Eskimo Folktales #23 - The Man Who Avenged the Widows | Lelaki yang Membalaskan Dendam Para Janda

in art •  6 years ago  (edited)

Some hunters tried to kill Angusinãnguaq in an island and took his wife. But, Angusinãnguaq was a great wizzard.


Source: Pixabay

Ini terjadi di masa lalu, pada masa-masa ketika orang-orang masih menjadi pengayuh kayak yang terampil. Kamu tahu bahwa pernah ada wabah hebat yang melanda semua lelaki tua dan anak-anak muda yang bertahan hidup tidak tahu bagaimana cara membuat kayak dan akibatnya cara berburu dengan kayak jadi terlupakan.

Tetapi, nenek moyang kami dulu sangat terampil. Mereka dengan gagah berani menyeberangi lautan yang tidak lagi kami berani lewati. Cuaca pada masa itu juga tidak sekeras sekarang. Angin jarang datang tiba-tiba dan konon laut tidak pernah begitu kejam.

Pada masa itu, hiduplah seorang pria di Kangârssuk yang bernama Angusinãnguaq. Dia memiliki istri yang sangat cantik sehingga semua orang iri padanya. Pada suatu hari, ketika mereka berangkat untuk berburu bebek eider di kepulauan, orang-orang bermuslihat untuk meninggalkan Angusinãnguaq sendirian di sebuah pulau kecil yang sepi.

Maka mereka berlayar ke pulau-pulau itu, yang terletak jauh di tengah laut. Di sana mereka menangkap bebek eider dengan jerat dan mengumpulkan telurnya. Lalu mereka segera bersiap untuk pulang. Mereka buru-buru meninggalkan daratan tanpa menunggu Angusinãnguaq, yang sedang mencari jeratnya. Mereka juga membawa kayaknya sehingga Angusinãnguaq tidak akan pernah bisa meninggalkan pulau itu.

Sekarang mereka bergegas menuju daratan utama dengan menempuh perjalanan yang panjang.

Tetapi, ketika mereka mulai dapat melihat tenda-tenda mereka, mereka juga melihat seorang pria berjalan dari satu tenda ke tenda lain, mengunjungi para wanita yang mereka tinggalkan di tempat itu. Mereka pun mendayung lebih cepat untuk mencapai daratan. Tapi, semua orang di tempat itu telah pergi bersama mereka untuk berburu dan mereka tidak dapat menebak siapa yang sekarang mengunjungi tenda-tenda itu.

Kemudian seorang lelaki tua, yang mengendalikan perahu, meneduhi matanya dengan tangannya dan melihat ke arah daratan.

"Pria itu adalah Angusinãnguaq," katanya.

Sekarang mereka tahu bahwa Angusinãnguaq adalah seorang penyihir hebat.

Ketika para pemburu telah pergi dan Angusinãnguaq tidak dapat menemukan kayaknya, dia pun melukai tubuhnya dengan potongan-potongan kulit binatang membentuk sebuah lekukan dan kemudian, seperti cara penyihir, menghimpun kekuatan sihir untuk bergerak melalui udara. Dan, dengan demikian dia telah kembali ke perkampungan jauh sebelum para pemburu yang menginginkan kematiannya tiba.

Sejak hari itu, tidak ada orang yang berani lagi untuk merebut istrinya. Dan, mereka pun membiarkan Angusinãnguaq hidup damai.


Source: Pixabay

Pada masa itu, orang masih banyak dan selalu ada orang di setiap pulau. Ada pula pulau yang dihuni penduduk yang ditakuti penduduk pulau lain. Penduduk desa ini tak menginginkan siapa pun mendekati perkampungan mereka. Setiap kali ada kayak dari daratan utama datang mendekati desa itu, mereka akan memanggil kabut sehingga orang di kayak itu tidak bisa melihat dan binasa sebelum sampai di pulau. Akibatnya, banyak pemburu dari desa Angusinãnguaq yang meninggal.

Angusinãnguaq pun berencana untuk membalaskan dendam penduduk desanya. Dia mendayung ke perkampungan orang-orang yang ditakuti itu dan mengejutkan mereka, karena dia penyihir hebat, dengan membunuh banyak penduduknya. Dia memenggal kepala mereka dan menumpuknya di bangku. Setelah menyelesaikan balas dendamnya, dia mendayung pergi.

Para janda dari semua pemburu yang telah meninggal bersuka cita ketika mengetahui bahwa Angusinãnguaq telah membalaskan dendam suami mereka. Mereka pun masuk ke gubuknya satu per satu dan mengucapkan terima kasih.



Cerita ini diterjemahkan dari "The Man Who Avenged the Widows" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!