BOOK REVIEW: PENDEKATAN-PENDEKATAN ALTERNATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

in alternatif •  7 years ago 

PENDEKATAN-PENDEKATAN ALTERNATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) 

Disandur oleh Prof. Dr. M.A.S. Iman Chourmain, M.Ed.    

Dari buku Alternatif approaches to educating Young Children    

 

Gambar dari https://www.belbuk.com

BAB I  PROGRAM-PROGRAM YANG MENEKANKAN  PERKEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK  

 Bab I buku ini membahas enam subpokok bahasan dengan judul utama program-program yang menekankan perkembangan keterampilan anak. Adapun keenam subpokok tersebut membahas: (1) tujuan kurikulum, (2) perencanaan pembelajaran, (3) peran pembelajaran guru dan siswa, (4) metode-metode penilaian (evaluasi), (5) penggunaan ruang fisik, dan (6) bahan-bahan instruksional (pembelajaran). Bab I berjumlah sembilan halaman dimulai dari halaman 15 s.d. halaman 24.  Pada bagian pertama Bab 1 dijelaskan bahwa anak-anak usia dini butuh untuk mengembangkan keterampilan khusus yang akan memungkinkan dirinya mampu untuk melakukan sesuatu secara efektif di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendekatan pengembangan psikomotor menurut taxonomy B.S. Blooom dijelaskan bahwa pengembangan keterampilan dalam membaca, berbahasa, menulis dan berhitung, dan perilaku yang dibutuhkannya di kelas seperti bekerja secara mandiri, memberikan perhatian, dan menyelesaikan sesuatu tugas didasarkan dan bertumpu pada pendekatan tersebut. Agar anak-anak tuntas pada keterampilan dan perilaku tersebut, strategi mengajar dirancang/didesain untuk mengubah kinerja yang mudah diamati dan terukur.  Dijelaskan juga bahwa program-program yang berorientasi pada keterampilan sering kali memanfaatkan penggunaan berbagai cara penguatan (reinforcers) antara lain, dengan kata-kata pujian, perhatian, pengakuan, bahkan sering kali menggunakan upaya penguatan yang tidak tampak seperti permen, pujian, atau bahkan uang. Tujuan dilakukannya hal tersebut agar memberikan konsep diri yang positif bagi anak dan pada hakikatnya dampak pengalaman yang dirasakan sebagai suatu keberhasilan di sekolah. Dengan perkataan lain, kemampuan adalah benih dan awal kepercayaan.  Adapun contoh program-program pengembangan keterampilan dalam program unggulan dan tindak lanjut yang dilakukan baik oleh personal maupun bidang terkait, adalah sebagai berikut.  1) Pendekatan analisis perilaku yang disponsori oleh Dr. Donald, Universitas Kansas. 2) Pendekatan struktural psikologi, disponsori oleh Drs. Sigfried Engelsman, Universitas Oregon.  3) Pendekatan yang berorientasi pada struktural pedagogik, yang disponsori oleh Dr. Walter L. Hodges, Universitas Negeri Georgia.  4) Proyek Pendidikan Dasar yang disponsori oleh Lauren Resnick, Universitas Pittsburgh.  5) Program pembelajaran individual usia dini yang disponsori oleh D. Warren Sheplers, Universitas Pittsburgh.  Pada bagian kedua dengan subpokok pembahasan tujuan kurikulum, dalam buku ini dijelaskan bahwa tujuan adanya kurikulum di sekolah sangat luas. Dengan kata lain, tujuan kurikulum memuat harapan-harapan jangka panjang untuk perkembangan keterampilan perilaku anak. Untuk mewujudkannya, diperlukan adanya batasan dari masing-masing tujuan tersebut ataupun tidak hanya berfokus pada hasil-hasil pembelajaran khususnya.   Dijelaskan juga prototipe tujuan-tujuan bagi program keterampilan anak setidaknya menitikberatkan pada tiga hal. Pertama, perkembangan kognitif (kecerdasan). Dalam hal, anak dituntun menguasai tiga hal, di antaranya: anak-anak mampu mengungkapkan bahasa-bahasa tertulis, mampu mengembangkan konsep-konsep angka, dan mampu memecahkan soal berhitung.   Kedua, perkembangan bahasa. Sama halnya dengan perkembangan kognitif, pada perkembangan bahasa berfokus juga pada tiga hal. Di antaranya, kemampuan anak-anak berbahasa Indonesia yang benar, mengetahui antonim kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan mengikuti petunjuk kompleks.   Ketiga, perkembangan sikap (affective).  Tujuan dari pengembangan sikap berorientasi pada tiga hal, yakni: (1) anak-anak dapat menunjukkan sikap positif terhadap sekolah dan kegiatan belajarnya, (2) mengembangkan konsep diri yang positif dengan mengalami sendiri keberhasilan-keberhasilan akademiknya, dan (3) mampu berinteraksi dengan akfektif terhadap orang-orang dewasa dan anak-anak lainnya. Pada prinsipnya, tujuan yang berorientasi pada produk, lebih terfokus pada hasil-hasil yang spesifik yang dapat diamati, yakni produk-produk akhir dan sama sekali bukan proses, bagaimana dan mengapa sesuatu itu diperoleh atau dicapai.   