukan dari patung-patung bisu agama. Dengan demikian besar kemungkinan pengikut suatu agama akan berkurang.
  4. Situasi manuasia sekarang benar benar bergantung pada perkembangan teknologi, sampai-sampai pola pikir dan tingkah laku mencerminkan perilaku mesin—lebih mementingkan yang fungsional daripada personal. Kira-kira itu yang dimaksud Donna Haraway dalam dalam esai “A Cyborg Manifesto: Science, Technology, and Socialist-Feminism in the Late Twentieth Century,”
    Dalam hubungannya dengan beragama, agama bisa saja dipandang sebagai sarana, mesin, alat. Segala yang tidak punya fungsi dan kegunaan harus ditinggalkan. Bisa saja muncul pertanyaan, untuk apa berdoa meminta sesuatu kalau keberhasilan ditentukan oleh usaha.
    Penelitian Pew tahun 2015 membuat prediksi eksistensi agama. Katanya, "Barat akan semakin sekuler, namun di belahan dunia lain sisanya, agama justru tumbuh cepat". Agama akan bertumbuh subur di negara-negara miskin dan berkembang di Asia dan Afrika tetapi berkurang di negara maju seperti di Eropa. Bukankah penelitian ini menunjukan kepentingan fungisional dari agama.

Kesimpulan
“Will robot transform religion?” Robot tidak bisa mengubah ajaran agama, sebab sifatnya paten dan mutlak. Namun, robot bisa mengambil peran agama; membuat banyak orang menjadi ateis ataupun agnostic; bahkan meruntuhkan agama.

Referensi:

BBC News. God and robots: Will AI transform religion?, Youtube, uploaded by BBC News.
(

). 5 Desember 2021.
Choudhury, Sumit Paul. 2019. Bagaimana Nasib Agama di Masa Depan? (https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-50001545). 5 Desember 2021.
Yap Lu Fan. 2012. Belajar Menjadi Sungguh Manusia.
(https://komkat-kwi.org/2014/03/21/belajar-menjadi-sungguh-manusia/). 5 Desember 2021.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!