Bagian kedua pada Bab I, dalam buku ini membahas mengenai perencanaan pembelajaran. Hasil akhir pembelajaran dinyatakan dalam tujuan terminal (antara). Adapun tujuan-tujuan tersebut, antara lain:  1) uraian hasil sesuatu kegiatan belajar yang diharapkan dicapai oleh pembelajar (anka-anak); 2) lingkungan atau situasi dalam mana pembelajar (anak-anak) diharapkan melakukan perilaku yang diharapkan;  3) pernyataan tentang kinerja atau kriteria yang akan menentukan tuntasnya tingkat pencapaian tujuan belajar.   Ada dua program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan intelektual anak. Program pertama dinamakan program tradisional. Pada program ini, penilaian dan perencanaan dilakukan pada keseluruhan kelas berdasarkan pada kelompok-kelompok kecil anak-anak. Program kedua, program yang berorientasi keterampilan. Pada program ini, kinerja pembelajar individual secara sistematik didagnosis dan tujuan-tujuan spesifik dan situasi pembelajaran diuarikan dan ditetapkan.   Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang harus menjadi prioritas dalam hal perencanaan pembelajaran, di antaranya: lingkungan belajar, perilaku guru, bahan-bahan pembelajaran. Ketiga hal tersebut diharuskan secara maksimal agar memperkecil kemungkinan terjadinya perilaku yang tidak diharapkan.  Begitu juga dengan ruangan kelas, diharapkan didesain jelas dan nyata serta mengandung tujuan yang spesifik dari masing-masing unsur.   Bagian ketiga dalam Bab I, dijelaskan mengenai peran pembelajaran guru dan siswa. Dijelaskan bahwa guru setidak-tetidaknya menerapkan delapan hal saat melangsungkan pembelajaran. Adapun kedelapan hal tersebut, adalah sebagai berikut. 1) Memotivasi minat anak dalam aktivitas isi/program pembelajaran; 2) Menyatakan hasil belajar yang diinginkan kepada kelompok-kelompok anak dengan menggunakan istilah-istilah yang dimengerti oleh anak-anak;  3) Melakukan model perilaku yang sesuai; 4) Melaksanakan mengejar sebagai yang telah dinyatakan dalam tujuan belajar; 5) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang langsung mengungkapkan ingatan; 6) Memperkuat dengan pengulangan keterlibatan anak adalam perilaku yang diharapkan; 7) Memberikan umpan balik hasil belajar kepada anak-anak; 8) Melaksanakan “acara penutupan” kegiatan.  Bagian keempat dalam Bab I membahas mengenai metode-metode penilaian evaluasi. Sriven mendefinisikan terdapat dua bentuk evaluasi. Pertama, penilaian evaluatif, dan kedua penilaian formatif. Adapun pengertian penilaian formatif adalah upaya penilaian perkembangan keterampilan sesuai perubahan kurikulum. Sementara pengertian penilaian formatif adalah upaya penilaian dengan tujuan melakukan penilaian terhadap dampak menyeluruh kurikulum yang sudah dikembangkan dengan cara menggunakan hasil penilaian formatif.   Penerapan penilaian formatif dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, sedangkan penilaian sumatif dapat dilaksanakan pada awal dan akhir tahun pelajaran. Tes standar mungkin dapat digunakan sebagai bagian dari penuilian sumatif dalam program perkembangan keterampilan. Selain itu, guru diharapkan memilih seperangkat tujuan utama yang mewakili perkembangan psikomotor; kognitif, dan perkembangan bahasa.   Bagian kelima dalam Bab I membahas mengenai penggunaan ruang pisik. Ada tiga jenis ruang dalam penggunaan ruang fisik di sekolah. Pertama, ruang fifik berorientasi pada keterampilan dirancang untuk memudahkan pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil, kerja mandiri, dan penguatan perilaku. Kedua, ruang keterampilan akademik berisi meja-meja siswa untuk tugas mandiri, dan kerja kelompok. Ketiga, ruang imbalan atas pilihan sendiri berisi permainan olahraga, bahan-bahan kesenian, pusat pendengaran musik, dan aktivitas-aktvitas yang memberikan imbalan dan menyenangkan.   Bagian keenam dalam Bab I membahas mengenai bahan-bahan instruksional (pembelajaran).  Bahan-bahan komersial yang lazim digunakan dalam program yang berorientasi keterampilan termasuk antara lain, keterampilan-keterampilan hidup, yakni; (1) program membaca, (2) perkembangan kemampuan mencermati, (3) kemampuan menulis, (4) hasrat ingin tahu, (5) berani mengambil risiko, (6) berani menentukan keputusan sendiri, (7) mudah bergaul dengan sesamanya, dan (8) suka akan perubahan. Bahan-bahan tersebut bersifat terstruktur sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang disusun secara diagnostik dan mensyaratkan bahwa bahan-bahan kurikulum.

  
   BAB II  PROGRAM YANG MENGUTAMAKAN PERTUMBUHAN KOGNITIF     Bab ke-II buku ini membahas enam topik pembahasan. Keenam topik pembahasan tersebut, yakni: (1) tujuan-tujuan kurikulum, (2) perencanaan pembelajaran, (3) peran pembelajaran guru dan siswa, (4) metode-metode/cara-cara peniliaan (evaluasi, (5) penggunaan tata ruang pisik, dan (6) bahan-bahan pembelajaran (instruksional). Keenam topik tersebut sama halnya yang terdapat dalam program pengembangan keterampilan. Hal ini disebabkan antara keterampilan, kognitif, dan afektif saling berkaitan.  Program pengutamaan perkembangan kognitif dengan kuat mendukung pandangan yang memperbolehkan anak untuk memilih dari berbagi aktivitas yang terbuka, sehingga terjadi kesepahaman dan kecocokan bagi diri anak-anak. Adapun program yang dirancang dalam aneka program unggulkan dan tidak lanjutnya menyajikan pendekatan pengutamaan perkembangan kognitif adalah sebagai berikut.  (1) Kurikulum yang berorientasi kognitif disponsori oleh David P. Karet; dai yayasan Penelitian Pendidikan Unggul; (2) Model pendidikan dasar Kota Tucon yang disponsori oleh Ronald Henderson, dari Universitas Arizona; (3) Lingkungan belajar yang responsif; disponsori oleh Glen Nimnicht, Far West Laboratorium bagi penelitian dan pengembangan pendidikan; dan  (4) Model pendidikan yang terkait; disponsori oleh Harold Freeman, Universitas Fordham.   Bagian pertama dalam Bab ke-II dibahas mengenai tujuan-tujuan kurikulum. Terdapat tiga perkembangan dalam program yang mengutamakan keterampilan kognitif. Ketiga perkembangan tersebut, yakni: (1) perkembangan kognitif, (2) perkembangan berbahasa, dan (3) perkembangan sikap/afektif. Dari ketiga perkembangan tersebut dirincikan kembali mengenai tujuan-tujuan kurikulum.  1) Perkembangan kognitif a. Anak-anak akan mengembangkan cara-cara yang terencana untuk pemecahan masalah-masalah b. Anak akan mengembangkan kemampuan untuk menimbang dimensi-dimensi jamak atas sesuatu masalah secara simultan; c. Anak-anak akan memilih beberapa kriteria, menerangkan kriteria-kriteria itu dan kemudian mengklasifikasikan seperangkat objek secara konsisten sesuai dengan seperangkat objek-objek itu.  2) Perkembangan bahasa  a. Anak akan mengutamakan kata-kata yang bersifat sosial sebagai lawan kata-kata yang bersifat pemusatan pada dirinya; b. Anak akan bergaul dengan orang dewasa dalam pembicaraan dan percakapan; c. Anak akan menggambarkan objek-objek yang tidak ada hubungan langsung dengan lingkungan.    3) Perkembangan sikap a. Anak akan mengembangkan jati diri yang positif; b. Anak akan bermain dan bekerja sama dengan anak-anak yang lain; c. Anak-anak akan bermain bekerja sama dengan orang dewasa.    4) Perkembangan perilaku  a. Anak akan mengembangkan perilaku menyeluruh untuk membantu berinteraksi dengan lingkungannya; b. Anak akan mengembangkan interaksi dengan lingkungan.    Berdasarkan keempat perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua tujuan perilaku yang memfasilitasi interaksi dengan lingkungan sekitar. Tujuan program pengembangan kognitif merefleksikan keterkaitan baik yang terorganisasi, interaksi yang nyata, maupun terorganisasi dalam interaksi yang tidak tampak yang sifatnya internal.   Bagian kedua dalam Bab ke-II dibahas mengenai perencanaan pembelajaran. Dalam program pengutamaan perkembangan kognitif, guru dan anak harus melakukan perencanaan bersama. Hal tersebut dilakukan dengan alasan sebagai berikut:  (1) anak adalah penentu yang terbaik atas apakan pengalaman baru atau paling sesuai/cocok bagi diri si anak;  (2) jika anak, dirinya ikut serta pada suaut rencana aksi untuk sehari-hari bersama dengan orang dewasa, si anak akan kemungkinan untuk melaksanakan rencana aksi itu sendiri; (3) rencana yang disusun bersama memungkinkan guru untuk menyarankan bentuk-bentuk tertentu interaksi yang dia anggap akan sesuai dengan kebutuhan anak;  (4) rencana yang dilakukan bersama guru dana anak-anak memberikan dasar bagi penilaian akhir yang dilakukan pada hari kegiatan itu dilakukan.    Tiap tujuan yang didaftar dalam bagian terdahulu dapat diterjemahkan ke dalam tujuan tidak langsung atau “tujuan antara” dan “hasil belajar. Untuk tujuan-tujuan penjelasan, suautu tujuan dari ranah kognitif perkembangan anak dikembangkan dalam agenda saat itu. Adapun lingkup “tujuan antara” atau tujuan tidak langsung, antara lain:  (1) anak akan memilai, sebelum mencoba memecahkan masalah dimensi-dimensi permasalahannya;  (2) anak akan mempertimbangkan metode-metode alternatif, bagi pemebcahan masalah;  (3) anak akan mempertimbangkan hasil-hasil yang mungkin dicapi dari penggunaan metode alternatif yang dipilihnya untuk dipecahkan; (4) anak akan memberikan prioritas terhadap alternatif-alternatif metode yang tepat untuk pemecahan maslah, dan membuat daftar bagi strategi-strategi yang mungkin.  Berdasarkan kedua hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran yang melibatkan anak dalam perencanaan pembelajaran akan menghasilkan;  (1) Anak akan mendiskusikan dimensi-dimensi masalah yang relecan dan tidak relecan dan memberikan alasan atas caranya ia telah mengklasifikasikan masalah. (2) Anak akan mendiskusikan metode-metode alternatif bagi pemecahan masalah dan memberikan alasan mengapa metode-metode untuk pemecahan masalah yang dipilihnya memang masuk akal.  (3) Anak akan mendiskusikan hasil-hasil yang mengkin dari satu metode yang mungkin bagi pemecahan masalah dan memberikan alasan mengapa hasil-hasil itu masuk akal.  (4) Anak akan mendiskusikan faktor-faktor yang dianggap cocok untuk pemecahan masalah tertentu dan mendiskusikan faktor-faktor yang relevan yang dipilihnya.  Bagian ketiga dalam Bab ke-II dibahas mengenai peran pembelajaran guru dan siswa. Dijelaskan bahwa model yang paling dominan pembelajaran dalam program pengembangan kognitif mencakup juga peran guru sebagai katalisator atau fasilitator anak-anak dalam eksplorasi lingkungan. Dengan ketentuan ini ada keterampilan guru tertentu yang vital, seorang guru akan mampu mengajarkan dengan baik cara-cara pengembangan kognitif, keterampilan-keterampilan ini adalah sebagai berikut.  (1) Guru haruslah penanya yang berpengalaman. Hal ini bertujuan anak-anak dapat mengeksplorasi lingkungan, guru harus mengembangkan eksporasinya dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang akan mendorong anak untuk berpikir tentang eksplorasi lingkungan dalam cara-cara pertanyaan-pertanyaan yang berbeda.  (2) Guru harus mampu memeriksa pemberian alasan jawabannya daripada hanya sekadar menerima respon secara apa adanya/nominal. (3)  Guru harus mengerti cara di mana anak-anak berpikir dengan cara yagn berbeda secara kualitatif dari cara berpikir orang dewasa.  (4) Guru haruslah menjadi model yang baik dalam perilaku upaya pemecahan masalah.  Berdasarkan keempat hal tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa peran anak-anak sebagai yang aktif melakukan interaktif dengan orang dewasa, dan lingkungan sekitarnya. Teori berbasis aliran interaksionis nyatanya menyimpulkan bahwa anak-anak akan diberi cukup untuk berinteraksi dengan lingkungan pisik dan lingkungan sosial.   Bagian keempat dalam Bab ke-II dibahas mengenai metode-metode/cara –cara penilaian (evaluasi). Dijelaskan bahwa penilaian melengkapi cyclus pembelajaran, penilaian-penilaian, dan kemudian perencanaan-perencanyaanya lagi. Teknik penilaian yang lazim adalah program pengembangan koginitf adalah mengumpulkan catatan-catatan terhadap anak untuk beberapa hari. Selain itu, menetapkan perangkan evaluasi dalam program pengembangan kognitif, terpisah dari penilaian program yang lain, adalah dalam penggunaan metode klinis.   Hal yang terpenting untuk diingat bahwa pengukuran psikomotorik yang distandardisasikan yang didasarkan pada proses penilaian yang standar adalah tidak cocok bagi penilaian dalam program pengembangan kognitif. Hal ini disebabkan oleh instrumen penilaian ini tidak membolehkan adanya kebebasan dan pemeriksaan yang implisit dalam metode klinis, tidak juga secara sistematis mencerminkan tujuan dan sasaran bagi program penilaian individu.   Bagian kelima dalam Bab ke-II dibahas mengenai penggunaan tata ruang pisik. Dijelaskan bahwa penggunaan fasilitas pembelajaran dalam pengembangan kognitif haruslah mudah dipindahkan. Keseluruhan ruang pisik tidaklah harus disusun secara tetep baik untuk keperluan sehari-hari atau tiap minggu. Adapun prinsip-prinsip kulatias yang digunakan bagi ruang pisik kealsa adalah termasuk hal-hal berikut.  (1) Jangan sesekali menggantungkan atau menempatkan pada tembok yang dapat digunakan untuk pengalihan perhatian! (2) Buatlah ruangan seimbang! Di tengah-tengah ruang yang dapat memicu perilaku atau pusat bentuk-bentuk kesibukan terjadinya interaksi haruslah dipisahkan dari ruang yang menimbulkan kurangnya atau sedikit interaksi.  (3) Ruangan kelas harus diatur atau sehingga anak-anak masuk ruangan kelas akan mudah melakukan kontak-kontak dengan anak-anak yang lain.  Bagian keenam dalam Bab ke-II dibahas mengenai bahan-bahan pembelajaran (instruksional).  Bahan-bahan belajar dalam program pengembangan kognitif haruslah berguna untuk berbagai tujuan. Bahan-bahan belajar tersebut haruslah memungkinkan untuk melakukan pengalaman-pengalaman rekayasa, pemecahan masalah, dan persepsi yang berbeda bagi anak-anak.  Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, pengembangan kognitif dibedakan atas program pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap oleh adanya dasar-dasar landasan teori pengembangan kognitif. Landasan dasar ini, nyatanya terbukti dalam semua bidang-bidang lingkup program dan menyajikan butir-butir petunjuk bagi perbaikan dan perubahan program.                                      

BAB III PROGRAM MENGUTAMAKAN PERKEMBANGAN SIKAP   Bab ke-III buku ini membahas tujuh topik pembahasan. Keenam topik pembahasan tersebut, yakni: (1) tujuan-tujuan kurikulum, (2) perencanaan pembelajaran, (3) peran pembelajaran guru dan siswa, (4) metode-metode/cara-cara peniliaan (evaluasi, (5) penggunaan tata ruang pisik, dan (6) bahan-bahan pembelajaran (instruksional), dan (7) simpulan-simpulan. Ketujuh topik tersebut sama halnya yang terdapat dalam program pengembangan keterampilan dan program pengembangan kognitif . Hal ini disebabkan antara keterampilan, kognitif, dan afektif saling berkaitan.  Tiap anak harus memperhatikan kemampuan-kemampuannya sebagai anak yang benar-benar absah, sehingga ia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya itu dalam bekerja dan bermain dengan anak-anak sesamanya. Berkaitan dengan itu , terdapat empat area dasar pengembangan individual, antar lain: (1) kekuatan ego, (2) kemandirian, (3) kreativitas, dan (4) komunikasi antarpribadi.  Adapun program dalam perencanaan keanekaragaman awal unggul dan tindak lanjutnya yang dilampirkan dengan kurikulum dengan pengutamaan pengembangan sikap adalah sebagai berikut:  (1) model jalan bank yang disponsori oleh Elizabed Gilkeson; (2) fakultas jalan bank; dan model pendidikan terbuka disponsori oleh George E.Hein, Pusat Pengembangan pendidikan.  Bagian pertama dalam Bab ke-III dibahas mengenai tujuan-tujuan kurikulum. Terdapat empat perkembangan dalam program yang mengutamakan keterampilan kognitif. Keempat perkembangan tersebut, yakni: (1) perkembangan sikap, (2) perkembangan berbahasa, (3) perkembangan kecerdasan, dan (4) pengembangan perilaku. Dari ketiga perkembangan tersebut dirincikan kembali mengenai tujuan-tujuan kurikulum.    1) Perkembangan Sikap  (a) Anak akan mengembangkan konsep diri yang positif. (b) Anak akan mengembangkan kreativitas.  (c) Anak akan mengembangkan kesadaran dan akan menerima perbedaan-perbedaan individual.  2) Perkembangan Bahasa (a) Anak akan mengembangkan keterampilan komunikasi pribadi.  (b) Anak akan menguraikan perasaan-perasaan pribadinya. (c) Anak akan melakukan pembicaraan dengan kelompoknya dan orang-orang dewasa.  3) Perkembangan Kecerdasan/Koginitif (a) Anak akan mengembangkan cerita-cerita pengalaman berbahasa. (b) Anak akan menggunakan simbol-simbol numerik dalam menguantifikasikan pokok/objek yang akan dibahas.  (c) Anak akan mengembangkan pemikirannya terhadap tata-ruang dan waktu.  4) Perkembangan Perilaku (a) Anak akan mengembangkan keterampilan-keterampilan psikomotor yang luas. (b) Anak akan mengembangkan keterampilan berperilaku//motorik yang baik.  Bagian kedua dalam Bab ke-III dibahas mengenai perencanaan pembelajaran. Dalam pembahasan bagian kedua ini, ditekankan bahwa guru harus sadar akan perkembangan dan kemajuan-kemajuan dan minat-minat perhatian khusus anak-anak. Di saat anak-anak berinteraksi dengan guru dan lingkungan belajarnya, perencanaan, pelaksanaan, dan proses penilaian menjadi instrumen yang dapat berperan penting.   Perencanaan pembelajaran diharapkan memperoleh hasil belajar, setidak-tidaknya ada empat hal, antara lain:  (1) secara verbal (kata-kata) mengambar sebuah gambar tentang dirinya; (2) anak melihat dirinya dalam cermin dan secara verbal menceritakan tentang dirinya; (3) anak mengimpaskan (mendiktekan) cerita tentang dirinya; (4) anak membuat buku kecil (bookklet) tentang keluarganya; Bagian ketiga dalam Bab ke-III dibahas peran pembelajar guru dan murid. Dalam program perkembangan sikap, peran guru dan murid haruslah memperhatikan dua hal ini, antara lain: (1) untuk memperkuat motivasi dan pengalaman yang positif tentang kehidupan di rumah melalui perencanaan bersama dengan pihak orang tua, (2) untuk membangun lingkungan sekolah yang akan kira-kira mendekati dan melengkapi keseluruhan lingkungan belajar.  Program pengembangan sikap mencoba untuk memaksimalkan perbedaan dengan kepercayaan bahwa seorang murid waktunya tiap hari dengan murid-murid lain yang berbeda usia, jenis kelaminnya, kemampuannya, minat/perhatian, dan latar belakangannya akan lebih kaya dalam pengalaman belajarnya dibandingkan dengan murid-murid yang kira-kira sama pengalaman belajarnya. Murid-murid dilatih oleh guru untuk cukup dengan bebas menggunakan waktunya untuk memusatkan perhatiannya pada seorang murid lain secara individual. Sehingga, mereka bergerak dengan jaminan dirinya menggunakan lingkungan belajarnya.  Bagian ketiga dalam Bab ke-III dibahas mengenai metode-metode penilaian.    
 

Tulisan ini diulas oleh Rahmad Nuthihar

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!